I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 80
Disclaimer: I own nothing.
########################
Setelah meninggalkan pesta minum teh itu, Gilles dan aku pulang dan langsung tidur siang selama beberapa jam, kemudian kemi pergi ke rumah kakek Will saat malam datang.
Hari ini benar-benar terasa seperti sebuah anugrah. Seperti perkiraanku, aku tidur seperti bayi. Itu artinya aku bisa tetap bangun lebih lama untuk malam ini.
Saat kami sampai, aku sudah tidak melihat orang-orang berkeliaran di depan rumah kakek Will.
Apa yang terjadi ya? Kupikir mereka adalah orang-orang yang sulit diajak bicara, jadi mereka pasti masih berkeliaran di sekitar rumah kakek Will hingga sekarang.
Mungkinkah... Rebecca melakukan sesuatu?
"Kakek Will!"
"Kakek!"
Gilles dan aku memanggilnya bersamaan saat kami memasuki rumah.
"Alicia, Gilles, selamat datang."
"Sore, Ali, Gilles." tambah Rebecca yang berjalan di belakang kakek Will. Sepertinya dia berhasil mendapatkan tongkat bantu jalan dari suatu tempat dan sekarang dia bisa berjalan dengan lebih stabil.
Wow, selain kakinya yang sudah menghilang, sepertinya Rebecca sudah benar-benar sehat. Wajahnya terlihat normal.
Kakinya pasti masih terasa sangat sakit, tapi kau tidak akan bisa mengetahuinya dari ekspresi wajahnya saja. Dia benar-benar gadis luar biasa.
Dia tersenyum bahagia saat melihatku dan Gilles... tapi kurasa Rebecca pasti iri dengan Gilles. Maksudku, aku bisa menyelamatkannya tanpa harus mengorbankan 1 kaki, aku bahkan bisa membawa anak itu keluar dari desa ini. Meski begitu wajah Rebecca tidak menunjukkan rasa tidak suka ataupun iri, sebaliknya dia terlihat seperti seseorang yang sudah menemukan jalan hidup yang dia cari selama ini.
"Rebecca, apa kau yang membuat semua orang di depan pergi?"
"Ya, kau bisa bilang begitu." akunya sambil tersipu malu.
Apa yang seperti itu bisa dilakukan hanya dalam waktu 2 hari? Mungkinkah, tidak hanya keinginannya saja yang kuat, tapi IQ nya juga tinggi?
"Bagaimana caramu melakukannya?" tanya Gilles dengan wajah penasaran.
"Aku melakukan yang Ali katakan. Aku berkata jika aku akan menghabiskan seharian hanya untuk mendengarkan pikiran dan opini mereka sebaik yang kubisa, dan itu yang terjadi. Setelah berbicara denganku, mereka akhirnya pergi sendiri-sendiri."
"Tunggu Rebecca. Apa tidak ada yang mencoba menyerangmu?" tanya Gilles dengan kaget.
"Tidak. Sepertinya mereka cukup takut kepadaku. Mungkin aku harus berterima kasih pada Ali soal itu."
"Ah, aku mengerti. Itu mungkin karena mereka tidak pernah melihat sihir sebelumnya. Tentu saja mereka akan merasa takut."
"Tepat sekali. Sejak mereka tahu jika Ali adalah pendukungku, mereka mendengarkan semua arahanku dengan baik."
Aku mendengarkan percakapan Gilles dan Rebecca dan kemudian tenggelam dalam pikiranku sendiri.
Hm, bukannya ini perkembangan yang bagus? Bukannya ini membuatku seperti last boss yang mengatur semuanya dari belakang layar?
"Ngomong-ngomong, 80% orang di desa ini ingin melakukan pemberontakan. Aku tidak bisa menyalahkan mereka. Sebelum Ali datang dan menyelamatkanku, aku juga menginginkan hal yang sama." kata Rebecca.
"Bagaimana yang 20% lainnya?" tanya Gilles dengan alis menyatu.
Rebecca tersenyum sinis.
"Oh, para psycho itu? Mereka sudah benar-benar gila. Ya ampun, jika orang-orang ini memulai pemberontakan, seluruh kota bisa hancur dalam sekejap. Aku sudah memikirkan ini sejak lama, tapi jika mereka sampai mendapatkan kesempatan untuk memuaskan keinginan mereka, maka semuanya akan berakhir. Semuanya akan jatuh ke dalam kekacauan yang luar biasa.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Rebecca yang menoleh ke arahku, sepertinya dia sedang menunggu perintah dariku.
Hm... apa yang harus kulakukan agar mereka semua membatalkan pemberontakan...? Ada 1 cara sebenarnya. Kita hanya harus memperbaiki kondisi kehidupan di desa ini, tapi kenyataannya tidak semudah itu.
