I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 76

 Disclaimer: Lihat di daftar isi, pleaseee.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kami hanya berjalan di dalam gudung sekolah, tapi kami sudah menjadi pusat perhatian. Perkembangan yang mengesankan. Ini sama seperti bayanganku! Semua orang menatap kami dengan bingung dan curiga. Aku bisa merasakan seberapa besar rasa tidak suka mereka pada kami.

Aku sangat kagum. Rumor ternyata bisa menyebar dengan sangat cepat. Aku harus berterima kasih pada para gadis itu karena sudah menyebarkan berita dengan sangat efisien.

"Kudengar Alicia-sama sudah berlaku sangat kasar pada kakak kelasnya."

"Aku juga dengar itu. Kau juga dengan tentang seberapa takutnya salah satu gadis itu? Katanya dia merasa sangat ketakutan hingga harus dibantu orang lain."

"Aku harap dia tidak bersikap sok berkuasa hanya karena dia lebih ahli dalam menggunakan sihir."

"Iya. Dia bahkan berkata kasar pada Liz-sama!"

"Aku tidak percaya kalau dia bisa sangat berbeda dari kakak-kakaknya. Bagaimana bisa dia punya hubungan darah dengan Albert-sama?"

Oh! Mereka sudah menghinaku di belakang? Aku pasti sangat hebat karena bisa membuat image wanita jahatku menjadi sekuat ini.

"Siapa anak laki-laki yang datang bersamanya itu?"

"Aku tidak tahu. Tapi dia terlihat imut, iya kan?"

"Aku rasa begitu. Tapi dia adalah pengikut Alicia-sama, kan?"

"Hii! Dia menatapku dengan tajam...!"

Padahal Gilles hanya menatapnya... apa itu sesuatu yang harus membuatnya berteriak seperti itu?

Aku melirik Gilles untuk melihat reaksinya.

Oh, wow. Ekspresimu lumayan mengerikan, dek. Dengan wajah seperti itu, tidak akan ada yang bilang kau itu imut. Seperti yang kuharapkan dari tangan kanan wanita jahat.

... apa...

Tiba-tiba ada yang menggenggam tanganku dan menariknya dengan keras.

"Alicia...!"

Hal terakhir yang kulihat adalah Gilles yang berlari ke arahku dan meneriakkan namaku, setelah itu aku seperti ditarik ke tempat lain menggunakan sihir transportasi.

Siapa ini? Mantra ini hanya bisa digunakan oleh penyihir level 80 ke atas...

Aku membuka mataku perlahan-lahan.

Sekarang aku berada di ruangan yang penuh dengan buku, di tengahnya terdapat meja besar yang juga dikelilingi oleh beberapa kursi.

Apa ini ruang pertemuan rahasia?

Aku menatap tangan yang masih menggenggam tanganku. Tangan itu terlihat besar, maskulin,dan... indah. Seperti tangan laki-laki.

Dan... oh, apa ini? Sepertinya orang ini juga memiliki bau yang enak.

Aku mengangkat wajahku dan menatap wajah laki-laki yang baru saja menculikku.

... Duke-sama?

Tidak, tidak, tidak. Aku tidak kuat jika harus berdekatan dengannya seperti ini. Dia terlalu sexy. Lulutku sudah mulai berubah menjadi puding. Aku merasa lemas. Ya Tuhan, apa Duke-sama memang setinggi ini? Aku bahkan harus mendongak sebanyak ini hanya untuk melihat wajahnya.

Ah, jantungku hampir meledak.

Tenang dulu. Tenangkan dirimu, Alicia. Seorang wanita jahat tidak akan merasa malu hanya karena berdekatan dengan seorang laki-laki tampan.

"Di mana kita?" tanyaku pelan.

"Ini ruang osis."

"Ah, aku mengerti, lalu? Apa yang harus kulakukan di sini?" tanyaku dengan suara yang terdengar hampir normal.

Duke-sama suka pada Liz-san kan? Jadi kenapa tiba-tba dia membawaku ke tempat ini?

Jangan bilang ini karena aku membentak gadis itu tadi? Kekuatan cinta memang luar biasa. Itu bisa membuat orang melakukan hal gila.

Tunggu... mungkinkah dia membawaku ke sini untuk membunuhku? Secepat ini?

"Kenapa kau tidak menolak permintaan ayahku?"

