I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 70
Disclaimer: I own nothing.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ekspresi Rebecca berubah dari kebingungan menjadi ketakutan.
"Membayarmu?"
Aku mengangguk.
Aku sudah menyelamatkan nyawanya, jadi tentu aku harus mendapatkan sesuatu yang setimpal sebagai imbalan. Aku juga berencana mengambil bayaranku dari Gilles karena aku sudah menjadi tutornya dan berhasil mengeluarkannya dari desa ini.
Setelah kami berbicara tadi, Aku bisa tahu jika Rebecca memiliki kepala yang lumayan di atas bahunya. Setidaknya dia bisa memahami apa yang kubicarakan saat aku menjelaskan soal kakinya yang mengalami nekrosis.
Dia juga cantik dengan rambut silvernya, kecerdasannya, mata coklat mudanya, wajah cantik, meskipun ya dia terlalu kurus. Bertahun-tahun mengalami malnutrisi pasti membuat tubuhnya hanya tinggal tulang dan kulit saja.
Dan sepertinya dia berusia 15 tahun...?
"Rebecca, berapa usiamu?"
"15."
Yup. Seperti yang kuduga. Aku benar-benar punya mata yang bagus, iya kan?"
Dia juga memiliki kontrol diri yang sangat bagus.
Meskipun dia merasa sangat kesakitan karena kakinya baru saja diamputasi, kau tidak akan bisa tahu hanya dari melihat wajahnya saat ini.
Kurasa dia pasti sedang merasa sangat panik tadi, kalau tidak, dia tidak akan berteriak seperti tadi.
Yang menunjukkan jika dia sedang menahan sakit hanya keringat yang membasahi dahinya. Dia benar-benar punya keinginan yang sangat kuat dan kontrol diri yang mumpuni.
"Sejak saat ini pastikan untuk menjawab pertanyaanku dengan jujur. Jangan coba-coba berbohong kepadaku." kataku dengan suara pelan dan terasa mengancam.
Rebecca menganggukkan kepalanya.
"Apa yang membuatmu meminta tolong kepadaku?"
Rebecca sepertinya tidak menduga pertanyaan seperti ini karena wajahnya terlihat semakin kaku.
Harusnya dia bisa meminta bantuan dari orang-orang yang ada di dekat sini, tapi dia malah meraih kakiku.
Rebecca menatapku langsung di mata.
"Kau berbau wangi. Seseorang dari desa ini tidak pernah punya bau seperti itu. Jadi aku berpikir kau pasti berasal dari luar desa."
"Bukannya kau pernah berpikir jika orang dengan status lebih tinggi bisa saja membunuhmu karena tiba-tiba mendekat seperti itu?"
"Orang-orang tidak akan dengan sengaja datang ke tempat seperti ini." kata Rebecca dengan senyum kecut.
Pintar. Untuk bisa bertahan hidup di desa ini dia pasti sudah belajar untuk mempercayai instingnya agar bisa membuat keputusan bagus dengan cepat.
... Rasanya, suasana di sekitar sini tiba-tiba menjadi sunyi. Tidak ada suara teriakan dari para mob yang sedang marah, tidak seperti perkiraan awalku saat aku merapal mantra untuk menciptakan barrier ini. Apa yang sedang dilakukan oleh mereka?
Aku memperhatikan area di sekitar kami.
Beberapa orang masih berdiri di luar barrierku dan sekarang mereka menatap tajam ke arahku. Sepertinya mereka sedang berteriak marah tapi... ah, benar juga. Aku lupa kalau barrierku juga punya fungsi kedap suara.
Beberapa dari mereka menatap kami dengan iri, beberapa dengan tatapan kosong, dan kebanyakan dari mereka sepertinya berpikir jika aku adalah seorang penyelamat atau semacamnya. Mereka menatapku dengan mata yang penuh dengan harapan.
Ah, sialan. ini tidak bagus. Apa yang harus kulakukan? Aku adalah seorang wanita jahat. Aku bukan orang baik. Saintess lah yang punya kewajiban untuk menyelamatkan seseroang dan sebagainya. Aku tidak akan bisa menjadi wanita jahat jika orang-orang mulai memanggilku sebagai penyelamat.
Aku harus mencegah hal itu, apapun yang terjadi.
"Alicia?" tanya Gilles saat menatapku.
Aku mengusap kepalanya pelan dan kemudian menatap Rebecca. Aku mencengkram kerah Rebecca dan menariknya mendekat ke arahku.
Pupil mata Rebecca melebar saat aku menatapnya dari jarak yang sangat dekat. Dari jarak segini, aku bisa melihat pupilnya yang berdilatasi. Jarak kami sangat dekat seperti 2 orang yang hampir berciuman.
"Rebecca, aku ingin kau menjadi penyelamat desa ini. Lakukan itu untukku dan aku akan menganggap impas semua ini."
Komentar
Posting Komentar