I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 88

 Disclaimer: This novel isn't mine. Please check Daftar Isi

*************

"Orang pertama yang kubunuh adalah seorang tukang kebun. Yang kedua, dia adalah maid yang bekerja untuk keluarga kita. Lalu yang ketiga... kalau tidak salah dia juga maid."


"Tunggu, tunggu, tunggu... tunggu sebentar."


Aku tidak bisa memahami kata-kata yang baru saja diucapkan Henry-oniisama.


Apa itu artinya... dulu saat ada tukang kebun yang tiba-tiba berhenti bekerja, atau beberapa maid yang tiba-tiba mengundurkan diri... apa itu karena mereka semua sudah dibunuh oleh Henry-oniisama?


... Tidak mungkin.


"Berapa banyak orang yang sudah kau bunuh, Henry-oniisama?"


"7." jawab Henry-oniisama dengan nada bosan, wajahnya tetap terlihat datar.


7 orang... bukannya itu jumlah yang sama dengan kurcacinya Snow White?


Itu lumayan banyak. Aku saja belum pernah membunuh orang.


"Apa alasanmu membunuh mereka? Apa setiap orang punya alasan masing-masing?"


Aku yakin oniisama melakukannya karena sebuah alasan. Aku tidak bisa membayangkan Henry-oniisama melakukannya hanya untuk bersenang-senang.


"Tidak, kurasa alasan aku membunuh mereka semua itu sama." jawabnya dengan senyum getir.


"Apa kau membunuh mereka karena mereka bekerja di sini dengan niat mencuri sesuatu darimu?"


"Kira-kira seperti itu."


Orang-orang itu tiba-tiba menghilang beberapa tahun yang lalu. Tapi, bagaimana bisa Henry-oniisama tahu jika orang-orang itu sedang mengincar keluarga Williams?


"Yang pertama, si tukang kebun itu, dia sedang menanam tanaman beracun di kebun belakang rumah. Paul pernah melihat tanaman itu sekali dan dia langsung mengatakannya padaku, dia bilang tanaman itu sangat mematikan. Untuk para maid, aku menangkap basah mereka saat sedang mencoba meracuni teh yang sedang mereka bawa. Dan yang lainnya juga sama saja. Mereka hanya mengincar barang berharga di sini. Mereka berencana untuk membunuh seluruh keluarga kita." kata Henry-oniisama dengan ekspresi mengerikan.


Kalau begitu, bila saja Henry-oniisama tidak sadar jika mereka sedang mencoba membunuh kami... kami pasti sudah game over sekarang. Aku, keluargaku, kami semua bisa saja mati dengan mudah tanpa ada seorangpun yang tahu.


"Karena mereka berencana membunuh kita semua, mereka pasti datang setelah tahu jika dibunuh adalah salah satu resiko yang harus mereka tanggung, iya kan?" cibir Henry-oniisama.


Ekspresinya saat ini sangat mengerikan. Dia terlihat seperti setan saat tersenyum seperti itu.


"Apa Alan-oniisama dan Albert-oniisama tahu hal ini?"


"Yup."


"Apa yang membunuh mereka semua hanya kau, Henry-oniisama?"


"Kalau itu... iya."


"Tapi mereka berdua juga tahu kan? Kenapa hanya kau yang melakukan eksekusi itu?"


"Karena mereka berdua tidak mau membunuh para penjahat itu."


Tatapan mata Henry-oniisama terlihat penuh penghinaan pada Alan-oniisama dan Albert-oniisama.


Tidak mau membunuh mereka... kurasa semua ini salah'nya'. Meskipun orang-orang itu sudah mencoba untuk membunuh keluarga mereka... tapi kurasa mereka lebih memilih ideologi'nya' ketimbang keselamatan seluruh anggota keluarga.


"Hanya karena Liz Cather...?" gumam Gilles yang merasa sangat jijik.


Sepertinya Liz-san adalah tipe orang yang tidak akan mau membunuh orang lain, tidak peduli apapun alasannya.


Dengan ini, aku punya kualifikasi yang cocok agar bisa bergabung bersamamu dan Gilles, iya kan Ali?" tanya Henry-oniisama dengan senyum lebar di wajah.


Aku menatap Gilles. Anak itu sepertinya sedang berpikir, tapi kemudian wajahnya berubah menjadi serius.


"Aku juga punya rahasia..." kata Gilles sambil menatap Henry-oniisama. Dia menelan ludahnya sekali karena merasa ragu, tapi kemudian dia membulatkan tekad dan mengatakan rahasia yang sudah dia simpan kepada Henry-oniisama.


"Aku... berasal dari desa Roana." katanya. Alis Gilles berkerut hingga terlihat seperti tersambung.


Sepertinya hal itu sangat sulit untuk dia akui. Mengatakannya saja pasti akan mendatangkan banyak ingatan buruk.


"Aku mengerti." kata Henry-oniisama yang kemudian berjalan ke arah Gilles.


Kakakku tidak berhenti sampai dia berdiri tepat di depan Gilles, dan kemudian dia mengulurkan tangannya untuk membelai kepala anak itu.


"Terima kasih sudah memberitahuku." kata Henry-oniisama dengan lembut.


Sesaat aku bisa melihat mata Gilles yang berkaca-kaca. Ah, wajahnya terlihat seperti anak kecil kalau seperti ini.


Dengan Gilles yang terlihat seperti hampir menangis dan dirinya yang berada sangat dekat dengan Henry-oniisama, rasanya hubungan mereka terlihat seperti... ah, lupakan itu. Lupakan jika aku pernah memikirkan hal seperti itu.


Tapi, ini bukan kemungkinan yang buruk. Mereka sama-sama tampan, dan penampilan mereka saling melengkapi... jika mereka benar-benar jadian, aku yakin semua orang akan menyambut hubungan mereka dengan hangat dan mereka pasti akan menjaga Henry-oniisama dan Gilles.


"Hei tunggu... kapan kau dan Gilles bertemu, Ali?" tanya Henry-oniisama yang penasaran.


"Di desa Roana."


Wajah Henry-oniisama berubah kaku saat mendengarnya.


"Kami juga tidak punya kesempatan lain untuk bertemu selain di dalam sana." tambahku. Henry-oniisama tetap terlihat kaku selama beberapa detik dan kemudian dia tertawa terbahak-bahak.


Apa yang lucu? Apa yang sudah kukatakan hingga membuatnya tertawa keras seperti ini?


"Ali, kau benar-benar tidak masuk akal."


"Aku setuju denganmu." timpal Gilles dengan seringai di wajahnya.


Aku tidak mengerti... harusnya mereka berdua memujiku kan? Tapi ekspresi mereka saat ini juga tidak buruk juga.

Untuk beberapa menit kedepan, kamarku dipenuhi dengan suara tawa Henry-oniisama.




Chapter 87 Daftar Isi Chapter 89

Komentar

Postingan Populer