Mahouka Volume 12 Chapter 14 Part 7

 Disclaimer: novel ini bukan punya saya.

XXX

Sialnya, Tatsuya tidak bisa kabur dari insiden ini dengan mudah.

15 menit setelah Honoka kembali ke ruang osis dan tepat sebelum Tatsuya akan pulang ke rumah, bell ruang osis pun berbunyi nyaring.

"Silahkan masuk."

"Permisi."

Yang masuk ke dalam ruang osis adalah ketua dari federasi klub, Hattori.

Tatsuya yang punya perasaan tidak enak pun kembali ke tempat duduknya.

Hattori kemudian berjalan ke arah Azusa yang sekarang duduk di kursinya. Wajah pemuda itu terlihat penuh dengan kerutan.

Tatsuya merasa sedikit kaget saat melihat Azusa yang tidak ketakutan saat berhadapan dengan Hattori yang terlihat sedikit menyeramkan seperti ini.

"Nakajou, rasanya sulit mengatakan ini dan aku merasa malu untuk mengatakannya, tapi..."

"Ada apa Hattori-kun?"

"Maaf. Aku ingin meminta izin untuk melakukan pertarungan sekali lagi."

"Lagi!? Kali ini siapa yang akan bertarung?"

Semua orang yang ada di ruangan osis tahu jika Hattori tidak bermaksud untuk menutupi kejadian kali ini, dan hal itu tercetak jelas di matanya.

Bisa dibilang, Hattori merasa sangat bertanggung jawab dalam masalah ini, bahkan mungkin dia merasa jika bebannya lebih berat daripada Tatsuya. Lagipula Tatsuya tidak menyangka jika kata-katanya tadi akan menjadi kenyataan, dan dia sengaja tidak melaporkannya pada Azusa karena dia sudah tidak mau terlibat lebih jauh.

"Tomitsuka dan Shippou." jawab Hattori.

"Shippou lagi..."

Hattori dan Azusa berpikiran sama. Kerutan alis di wajah mereka terlihat sangat tebal.

"... Aku sudah menduga jika dia punya masalah pribadi saat menolak ajakan dari osis. Mungkin aku harus menceramahinya soal ini dan menyuruhnya untuk introspeksi diri."

Miyuki dan Honoka menganggukkan setuju, tapi Hattori tidak bisa melihat mereka.

"Meski begitu, bakatnya benar-benar berharga. Kupikir jika dia bisa menjadi lebih rendah hati lagi, perkembangannya pasti akan menjadi sangat pesat."

Miyuki dan Honoka saling tatap saat mendengarnya. 'Bagaimana pendapatmu?' atau 'Mungkin tidak', tapi Hattori juga tidak bisa melihat gerak-gerik mereka.

"Aku memutuskan jika mengalami kekalahan mungkin lebih baik daripada menceramahinya panjang lebar."

"Karena itu kau meminta izin pertarungan ini... tapi, apa Tomitsuka-kun setuju dengan semua ini? Jika kau hanya ingin menghukum Shippou-kun, bukannya Sawaki-kun sudah cukup, atau kenapa tidak kau saja yang melawannya, Hattori-kun?"

Setelah Katsuto, Mayumi, dan Mari lulus, Hattori dan Sawaki lah yang dianggap sebagai murid terkuat di SMA 1 ('dianggap' karena kebanyakan murid berpikiran seperti itu. Mereka sendiri belum pernah bertanding 1 lawan 1).

"Aku juga berpikir untuk melakukannya sendiri, tapi Tomitsuka bersikeras melakukannya. Aku memang menunjuk Tomitsuka sebagai pengawas Shippou, dan kekuatannya juga tidak diragukan lagi. Karena itu aku ingin mempercayakan masalah ini kepadanya."

"Begitukah, kalau begitu tidak apa-apa kan? timpal isori setelah mengdengar penjelasan Hattori, dia pun meyakinkan Azusa. "Tomitsuka-kun itu kuat. Seperti yang dikatakan Hattori, kita tidak perlu khawatir soal kemampuannya."

Hubungan antara keluarga Tomitsuka dan Isori terbilang dekat jika melihat spesialisasi dari keluarga masing-masing. Tidak aneh jika Kei Isori mengetahui kekuatan Hagane Tomitsuka yang sebenarnya.