Aku membeku saat mendengar pertanyaannya.

Permintaan? Mungkinkah yang dia maksud megawasi Liz-san? Tapi kenapa dia bisa tahu soal itu? Harusnya tidak ada yang tahu soal itu.

Ini tidak bagus. Apa aku sudah melakukan kesalahan?

Duke-sama menatapku dan menunggu jawabanku. Dia berusaha mencari jawaban yang tersembunyi jauh di dalam mataku.

Jika aku mencoba berbohong di sini, aku yakin dia pasti akan langsung tahu.

"Kenapa kau berpikiran seperti itu?" tanyaku.

"Kalau aku ingin mengetahui sesuatu, aku akan menemukannya dengan segala cara."

Ah, sasuga pangeran. Jaringan informasinya benar-benar tidak terbatas. Kurasa dia pasti sudah menginvestigasi semua orang yang mendekati Liz-san.

"Jadi? Kenapa kau membawaku ke sini, Duke-sama?"

Saat aku balik bertanya, dia membeku.

Tanpa mengatakan apa-apa matanya mulai berpindah ke leherku yang dihiasi dengan kalung berlian pemberiannya.

... Dia tidak akan meminta kalung ini kembali kan?

Yah, kalau itu masalahnya, aku tidak bisa melakukan apapun. Kalung ini adalah kalung yang super duper berharga.

Duke-sama menyentuh berlian itu dan mengusapnya dengan jari.

Ini... apa dia ingin menariknya secara paksa dari leherku tanpa memintanya baik-baik?

Itu akan bagus sekali. Itu yang harusnya terjadi pada skenario semacam ini, skenario antara pangeran dan wanita jahat.

Tapi, jika itu yang akan terjadi kenapa dia terlihat sedih...? Apa dia menyesal sudah memberikan kalung ini kepadaku?

Duke-sama mendekatkan wajanya dan mencium berlian itu.

"Eh!?"

Aku tidak sengaja mengeluarkan suara pelan saat dia melakukannya.

Aku sama sekali tidak pernah membayangkan hal ini, jadi aku sedikit kesulitan saat ingin beradaptasi. Jantungku juga berdetak dengan sangat cepat dan wajahku menjadi sangat merah.

Um... jadi... apa yang barusan itu? Apa artinya ciuman itu? Apa dia merapal mantra pada berlian itu agar aku selalu menjauh dari Liz-san?

Tapi, kalau dia ingin melakukan itu, kenapa dia sampai mencium kalung yang dia berikan sendiri kepadaku?

Ayolah, Alicia. Kau bukan gadis bodoh yang tidak bisa baca suasana. Kau harus memikirkan hal ini dengan tenang dan dingin.

"Imut." kata Duke-sama sambil mengelus rambutku.

Ah, ini tidak adil. Apa dia sedang mencoba untuk membunuhku?

Dia memanggilku imut barusan, iya kan? Maksudku, hanya aku yang ada di ruangan ini, ya kan? Tidak ada orang lain yang...

Jantungku berdegup semakin keras. Aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas, dan rasanya suara detak jantungku menggema di dalam ruangan ini.

Tunggu, Tunggu, Tunggu, sebelum itu... kapan kami bisa sedekat ini?

Aku tidak bisa membayangkan Duke-sama melakukan hal ini dengan siapa saja, jadi apakah dia memang ada rasa kepadaku? Pasti itu kan? Kau harusnya tidak bersikap seperti ini kepada orang yang kau benci.

Tapi kalau begitu, hubungan seperti apa yang dia miliki dengan Liz-san?

Tunggu, itu tidak penting. Bukannya akan buruk jika aku selalu menempel kepadanya?

Jadi aku sampai pada kesimpulan ini, rasionalitas pun akhirnya kembali kepadaku.

Ya. Tidak perduli apa yang terjadi, Duke-sama harus menjadi yang paling dekat dengan Liz-san. Jadi apapun yang terjadi sekarang... sama sekali tidak boleh terjadi. Jika wanita jahat seperti ku bersikap manja pada putra mahkota, itu akan terlihat sangat buruk.

"Ini semua bukan karena permintaan itu. Sifatku memang sudah jahat sejak dulu." Aku berkata kepadanya dan kemudian berjalan pergi. Aku berjalan secepat yang kubisa dan menjauh dari ruang osis.




Komentar

Postingan Populer