"Bagaimana jika kita mengalihkan keinginan mereka untuk memberontak dan mengubahnya menjadi hal lain?" usul Gilles yang sepertinya sedang berpikir keras.
"Mengalihkannya dengan apa memangnya? Akan sangat sulit merubah perasaan benci dan tidak puas yang mereka rasakan hingga bisa menjadi sesuatu yang positif." ucap Rebecca.
"Benar juga. Aku tidak bisa membayangkan seberapa bencinya mereka pada para bangsawan. Kebencian mereka pasti sudah sangat amat dalam. Hanya dengan berada di sini saja membuatku bisa merasakan niat membunuh mereka." tambahku.
"Tidak begitu. Sepertinya warga desa ini memiliki opini yang bagus kepadamu, Ali. Saat aku mendengarkan pendapat mereka kemarin, banyak orang yang mengatakan hal bagus soal dirimu." kata Rebecca dengan cepat.
... Mereka menyukaiku? Meskipun aku tidak pernah kepikiran untuk membantu mereka? Tidak sekalipun?
Tentu saja, aku merasa jika kekacauan tanpa sebab adalah hal yang sangat buruk. Aku juga tidak tahan saat melihat diskriminasi yang ada di sini, tapi selain itu aku sama sekali tidak punya keinginan untuk memperbaiki kondisi yang ada di sini...
Jadi kenapa mereka malah menyukaiku?
"Kau adalah bangsawan pertama yang rela repot-repot datang ke tempat ini. Dan lagi, kau sudah menyelamatkan nyawaku. Kurasa akan aneh jika mereka membencimu." jawab Rebecca pelan. Dia pasti bisa membaca raut keraguan di wajahku.
Lihat? Mengerti apa yang dirasakan seseorang dan mengerti arti dari ekspresi yang mereka tunjukkan adalah bagian alami dari manusia... tapi kenapa heroine sama sekali tidak bisa melakukannya? Sifatnya yang satu itu benar-benar membuatku pusing setengah mati.
Kuharap dia bisa sadar kenapa aku membencinya. Aku merasa jika aku sudah menunjukkannya dengan jelas! Tapi rasanya semua itu tidak cukup untuk heroine.
Dia memiliki pesona yang sangat tinggi, tapi seorang pangeran malah memalingkan muka darinya. Kurasa si pangeran ini juga pasti sangat bebal, ya.
Aku tidak tahu apa yang dilihat pangeran dari heroine. Karena, setiap kali aku bersama dengan Liz-san, aku selalu merasa sangat sebal. Tapi kurasa itu tidak bisa dihindari. Sejak aku lahir, aku sudah ditakdirkan untuk tidak menyukainya.
"Alicia, ada yang salah? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Gilles yang menatap wajahku.
"Akan bermasalah jika penduduk desa beranggapan jika aku adalah penyelamat mereka. Aku harus memikirkan cara untuk merusak reputasiku di sini."
"Tapi semua orang bodoh di akademi itu, meskipun mereka mengatakan hal-hal manis soal kami, aku yakin sebenarnya mereka membenci kami semua. Mereka semua pasti berpikir jika semua penduduk desa ini berada di bawah mereka. Jadi mendapatkan dukungan kami adalah hal bagus untuk wanita jahat, iya kan? Musuh dari musuhku... yang itu loh" kata Gilles dengan wajah datar, suaranya terdengar tanpa emosi.
Hm, itu masuk akal juga.
Wanita jahat adalah orang yang sangat dibenci oleh semua bangsawan... tapi orang-orang yang ada di sini bukan bangsawan sama sekali.
Faktanya, mereka semua jauh dari itu. Menurut semua aristokrat, desa ini dan seluruh penduduknya adalah sebuah noda yang harus dihilangkan dari dunia yang indah ini. Jadi, jika aku menjadi penguasa bayangan di tempat ini... aku bisa menjadi wanita jahat yang lebih hebat lagi.
Ah, ini bukan karena aku ingin menyelamatkan mereka atau apa, itu peran Rebecca. Yang akan kulakukan hanya memberi gadis itu perintah dan kemudian mendapatkan keuntungan dari semua itu. Jika mendapatkan opini bagus mereka akan membuar rencanaku menjadi lebih lancar, itu akan lebih bagus lagi. Jujur saja, aku sama sekali tidak akan rugi jika mengikuti rencana ini.
"Apa itu wanita jahat?" tanya Rebecca yang terlihat bingung.
... Itu informasi super rahasia, jadi kami tidak bisa menjelaskannya pada Rebecca. Tapi mungkin, suatu hari nanti kami bisa memberitahu gadis itu. Hingga saat itu tiba, kami harus tetap menjaga rahasia itu.
"Itu bukan apa-apa. Kau tidak perlu khawatir soal itu." kataku sambil tersenyum lebar kepadanya.
Komentar
Posting Komentar