I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 90
Disclaimer: This novel isn't mine~
WARNING: Bahasa aneh di beberapa bagian
##################
"Oi, neng. ini anak yang kau cari?" tanya salah satu
preman sambil menyeret sesuatu di belakangnya.
Tunggu, itu
bukan sesuatu... apa itu Gilles?
Aku merasa
sangat kaget hingga tidak bisa mengatakan apa-apa.
Tubuhnya
berlumuran dengan darah, bagian atas bajunya sudah robek di banyak tempat, dan
darah
mengucur
deras dari luka yang ada di kepalanya. Berbeda dari warna darah yang sangat
mencolok,
wajah
Gilles sekarang terlihat sangat pucat... aku bahkan hampir tidak bisa
mengenalinya.
Apa dia
benar-benar Gilles?
Gilles
berhasil menggerakkan kepalanya dan menatap mataku. Aku tahu dari tatapan mata
itu…
dia sama
sekali tidak merasa takut. Tatapannya memang terlihat putus asa, tapi dia
seperti
memintaku
untuk segera kabur dari tempat ini.
Aku
memaksakan diri untuk duduk.
"Eh,
dah bisa gerak, neng?" kata preman bertubuh paling besar sambil tertawa
terbahak-bahak.
"Ali...
lari...!" ucap Gilles padaku. Suaranya terdengar sangat lemah seakan dia
bisa pingsan
kapan saja.
Preman yang
berbadan kurus kembali menatap Gilles. Sebelum aku bisa mengatakan apa-apa,
dia meninju
perut Gilles sekali lagi.
"Heh,
kuat juga kau bocah."
"Agghh…!!"
Gilles berteriak dan kemudian bergelung sambil menahan sakit. Alisnya berkerut
tapi dia berusaha menahan teriakannya sebisa mungkin. Meskipun dia menerima
siksaan seperti itu, matanya tetap terlihat tajam.
Aku harus
melakukan sesuatu. Aku harus menyelamatkan Gilles...! Tapi bagaimana caranya!?
Duduk saja sudah sangat susah untukku, jadi apa yang bisa kulakukan?
BRUK!!
Suara
debaman keras terdengar saat preman kurus itu melempar Gilles ke lantai, seakan
anak itu hanyalah seonggok sampah tak berguna.
Aku tidak
bisa percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Aku tidak bisa memahaminya. Apa
preman-preman ini masih manusia? Bagaimana bisa mereka berlaku sekejam itu pada
anak kecil...?
"Ali,
kau tidak apa-apa?" tanya Gilles dengan suara yang amat pelan. Sebuah
senyum lemah muncul di bibirnya agar aku tidak khawatir kepadanya. Meskipun
sudah berlumuran darah, tapi dia malah mengkhawatirkan diriku...?
Bahkan
dalam keadaan seperti ini, dia tetap membuka matanya dan memfokuskan
perhatiannya padaku. Kedua matanya terlihat sangat putus asa, tapi itu bukan
mata dari seseorang yang minta untuk diselamatkan.
"Gilles,
aku tidak bisa meninggalkanmu." kataku dengan sangat pelan hingga hanya
Gilles yang bisa mendengarnya.
Aku tidak
bisa meninggalkannya di sini, tapi aku juga belum punya rencana yang bisa
membuat kami berdua selamat dari tempat ini. Sekarang, saat Gilles berada di
dekatku, aku bisa melihat jika dia tidak hanya berlumuran darah. Ada banyak
lebam di seluruh tubuhnya. Berapa banyak pukulan yanh dia terima dari para
preman itu?
Aku tidak
kuat melihat tubuh kecilnya yang dipenuhi begitu banyak luka.
"Anak
sialan itu bentar lagi juga mati. Dia cuma sampah sekarang." kata preman
bertubuh kurus.
... Apa katanya?
Dia sebut Gilles apa barusan?
Mataku
membelalak, wajahku kaku, tubuhku gemetaran... tapi semua sensasi ini bukan
karena aku merasa kesakitan. Ini adalah kali pertama aku benar-benar ingin
membunuh seseorang.
Entah
bagaimana caranya aku berhasil mengumpulkan kekuatan di kakiku, beberapa saat
kemudian aku berhasil berdiri dengan susah payah.
Aku tidak akan membiarkan mereka lepas. Mereka benar-benar berani membuat marah seorang wanita jahat. Meski mereka merengek dan mengemis kepadaku, aku tidak akan memberi ampun pada kalian semua. Kalian bertiga dan orang yang membayar kalian... aku bersumpah aku akan membunuh kalian semua.
Komentar
Posting Komentar