I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 79
Disclaimer: All rights reserved for Ookido izumi
##########
Liz-san menatapku dengan tubuh kaku.
Apakah aku harus menanyainya sekali lagi? Jika ada yang bisa kupelajari dari esai kemarin, itu adalah Liz-san yang memandang tinggi semua orang secara umum. Karena itu, dia mungkin tidak akan bisa memahami apa yang baru saja kutanyakan. Dia pasti berpikir jika konsep ekualitas adalah hal umum untuk semua orang.
Jika aku harus merangkum esainya ke dalam beberapa kalimat maka akan jadi seperti ini. "Tidak ada orang yang lahir di dunia karena kesalahan. Sebagai manusia, kita semua terlahir sama, karena itu akan aneh jika kita mencoba memberi nilai dari keberadaan seseorang atau melakukan diskrimanasi hanya berdasar kepada bisa atau tidak bisanya mereka menggunakan sihir. Penduduk desa Roana juga manusia, jadi kita harus memperlakukan mereka selayaknya manusia (kita). Kita harus menghancurkan dinding yang mengelilingi desa itu dan membiarkan penduduk di dalamnya tinggal di dunia luar (di sini)."
Apa yang dia katakan tidak sepenuhnya salah. Ada beberapa kebenaran di dalamnya. Tapi itu adalah logika yang hanya bisa digunakan oleh saintess seorang. Hidup dengan idealisme seperti itu akan mencegahnya berkembang menjadi pilar kekuatan bagi negara ini. Dia harus belajar bagaimana caranya memikirkan sesuatu untuk seluruh negara dan bukan hanya untuk orang Roana yang menderita di depannya saja.
"Apa maksud pertanyaan itu?" tanya Liz-san yang menatapku dengan curiga.
"Izinkan aku merubah pertanyaanku, bisakah? Apa kau tidak setuju dengan pengelompokan orang berdasarkan kasta dan superioritas mereka?"
"Ya. Tentu saja."
"Lalu, apa kau berpikir jika akademi ini tidak dibutuhkan?"
"Apa maksudmu?"
"Kau tahu, akademi ini tidak memilih muridnya secara sama rata... tapi aku tidak setuju. Izinkan aku menyampaikan pendapatku. Menurutku, aku percaya pengelompokan berdasar kasta adalah hal yang penting."
"Tapi itu tidak benar. Setiap orang memiliki nilai dan kekuatan mereka masing-masing, jadi kita semua harusnya memiliki derajad yang sama. Karena tidak mungkin kita bisa memahami nilai orang yang sebenarnya, tentu saja kitatidak bisa memutuskan di kasta mana mereka berada."
"Kalau begitu, Liz-san. Bagaimana dengan yang mulia raja? Dengan logikamu, kau pasti berpikir jika keluarga kerajaan sama sekali tidak diperlukan, iya kan?"
Tatapan orang-orang yang tadinya terlihat tertarik langsung berubah menjadi sangat tajam.
Aku berhasil membuat mereka semua menjadi musuhku sekarang. Semuanya berjalan sesuai rencana!
"Apa kau baru saja menghina yang mulia raja?" tanya Gayle-sama sambil menatapku dengan tajam.
Mata itu... tatapan itu, dia benar-benar mirip dengan Johan-sama.
"Alicia-chan, membiarkan orang-orang mengikuti mimpi mereka dan menjadi apa yang mereka inginkan adalah hal yang paling penting di dunia ini. Karena yang mulia adalah seorang raja, tentu saja dia harus hidup sebagai raja." kata Liz-san sambil memberikan senyum malaikat kepadaku. Dan semua orang di sekitar kami pun merasa setuju karena senyum manis yang diberikan gadis itu.
"Liz-sama benar."
"Alicia-sama terlalu arogan."
"Dia sudah menghina yang mulia raja. Ini penghinan terhadap yang mulia raja!"
"Dia menghina kita."
Aku bisa mendengar semua itu dari tempatku berdiri.
