I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 177
Disclaimer: not mine
XXX
"... Daripada disebut iri, mungkin perasaanku ini lebih tepat disebut kagum." jarang sekali Curtis-sama mau menjawab dengan serius, begitu pikirku sambil menatap pemuda itu. Meski begitu, aku merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bisa membuatnya kagum dan iri kepadaku.
"Bisa dibilang, rasa iri dan kagum ada di atas kertas yang sama." ucap Gilles.
Aku membuka mulutku saat mendengar kata-kata Gilles. "Kalau begitu kagum juga bisa disamakan dengan rasa iri..."
Curtis hanya tersenyum saat mendengar percakapan kami berdua.
Tunggu dulu. Sebelum membahas semua itu, mereka tidak lupa kalau aku ini wanita jahat kan? Apa Curtis-sama mengagumiku karena aku adalah wanita jahat?
Saat Curtis-sama membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, bel tanda pulang sekolah berbunyi nyaring. Beberapa saat kemudian, akademi yang tadinya sepi mulai riuh kembali. Ada beberapa suara yang terdengar di sana-sini.
Oh, tidak kusangka percakapan kami bisa selama ini. Aku bahkan tidak bisa mendengar jawaban Curtis-sama gara-gara bel barusan.
"Curtis-sama, barusan kau bilang apa?" sepertinya hanya aku yang tidak mendengarkan jawaban Curtis-sama.
Gilles dan Finn-sama hanya bisa menatapku dengan wajah terkejut.
Kenapa mereka menatapku seperti itu... apa pertanyaanku aneh? Dan lagi, kenapa wajah mereka seperti itu? Memangnya apa yang barusaja dikatakan Curtis-sama?
"Curtis-sama?" saat aku menatap wajah Curtis-sama, dia hanya terseyum canggung ke arahku.
.... Apa arti senyum itu?
"Tidak ada apa-apa." jawab Curtis-sama. Senyumnya juga kembali seperti biasanya.
Aku merasa khawatir saat melihatnya seperti itu. Aku lebih suka Curtis-sama yang biasanya.
Lalu, kenapa Gilles dan Finn-sama terlihat sekaget itu? Padahal Curtis-sama sudah bilang tidak ada apa-apa.
"Sebentar lagi akan ada banyak orang yang lewat sini. Sampai ketemu lagi, Ali-chan, Gilles."
Curtis-sama mencoba kabur bersama dengan Finn-sama.
Oh, tidak bisa. aku tidak akan membiarkanmu kabur dengan mudah.
Aku menjentikkan jariku, dan sekejap... "Whoah, apa ini. Aku tidak bisa bergerak."
Di depanku, Curtis-sama berpose seperti orang yang sedang melangkahkan satu kakinya ke depan, lalu tangan kanannya terlihat memegang tangan Finn-sama dengan erat.
"Lepaskan." ucap Finn-sama pada Curtis-sama dengan wajah sebal.
"Aku tidak akan menonaktifkan sihir ini sampai aku bisa mendengarkan apa yang kau katakan, Curtis-sama."
Curtis-sama terlihat kaget dengan alasanku. Hei, jangan kira aku akan menyerah begitu saja, Curtis-sama.
"Jika kalian tidak mau para murid melihat ekspresimu yang menggelikan itu, tolong jawab pertanyaanku sekali lagi, Curtis-sama."
"Apa kau mengancamku?" tanya Curtis-sama.
"Benar sekali. Jujur saja, keadaan ini agak menggelikan."
Di lain sisi, Finn sepertinya tidak bisa mempercayai pengelihatannya sendiri. Dia tidak percaya jika gadis yang dianggapnya seperti malaikat itu ternyata punya sisi kejam yang dia sembunyikan.
"Aku tidak keberatan ditertawakan banyak orang" ucap Curtis-sama.
"Apa katamu?" tanya Finn-sama dengan nada menusuk.
Aku sendiri hampir tertawa saat melihat wajah Finn-sama, tapi apa Curtis-sama benar-benar rela ditertawakan karena hal seperti ini? Dia benar-benar aneh.
"Aku tidak suka ini. Padahal aku berusaha agar tidak ikut campur... Hei, Alicia, bisakah kau melepaskanku saja?" tanya Finn-sama kepadaku dengan mata yang berkaca-kaca.
Oooh... sayangnya itu tidak mempan padaku. Jika aku seorang shotacon, aku mungkin sudah mengabulkan semua permintaanmu, Finn-sama.
"Tidak."
Setelah mendengar jawabanku, wajah Finn-sama langsung kembali seperti semula... dia bahkan masih sempat mendecakkan lidahnya ke arahku.
... Apa sifatnya memang seperti itu? Yah, aku sudah tahu dari game jika para target memiliki sifat unik yang berbeda antara satu dan lainnya.
"Aku tidak peduli lagi. Kenapa aku harus ikut malu bersama dengan Curtis? Ini aneh. Tidak masuk akal."
Kenapa tiba-tiba dia jadi banyak bicara? Tapi sesuai dengan perkataan Finn-sama, situasi ini sama sekali tidak masuk akal. Meski dia memang ikut menguping bersama Curtis-sama, itu tidak bisa dijadikan alasan untuk ikut membuatnya malu bersama Curtis-sama. Lihat ini, bukankah aku orang yang sangat rasional?
Aku menghela nafas dan menjentikkan jariku sekali lagi.
"Terima kasih, Alicia!" kata Finn-sama dengan wajah sumringah.
Aku merasa sedikit tertipu... Dan jika dilihat dari kemampuan manipulasinya, Finn-sama pasti bisa meraih kesuksesan di mana saja.
"Harusnya Duke sudah kembali, iya kan?" gumam Gilles yang ada di sampingku.
Oh, iya. Masalah Duke-sama lebih penting dari masalah Curtis-sama.
"Kalau begitu, ayo kita pergi." jawabku.
Curtis-sama menyeringai saat mendengar jawabanku. Rasanya agak tidak menyeramkan.
"Sampai ketemu lagi, Ali-chan. Titip salam pada Duke, oke."
""Aku tidak suka wajah itu."" ucap Gilles dan Finn-sama di waktu yang bersamaan.
Sepertinya mereka berdua memang punya karakter yang sama, iya kan*
*) teks asli: [After all, the characters are pretty much covered, aren't they?]
"Pada akhirnya, dia adalah laki-laki yang kejam. Aku akan mencari gadis untuk menyembuhkan hatiku." ucap Curtis-sama.
"Selamat bersenang-senang." balasku.
"Finn, kau juga ikut."
"Eh? Kenapa kau menyuruhku ikut? Aku tidak suka kegiatan seperti itu."
"Ayo, ikut saja. Ini perintah dariku." Setelah berkata seperti itu, Curtis-sama langsung menyeret Finn-sama dan pergi meninggalkan kami berdua.
Curtis-sama itu memang suka memaksa orang lain... tapi aku sudah tahu itu dari dulu.
"Gilles, ayo."
Gilles mengangguk dan berjalan mengikutiku.
"Aku merasa agak iri dengan Liz."
Finn-sama dan Gilles tidak bisa mendengar suara bel yang berdentang di kejauhan, yang bisa mereka dengar hanyalah gumaman dari Curtis-sama.
Chapter 176 Daftar Isi Chapter 178
Komentar
Posting Komentar