I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 78
Disclaimer: I own nothing
#######
"Gilles, apa pendapatmu setelah membaca ini?"
"Kurasa kepalanya hanya berisi pelangi dan bunga saja. Aku yakin itu."
"Sepertinya begitu. Dan topik ini! Tentu saja dia akan memilih topik yang seperti ini."
"Metode untuk meningkatkan kondisi kesejahteraan desa Roana..."
Setelah mendapatkan esai itu, kami pergi ke kamar Gilles untuk membacanya dengan teliti. Aku bisa tahu jika esai itu ditulis dengan sangat baik. Teorinya dijelaskan dengan runtut dan logikanya terdengar meyakinkan. Tentu saja aku tahu jika esai ini layak untuk mendapatkan nilai bagus. Satu-satunya hal yang menjadi masalah adalah... tidak mungkin metode ini bisa digunakan di dunia nyata.
Sepertinya Liz-san tidak mengerti tentang bagaimana cara dunia bekerja.
Saat kau menambahkan faktor 'dunia nyata' ke dalam esai ini, jangan harap kalau kau bisa memperbaiki tulisan ini... akan lebih mudah untuk menulis ulang dari awal. Jika nilai esai ini didasarkan pada kerealitisannya di dunia nyata, aku pasti akan memberinya nilai 0.
Ini membuatku merasakan dilema yang sangat besar. Bagaimana caranya agar aku bisa mengkoreksi orang yang sudah melenceng jauh dari kenyataan seperti ini?
"Mau pergi ke rumah kakek Will malam ini?"
"Kurasa kita tidak punya waktu. Lebih baik kita mulai memikirkan cara untuk menuntun Liz-san ke jalan yang benar, jauh dari idealisme omong kosong seperti ini."
"Benar juga. Kita benar-benar harus memeras otak untuk ini."
Kami membaca esai itu sekali lagi.
Serius deh, ini alasan kenapa aku kesusahan saat berurusan dengan heroine. Jika memperbaiki kondisi desa Roana bisa dilakukan dengan cara semudah ini, pihak kerajaan pasti sudah melakukannya sejak dulu. Tidak ada alasan untuk terus memikirkan caranya hingga saat ini.
Asumsinya juga kelewat jauh.
Rangka dari esai ini adalah melakukan sebuah operasi di bawah asumsi jika semua manusia adalah orang baik. Jadi semua teorinya berasal dari fakta jika manusia tidak akan bergerak karena keinginan dan keserakahannya, tapi karena mereka memang menginginkan yang terbaik untuk seluruh umat manusia.
Dia benar-benar berkebalikan denganku.
Memang idenya sangat segar dan baru dan juga layak untuk mendapatkan nilai tinggi, tapi jika dia berpikir berpikir hal seperti ini bisa dilakukan di dunia nyata... itu naif namanya.
"Sepertinya besok aku harus menunjukkan kepadanya jika manusia bisa menjadi makhluk yang sangat kejam."
"Ya. Kupikir juga tidak ada jalan lain."
Kami berdua mengangguk setuju.
XXX
Pertarungan akan segera terjadi. Akhirnya aku akan melakukannya.
Aku memperkuat mentalku, menata semua ekspresi dan emosiku, dan setelah semua persiapa selesai aku pun pergi untuk mencari Liz-san. Karena hari ini akademi mengadakan pesta teh, dia pasti ada di kebun mawar dengan semuanya.
"Bukannya akademi ini terlalu mewah?" kata Gilles sinis sambil menatap gerbang menuju kebun mawar.
"Ya, mungkin saja."
"Dan bagaimana caranya merawat semua mawar itu?"
"Aku juga tidak tahu. Jumlahnya terlalu banyak, aku yakin. Jujur saja, yang ingin kutahu adalah kenapa institusi yang tujuannya melakukan pengajaran malah mengadakan pesta teh seharian penuh, bukannya ini aneh?" tanyaku gemas. "Tapi, ayo masuk saja."
Kami berjalan ke dalam kebun bersama-sama.
Mulai detik ini, tujuan utamaku adalah menghancurkan pesta kecil ini. Aku merasa sedikit bersalah pada semua orang yang sedang menikmati waktu mereka, tapi ini adalah sesuatu yang harus kulakukan agar perbuatanku bisa menyebar dengan cepat... maksudku, ini yang harus kulakukan untuk memperbaiki cara berpikir milik Liz-san.
Saat kami memasuki kebun, mata semua orang tertuju pada kami.
"Ali." panggil Albert-oniisama sambil berjalan ke arahku.
Maaf, kak. Aku tidak ada waktu untuk berbicara denganmu.
Aku tidak menghiraukan panggilannya dan berjalan melewatinya begitu saja. Tanpa menolehpun aku tahu jika kakak sulungku sekarang membatu di tempatnya.
Tanpa menoleh ke belakang aku terus berjalan ke arah Liz-san. Seperti biasanya semua teman kakak ada di sana menemani gadis itu. Heroine memang punya kecenderungan untuk selalu dikelilingi oleh para kesatria tampan dan pemberani.
Duke-sama menatapku seakan dia tahu apa yang akan kulakukan.
Aku harap dia tidak menatapku seperti itu. Rasanya seperti dia tahu apa yang sedang kurencanakan.
"Alicia-cha..."
"Liz-san, aku akan langsung ke intinya. Apa kau benar-benar berpikir jika semua orang diciptakan sejajar?" tanyaku cepat hingga memotong ucapannya.
Komentar
Posting Komentar