Pemandangan ini... ini adalah skenario yang selalu ada dalam peran wanita jahat...! Penolakan masa!
Sungguh perkembangan yang menakjubkan. Hari ini memang yang terbaik!
"Bisakah kau tidak melupakan masalah utamanya? Kita sedang tidak membicarakan tentang orang yang hidup mengejar mimpinya atau menjadi dirinya sendiri. Itu adalah hak mereka masing-masing dan hal itu bisa dicapai dengan kerja keras, kepercayaan diri, serta individualitas mereka. Semua itu bisa mereka putuskan sendiri. Tidak bisakah kau melihat kalau kau membuat kontradiksi untuk dirimu sendiri? Jadi sekali lagi. Aku ingin tahu apakah kau akan menghancurkan sistem kasta bangsawan dan orang biasa ini secara menyeluruh, atau membiarkan masyarakat kita terus mempertahankan sistem seperti ini?"
"Aku percaya aku sudah mengatakannya beberapa kali. Aku tidak percaya dengan sistem yang membedakan orang berdasarkan kasta mereka."
"Dan alasanmu adalah karena semua orang memiliki kekuatan mereka masing-masing, iya kan?"
"Ya, itu benar." kata Liz-san dengan penuh percaya diri.
"Lalu, apa kau juga tidak setuju saat mereka membuat kelompok (kasta) berdasar kekuatan mereka masing-masing?"
"Huh?"
Ugh. Apa dia pura-pura bodoh?
"Apa kau tidak sadar keberadaanmu di akademi ini adalah karena kau memiliki kemampuan yang dipandang tinggi oleh mereka (bangsawan), iya kan? Satu-satunya alasan kenapa kau bisa belajar di sini adalah karena perbedaan itu."
"Itu benar! Liz bisa sampai ke titik ini karena dia sudah berusaha keras!" bentak Eric-sama.
Aku tertawa kecil saat mendengarnya.
"Aku paham soal itu... bolekan aku menyampaikannya dengan cara lain? Bagaimana dengan orang yang ada di desa Roana? Jika mereka bekerja 2 kali lipat... 3 kali lipat... banyak kali lipat daripada Liz-san, apakah mereka boleh belajar di akademi ini juga?"
Eric-sama langsung menutup mulutnya. Dia menatapku dengan tajam sekarang. Ini pertama kalinya aku melihat Eric-sama semarah ini.
Aku sudah berhasil menjadi wanita jahat yang sangat menakjubkan.
"Kasta sosial, garis keturunan, penampilan, status ekonomi, kecerdasan, kemampuan. Semua itu adalah hal yang membedakan orang satu dengan lainnya. Tapi melakukan diskriminasi karena hal itu adalah hal yang salah. Karena itu semua orang harusnya memiliki hak dan hak khusus yang sama... beberapa hak memang bisa dimiliki oleh semua orang, tapi tidak dengan hak khusus. Kita tidak bisa memiliki pekerjaan yang sama, memiliki uang dengan jumlah yang sama, kita juga tidak bisa memiliki kekuatan politik yang sama. Lalu, siapa yang menentukan semua hak khusus itu, dan kepada siapa hak khusus itu diberikan? Bagaimana cara kita menentukan semua itu?"
"Dengan mengelompokkan orang berdasarkan kastanya? Dengan membiarkan orang lain memimpin?" tanya Liz-san dengan ragu, sekarang dia terlihat seperti bisa menerima argumenku.
Wow, dia akhirnya bisa mengerti apa yang ingin kukatakan sejak tadi?
"Liz! Kau tidak perlu mendengarkan anak ingusan itu." salah satu siswa tiba-tiba memotong pembicaraan kami.
Hei, memangnya siapa kau? Berani juga dia memanggilku bocah ingusan, dasar tidak sopan. Tidak ada yang berani memanggilku seperti itu!
"Kurasa kau pasti seseorang yang setuju dengan pendapat Liz-san?"
"Ya. Kau ada masalah dengan itu!?"