"Dan Tomitsuka-kun juga sepertinya serius dengan hal ini. Sikapnya sama sekali tidak berubah meski mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan di sini. Kurasa membiarkannya melawan Shippou-kun tidak akan berakhir sia-sia."

Azusa juga tahu soal itu, karena itu dia menerima nasihat Isori dengan mudah. "Di hari apa mereka akan bertarung? Karena sekarang sekolah sudah akan ditutup, aku tidak bisa memberikan izin untuk hari ini, tapi..."

Hattori sudah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan Azusa. "Bisakah pertarungannya di lakukan besok lusa?"

"Kenapa tidak besok saja?"

"Aku tidak mau membiarkan Shippou bertarung 2 hari berturut-turut. Kurasa kita harus membiarkannya beristirahat sehari."

"Besok lusa hari Sabtu, jadi aku tidak yakin apakah ruang seminar akan kosong sepulang sekolah..." ucap Azusa pada dirinya sendiri. "Oh, ruang seminar 3 bisa digunakan setelah jam 3 sore. Apa 1 jam sudah cukup?"

"Bisakah kau menambahnya jadi 2 jam?"

"Ya, tentu." meski Azusa merasa ragu dengan permintaan Hattori, dia tetap menuruti keinginan temannya itu. "Aku akan mengeluarkan surat izinnya."

"Maaf karena sudah membuatmu melakukan semua pekerjaan ini." ucap Hattori sambil membungkukkan kepalanya. Sikapnya yang seperti ini hanya membuat Azusa tertawa.

"... Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"

"Hattori-kun, sekarang kau jadi lebih mirip dengan Juumonji-san."

Jika kalimat itu keluar dari Azusa yang polos, maka itu bisa dianggap sebagai sebuah pujian. Tapi bagi Hattori yang menganggap dirinya sangat berbeda dari Katsuto, dia merasa jika Azusa sedang berkata (secara tidak langsung) jika dirinya sedang mencoba menutupi kekurangannya dengan cara meniru orang lain dan hal ini membuatnya perasaanya menjadi campur aduk.

XXX

Miyuki menatap kakaknya yang sedang duduk santai di sofa dengan wajah khawatir.

Di perjalanan pulang tadi, sepertinya Tatsuya sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius. Tapi, itu adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh Miyuki karena Tatsuya terlihat seperti biasa di mata orang lain. Saat dia bertanya kepadanya, Tatsuya akan menjawabnya. Kakaknya itu juga tidak terlihat pasif saat menanyakan keseharian Minami di sekolah dan menggunakan kesempatan itu untuk menggali informasi dan rumor diantara para murid baru.

Tapi, tidak peduli seberapa biasa ekspresi Tatsuya, Miyuki yakin jika kakaknya itu mengkhawatirkan sesuatu. Bukannya Miyuki punya indera ke-6 atau bisa mengetahui masa depan, perasaannya hanya berkata jika saat ini sang kakak sedang tidak yakin dengan apa yang harus dia lakukan setelah ini.

Bisa dibilang hati mereka berdua sudah terhubung dengan sangat kuat, karena itulah Miyuki bisa mengetahuinya.

Beberapa hari belakangan ini, Miyuki juga semakin awas dengan perasaan dan instingnya. Kadang dia berpikir, apakah ini semacam kemampuan telepati yang mengizinkannya merasakan apa yang sedang dipikirkan oleh sang kakak. Entah apa penyebabnya, yang pasti dia sangat senang dengan kemampuan ini. Alasannya juga sangat sederhana, kemampuan ini membuatnya merasa seperti sedang terkoneksi dengan Tatsuya dan itu membuatnya merasa sangat bahagia.

Dia bisa merasakan kekhawatiran sang kakak, dan hal itu membuatnya bahagia. Di lain sisi, hal itu juga membuatnya sangat khawatir pada Tatsuya, apalagi dia tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu sang kakak.

"Oniisama?"

Pada akhirnya, Miyuki memutuskan untuk bertanya langsung pada Tatsuya. Hati mereka mungkin terhubung, tapi Miyuki tetap tidak bisa membaca pikiran Tatsuya. Dan seandainya Miyuki memang memiliki kemampuan telepati, membaca pikiran Tatsuya tanpa persetujuan adalah sesuatu yang tidak mungkin dia lakukan, itu terlalu tidak sopan untuk sang kakak. Dan untuk saat ini, meski Miyuki memiliki kemampuan untuk membantunya, jika dia tidak mengetahui masalah apa yang sedang dipikirkan oleh Tatsuya, dia tidak mungkin bisa membantu kakak tersayangnya itu. (Fakta tambahan: Menurut penelitian yang dilakukan di akhir abad 21, telepati hanya bisa digunakan untuk membaca pikiran yang diverbalkan oleh target saja).

