I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 69
Disclaimer: I own nothing.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Kakiku! Hilang!! Kembalikan kakiku!"
Kembalikan? Omong kosong apa yang dia katakan?
"Kembalikan padaku!" teriak wanita itu sambil meronta-ronta dengan keras. Dia hampir berhasil melempar tubuh Gilles, tapi anak itu berhasil bertahan. Gilles terus menahan wanita itu dengan seluruh berat tubuhnya.
"AGH! Agh! Sakit! Sakitt!!"
Ugh, dia menyebalkan. Suaranya mulai membuat kupingku panas.
"Apa kau bodoh!?" tanyaku sambil menatap wanita yang sekarang sedang menangis itu.
Matanya terlihat tidak terlalu fokus. Apa dia mengerti kata-kataku?
"Aku mungkin memang telah mengambil kakimu, tapi aku sama sekali tidak melakukan apa-apa pada otakmu."
Dia terdiam dan menatapku.
Ah, terima kasih Tuhan. Akhirnya tangisan kerasnya berhenti. Kurasa mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit memang cara jempolan. Aku harus mengingat hal ini.
Dan karena dia sudah diam kembali, apa itu artinya semua sudah baik-baik saja?
Aku melihat Gilles yang mulai mengendurkan pegangannya. Dia pasti juga berpikir jika wanita itu sudah mulai tenang.
"Kau sudah berhenti berteriak, tapi apa itu artinya kau sudah tidak apa-apa? apa ada yang sakit?" aku bertanya padanya, sebuah seringai kecil muncul di bibirku.
"Tentu saja sakit. Sakit sekali. Kakiku sudah hilang tahu."
Beberapa saat yang lalu, dia sangat panik, tapi sekarang sepertinya dia sudah bisa berpikir jernih? Aku tidak menyangka jika bisa menenangkan orang dalam kondisi seperti ini adalah kemampuan yang luar biasa.
"Kau mencuri kakiku..." katanya sambil menatap kakinya yang tergeletak di tanah.
... Ah, itu maksudnya. Dia tidak bodoh, dia hanya tidak tahu apa yang akan terjadi jika membiarkan kakinya membusuk seperti itu tanpa penanganan. Dan lagi, bagaimana caranya dia bisa tahu? Hampir semua penduduk di desa ini sama sekali tidak punya akses untuk pendidikan. Tidak mungkin mereka tahu bagaimana caranya menangani penyakit atau luka seperti ini. Mereka juga tidak mungkin tahu jika virus tidak hanya membuatmu kehilangan anggota tubuh, mereka juga bisa membunuhmu.
"Hei, siapa namamu? Namaku Alicia."
"... Rebecca." ucapnya ketus sambil menggeratakkan giginya.
"Rebecca, jika aku tidak memutus kakimu, kau bisa mati."
"... Mati?"
"Kakimu sudah mengalami nekrosis... sel yang ada di kakimu benar-benar sudah mati. Dan kecepatan penyebaran sel mati itu berbeda-beda untuk tiap orang. Perlahan-lahan sel mati itu akan terus menyebar ke seluruh tubuhmu. Jika tidak segera ditangani, akan lebih banyak bagian tubuhmu yang mengalami kejadian yang sama, dan kau akan mati karena itu."
Saat aku menjelaskannya, aku bisa melihat jika dia memahaminya.
... Kurasa dia memang tidak bodoh.
Rebecca pun tenggelam dalam pikirannya, dan beberapa saat kemudian dia melihat pantulan dirinya di atas air kolam.
"Kulitku... itu..."
Itu benar. Sihirku membuat kulitnya menjadi indah kembali.
Aku benar-benar sudah bekerja keras. Aku sudah memberikan pelayanan terbaik untuknya.
"Terima..."
"Tidak perlu berterima kasih padaku."
Matanya membelalak dan dia menoleh ke arahku. Gilles juga, dia menatapku dengan mata yang tidak kalah bulatnya.
Aku akan kesusahan kalau kau menganggapku sebagai orang baik.
Aku hanya mengatakan faktanya saja. Karena wanita jahat hanya melakukan sesuatu untuk keuntungannya sendiri, apa yang kudapatkan dari kata-kata terima kasih? Tentu saja aku harus menerima kompensasi yang setimpal atas kerja kerasku.
"Aku bukan orang baik yang akan membantu siapa saja demi rasa kemanusiaan. Jasaku tidak gratis."
Bahkan saintess saja tidak akan membantu seseorang karena niat baik saja. Dia, dengan senang hati akan menerima kompensasi dalam bentuk opini bagus dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
'Aku ingin jadi orang baik.', 'Aku ingin berbuat baik pada orang lain.' dia pasti memiliki pikiran seperti itu di dalam kepalanya.
Dan, jika kau mengatakan kejelekannya, meski dia sudah sangat baik kepadamu... jauh di dalam hatinya dia pasti akan merasa benci kepadamu. Salah satu bagian dari hatinya akan berpikir 'Padahal aku sudah melakukan banyak hal untukmu.. Aku selalu baik kepadamu...'
Dan jika kau tidak melakukan hal buruk tapi tetap tidak membalas bantuannya, maka dia akan memiliki pikiran seperti itu. Dia akan berkata jika dirimu tidak pernah berterima kasih atas bantuannya kepadamu. Dan bagian yang paling bagus? Kau tidak pernah meminta bantuan itu darinya. Semua perbuatan baik yang dia lakukan kepadamu sama sekali tidak kau inginkan dan tidak berguna sama sekali.
Contohnya, kau sudah sering melihat yang seperti ini. Heroine suka berjalan-jalan seorang diri dan kemudian menawarkan persahabatan pada orang-orang yang selalu sendirian... tapi pernahkah dia berpikir seperti ini? Mungkin orang itu selalu sendiri karena mereka mau. Mereka suka sendirian.
Mereka semua benar-benar hipokrit. Tidak hanya heroine, tapi mereka semua, semua manusia. Yang membedakan mereka dari diriku adalah mereka selalu menyembunyikan kejelekan mereka jauh di dalam hatinya, sedangkan aku tidak.
"Rebecca, aku pasti akan membuatmu membayar kebaikanku ini."
Komentar
Posting Komentar