"Aku akan bertanya kepadamu, kalau begitu. Bagaimana kita bisa menciptakan dunia di mana kasta sama sekali tidak berlaku?"
Mata pemuda itu membulat.
Dia pasti sama sekali tidak memikirkan itu. Dia hanya mengikuti semua pendapat Liz-san begitu saja tanpa mau memikirkan formula lain sendiri...
Apa akademi ini penuh dengan orang bodoh sepertinya?
"Yah, untuk memulainya, kurasa kita harus menghancurkan dinding yang mengelilingi desa Roana." kata Liz-san dengan hati-hati.
Aku melirik Gilles. Aku tidak yakin bagaimana perasaannya saat orang lain membicarakan kampung halamannya. Aku hanya butuh sedetik untuk mengetahui apa yang sedang dia rasakan.
Dia menatap Liz-san dengan tatapan tidak percaya. Dia tidak percaya jika ada orang sebodoh itu di dunia ini.
... Aku juga sama, Gilles. aku. merasakan. hal. yang. sama. denganmu.
"Jika kau melakukannya, tidakkah kau akan menghancurkan tatanan masyarakat...?"
"Dasar Ja***g! Bukan itu yang kau katakan tadi!! Bagaimana dengan hak mereka yang sejak tadi kau gembar-gemborkan? Huh?" teriak siswa tadi. Beberapa saat yang lalu dia hanya menatap kami dengan tatapan kosong, tapi sepertinya otaknya sudah mulai bekerja kembali.
"Ja***g? Maaf? Memangnya siapa kau!?" tanyaku sambil menatapnya dengan mata yang penuh dengan kemarahan. Pada saat yang sama aku mengeluarkan kekuatan sihirku untuk menekannya.
Tiba-tiba udara terasa semakin berat. Siswa yang menjadi target kemarahanku sekarang hanya bisa berdiri dengan tubuh gemetaran.
Aku yang sekarang adalah seorang wanita jahat. Aku juga sudah memikirkan ini beberapa kali, tapi jika internet ada di dunia ini orang pasti sudah melakukan live-streaming.
"Berhenti!" teriak Liz-san. Dalam sekejap suasana di kebun kembali normal.
Karena Liz-san memiliki energi sihir yang lebih besar dariku, menghilangkan tekanan yang kuciptakan adalah hal mudah untuknya.
Ugh. Enak sekali jadi heroine. Kau selalu dilindungi plot armor. Aku iri!!
"Alicia-chan, apa maumu?" tanya Liz-san dengan sedih. Alisnya terlihat mengkerut.
Itu pertanyaan yang mudah. Aku hanya ingin menjadi seorang wanita jahat. Karena itu aku sengaja datang ke tempat ramai seperti ini dan membully mu seperti tidak ada hari esok.
"Ada beberapa hal yang harus kau lakukan jika ingin menghancurkan dinding itu dengan aman, kau tahu itu kan?" tanyaku.
"Tidak. Dinding itulah masalahnya. Aku yakin orang yang tinggal di dalam sana juga ingin keluar secepatnya. Selama kita bisa menghancurkannya, semua orang bisa hidup dengan bahagia."
Jika kita melakukannya, semua rasa tidak puas, sakit, dan dendam yang mereka pupuk selama bertahun-tahun akan meledak dengan cepat. Jika itu dibiarkan, akan terjadi pemberontakan dalam negara ini.
Kuharap Liz-san bisa melihat desa Roana itu setidaknya sekali seumur hidup. Dengan begitu dia pasti punya kesempatan untuk memahami bagaimana buasnya kehidupan di dalam sana.
Aku berusaha untuk tidak melirik Gilles, tapi aku bisa membayangkan seperti apa wajahnya saat ini. Aku yakin dia pasti terkejut saat mendengarkan pendapat Liz-san. Dia mungkin sedang menatap gadis itu dengan tatapan mencemooh dan jijik.
"Ya! Aku juga berpikir seperti itu! Kita hanya harus menghancurkan dinding itu dan semuanya akan baik-baik saja!"