Setelah Miyuki mendapat izin untuk duduk di depan Tatsuya, gadis itu pun bertanya dengan wajah serius (meski dirinya sendiri tidak menyadarinya).

"Oniisama, apa yang sedang kau khawatirkan?"

Meski Miyuki tidak ingin basa-basi, mungkin pertanyaannya ini terlalu lugas. Tatsuya menatap adiknya itu dengan wajah terkejut, tapi kemudian dia berpikir... sepertinya dia memang ingin menghindari topik ini.

"Aku sedikit khawatir soal Shippou."

"... Oniisama, kalau kau beranggapan jika ketidak sopanannya sudah tidak bisa ditolelir lagi, kau hanya perlu bilang padaku."

"Tidak, tunggu, Miyuki. Jangan gegabah." Saat Tatsuya melihat mata Miyuki yang penuh dengan nafsu membunuh, pemuda itu pun langsung berusaha menghentikannya. "Sikap dan kelakuannya memang tidak bisa dipuji, tapi bukan itu yang kukhawatirkan. Lagipula aku tidak punya hak untuk mengingatkannya soal bagaimana bersikap pada orang yang lebih tua."

"Itu tidak benar. Oniisama adalah orang yang sangat sopan pada siapapun."

Tatsuya tahu jika Miyuki hanya ingin menghiburnya, karena itu dia tidak mengatakan apa-apa soal itu. "Yang kukhawatirkan adalah jika Shippou terus bersikap agresif bahkan setelah semua masalah ini selesai. Dia sudah menolak undangan dari osis, menantang anggota keluarga Saegusa, dan sepertinya dia juga tidak peduli meski dirinya dimusuhi oleh kakak kelasnya."

"Mungkin dia tidak memperhitungkan semua itu."

Tatsuya tersenyum saat mendengar pendapat sang adik. "Kelihatannya tidak begitu di mataku. Dia punya ambisi yang sangat kuat. Saat aku melihat sikapnya, sepertinya dia merasa marah karena keluarganya tidak termasuk dalam 10 Master Clan."

"... Tapi, jika itu masalahnya, kurasa bergabung dengan osis dan menjalin huungan kerjasama dengan banyak orang akan lebih menguntungkan untuknya."

"Normalnya memang seperti itu."

Miyuki merasa terkejut dan dia langsung menutup mulutnya dengan tangan. "Kalau begitu, apa oniisama merasa ada hal janggal yang sedang terjadi? Apa itu yang sedang kau pikirkan?"

"Ya, itu juga, tapi..."

Saat Tatsuya sedang mencari kata yang cocok, Minami masuk ke dalam ruang keluarga itu dengan mengucapkan kata "Permisi".

Di tangannya terdapat sebuah baki dengan beberapa cangkir kopi di atasnya.

Miyuki menatap Minami dengan sebal dan kemudian memalingkan muka seakan tidak melihat kedatangannya.

"Saya membawakan kopi untuk anda."

"Ah, terima kasih."

Tatsuya melihat sinar pertarungan diantara 2 gadis yang ada di depannya, tapi dia tidak mau mengomentarinya.

"Hei, Minami, aku ingin tanya pendapatmu. Bisakah kau duduk sebentar?"

Tatsuya menyuruhnya duduk bukan karena dia berikir jika kekuatan deduksi Minami lebih baik dari Miyuki.

Miyuki terlalu gampang dipengaruhi oleh cara berpikir Tatsuya. Adiknya itu punya kebiasaan untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang sama sepertinya. Tatsuya menganggap pendapat Miyuki sebagai penguat dari analisisnya, tapi sekarang dia ingin mendengan ide lain dari sudut pandang yang berbeda.

"Ya?" tanya Minami yang tidak duduk meski sudah dipersilahkan. Dia hanya berdiri sambil menunggu di samping meja. Saat Tatsuya melihat sikap profesional yang ditunjukkan oleh gadis itu, dia pun tidak berbasa-basi lagi.

"Bagaimana pendapatmu soal Takuma Shippou?"

"Dia adalah orang bodoh yang tidak tahu di mana tempat ia seharusnya berada."

Jawaban Minami terdengar sangat tegas dan tanpa keraguan sedikitpun.

Miyuki menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban itu. Tatsuya yang melihat kelakuan sang adik dari ekor matanya pun merasa menyesal karena sudah memberi pertanyaan seperti itu dan hanya bisa mengabaikan rasa sakit kepala yang tiba-tiba muncul (atau mungkin rasa sakit kepala itu hanya imaginasinya saja).

"... Apa alasanmu berpikir seperti itu?"

Untuk sekarang, Tatsuya memutuskan untuk menanyakan alasan Minami berpikiran seperti itu. Minami pun memberikan jawaban tanpa rasa ragu.

"Dia mirip seperti anjing liar. Dia akan bersikap marah pada semua orang tanpa memikirkan akibat dan perbedaan kekuatan mereka. Kelakuan kasarnya pada semua orang adalah indikasi jika dia tidak merasa jika dirinyalah yang terkuat, tapi dia berpikir jika dia harus menjadi yang terkuat."

Sepertinya Takuma juga sudah membuat Minami marah, dan hal itu membuat si gadis mengatakan semua yang ada di dalam pikirannya bahkan sebelum dia bisa berpikir lebih jauh.

"Dia berpikir jika dia harus menjadi yang terkuat..." Tatsuya tidak tahu seberapa lama Minami memikirkan hal ini, tapi sepertinya pendapatnya memang benar. "Kira-kira siapa yang membuatnya hingga menjadi seperti itu..."

Komentar itu tidak ditujukan pada Miyuki ataupun Minami. Tatsuya hanya bergumam pada dirinya sendiri saat dia mencoba menata semua informasi yang sudah dia dapatkan, Tapi Miyuki tidak berpikir seperti itu.

"Ada yang memanasinya... Apa ini karena pendidikan yang dia terima dari keluarga Shippou? Mungkin saja para tetua keluarga berkata jika pewaris keluarga Shippou harus menjadi yang terkuat dari semua orang?"

Spekulasi Miyuki, jika dipikirkan lebih jauh lagi, berasal dari apa yang terjadi di dalam keluarga Yotsuba. Akan tetapi, mereka bertiga tidak menyadari hal itu karena mereka sudah kenyang dengan cara pendidikan ala keluarga Yotsuba.

"Sepertinya tidak begitu. Kudengar kepala keluarga Shippou, Takumi Shippou memiliki sifat yang sangat berhati-hati hingga terlihat seperti seorang pemalu. Dia pasti akan memberikan peringatan saat mengarahkan keluarganya, tidak peduli apa rencananya yang sesungguhnya."

"Tatsuya-oniisama, menurutku sikap Shippou bukan karena ada orang yang memanas-manasinya, tapi karena ada orang yang menghasut dan menyanjungnya."

Miyuki pun memberikan tanggapan pada pendapat Minami. "Maksudmu ada seseorang yang mengambil keuntungan darinya dan bukannya bekerja sama karena mereka memiliki tujuan yang sama?"

"Saya belum berpikir sampai sejauh itu... tapi kurasa anda benar, Miyuki-oneesama."

Minami menganggukkan kepala dan Tatsuya juga setuju dengannya. Ya, secara kasar, Takuma dibuat menjadi sebuah boneka yang bisa digerakkan sesuka hari oleh seseorang. Itu adalah gambaran yang muncul di kepala Tatsuya saat melihat seluruh keributan yang disebabkan oleh Takuma.

"Menarik. Apa tujuan dari orang itu...? Apa aku harus mulai menggali informasi seoal mereka?"

"Apa oniisama akan meminta bantuan sensei untuk itu?" tanya Miyuki, dia berpikir mungkin kakaknya akan meminta Yakumo-sensei untuk mengumpulkan informasi soal Takuma.

"Apa saya perlu menghubungi Kuroba-sama?" tanya Minami di saat yang sama.