"Ya! Pendapat Liz-sama tidak pernah salah!"
"Liz benar!"
"Aku harap kau segera pergi dari sini."
"Jangan rusak suasana ini!"
Mereka semua berteriak ke arahku di saat yang sama.
Jadi inikah kekuatan mob yang bersatu untuk melawan 1 musuh?
... Kalau begini terus aku tidak bisa menyelesaikan tugasku untuk hari ini.
Tapi aku berhasil menghancurkan pesta teh mereka! Sebuah kemenangan gemilang menurutku! Aku bahkan tidak menyangka jika seseroang akan memanggilku dengan sebutan Iblis...!
Aku akan lebih senang jika mereka memanggilku wanita jahat tapi... aku tidak boleh pemilih seperti itu. Untuk sekarang aku harus merasa bahagia hanya dengan ini.
Aku merasa sedang berada di puncak dunia sekarang. Tapi... apa aku berhasil mencapai tujuan utamaku? atau mungkin tidak? jujur aku tidak tahu.
Oh, tidak apa-apa. Aku masih punya banyak waktu kan? Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal ini.
Ah, aku tidak sengaja bertatap mata dengan Duke-sama barusan. Saat kami bertatapan, aku memberi sinyal agar dia tidak ikut campur.
Untungnya Duke-sama mengerti kode yang kuberikan dan memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa.
"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang."
Saat aku mengatakannya, aku mengangkat rokku sedikit dan memberikan mereka salam layaknya seorang lady dari keluarga bangsawan terhormat.
Tunggu, bukannya aku akan terlihat seperti orang yang kabur dari medan perang? Aku tidak bisa pergi begitu saja...
Sebagai pengawas Liz Cather aku harus mengatakan sesuatu sebelum pergi.
"Terakhir, Liz-san. Apa kau merasa jika kau orang yang kompetitif?"
Mata Liz-san membulat saat mendegar pertanyaanku. Aku bisa melihat mata emeraldnya yang bersinar dari jauh.
Mata itu selalu berkerlip setiap kali aku melihatnya.
Beberapa saat kemudian, dia memberikan senyum malaikat sekali lagi.
"Aku lumayan kompetitif, tapi aku lebih banyak melakukannya pada diriku sendiri. Aku selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari diriku yang kemarin. Tujuanku adalah selalu melampaui diriku yang kemarin."
"Itu pemikiran yang sangat hebat... tapi tidak semua orang memiliki pemikiran sepertimu dan bisa memotivasi diri mereka sendiri. Mereka membutuhkan dorongan dari luar, kau boleh menyebutnya rival untuk tumbuh dan berkembang menjadi orang yang lebih baik. Karena itu menggunakan kasta untuk mengelompokkan orang mungkin adalah sesuatu yang bagus. Itu akan memberikan orang-orang tujuan untuk dicapai."
Setelah mengatakan itu aku menunjukkan sebuah seringai dan kemudian berjalan meninggalkan kebun mawar bersama dengan Gilles.
Dengan kata-kata terakhir itu, harusnya aku sudah berhasil mencapai tujuanku kan? Liz-san memang naif tapi aku yakin jika dia adalah gadis yang cerdas. Kupikir dia pasti mengerti apa maksud dari perkataanku.
Saat aku berjalan dengan Gilles, aku memasang wajah tenang dan dingin. Tapi semakin kami mendekati rumah, wajahku terlihat lebih rileks. Setelah beberapa menit aku mulai tertawa.
Gilles sepertinya merasa aneh saat mendengarku tertawa sendiri, tapi aku tidak perduli.
Sekarang aku sedang merasakan euforia dan tidak ada yang bisa membuatku sedih. Setelah pertunjukan hari ini, bukankah seluruh sekolah akan memanggilku dengan sebutan wanita jahat besok?
Mm! Aku sangat puas!
Aku pasti bisa tidur nyenyak malam ini.
Komentar
Posting Komentar