"Tidak." tolak Tatsuya. "Masalah ini terlalu kabur untuk diserahkan pada mereka sensei, dan aku juga tidak bisa meminta bantuan dari Maya-obaue. Tapi jika harus menanganinya sendiri..." dia berhenti dan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa ragu yang mulai muncul. "Tapi aku yakin jika tidak akan ada yang berjalan dengan lancar jika kita membiarkan Shippou begitu saja. Sepertinya aku tidak punya pilihan lain... untuk sekarang aku akan mengawasinya."

Tatsuya memikirkan semua informasi yang sudah dia dapatkan hingga saat ini, tapi dia tidak bisa memikirkan cara lain untuk mengatasinya. Jika sikap kasar Takuma terjadi kepada mereka, dia bisa menanganinya sendiri, tapi untuk melakukan investigasi dia membutuhkan banyak tenaga dan waktu. Mungkin masalah ini bisa dia selesaikan dengan mudah jika dia punya kemampuan hacking seperti Sanada dan Fujibayashi... tapi jika melihat kemampuannya saat ini, sepertinya hal itu tidak mungkin. Setelah berpikir cukup lama, Tatsuya akhirnya menyerah.

Akan tetapi, Tuhan (atau malah iblis?) sepertinya sangat senang mempermainkan dirinya.

Saat Tatsuya baru menghabiskan kopi yang ada di cangkirnya, dia mendengar suara dering telpon. Saat melihat sumber panggilannya, Tatsuya pun mengernyitkan alis. Ternyata yang memanggilnya adalah Kyouko Fujibayashi.

"Ya, Shiba di sini."

Setelah dia menerima panggilan itu, dinding ruang keluarga itu berubah menjadi sebuah monitor.

"Selamat sore, Tatsuya-kun. Kau belum makan malam, kan? Bisakah kita bicara sebentar?"

"Tentu, bu." jawab Tatsuya sambil melirik ke samping.

"Oh, mereka boleh mendengarnya juga... Miyuki-san dan Minami-san."

Lirikan mata Tatsuya memang tanda agar 2 gadis itu segera keluar dari ruang keluarga, tapi Fujibayashi mencegahnya. Sebuah pemikiran pun terlintas di otak Tatsuya... apa Fujibayashi ingin melibatkan mereka berdua? Tapi yang lebih penting, tentara wanita itu berbicara seakan dia sudah mengenal Minami sejak lama, dan hal itu membuatnya waspada.

"Sebenarnya aku ingin berbicara mengenai gangguan yang dilakukan oleh anak tertua keluarga Shippou hari ini."

"Tunggu sebentar, bu..." potong Tatsuya. Topik yang ingin dia sampaikan malam ini bukanlah sesuatu yang bisa dia dengarkan begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. "Bagaimana anda bisa mengetahui masalah ini? Masalah ini tidak seperti masalah di kompetisi 9 sekolah dan tidak ada catatan apapun soal ini. Anda tidak menanamkan informan di dalam SMA 1, iya kan?"

Fujibayashi terlihat seperti sedang menahan tawanya. "Aku harus memberi mereka bonus setelah ini karena sudah berhasil membuatmu tidak menyadari jika mereka sedang mengawasimu."

"Mengawasiku...?" tanya Tatsuya dengan wajah datar.

"Hmm... tidak juga. Pihak militer tidak bisa meninggalkan penyihir kelas strategi sepertimu tanpa penjagaan, kan?"

Dengan wajah yang tidak bersalah, Fujibayashi tersenyum dan mengatakan bagaimana dia sudah menguping dan memata-matai mereka sejak lama.

"Kurasa anda tidak akan memberitahuku siapa mereka itu."

"Tentu saja aku tidak bisa memberitahumu."

Tatsuya menghela nafas dan menyerah. Dia dan Batalion Sihir Independen memang menjadi sekutu degan beberapa syarat. Dan lagi, mengawasi pergerakan seorang penyihir kelas strategi sepertinya adalah hal yang lumrah dalam kemiliteran.

"Baiklah, bu. Apa yang ingin anda diskusikan soal insiden Shippou kali ini?" tanya Tatsuya dengan wajah datar seakan Fujibayashi tidak pernah berkata jika dia memasang mata-mata untuk mengawasinya.

Fujibayashi menjawab pertanyaannya dengan wajah yang sama datarnya. "Hanya berpikir, apa kau ingin tahu siapa yang sudah membantunya atau tidak."

Wanita itu mengatakannya seakan dia sudah menyadap semua percakapan Tatsuya dengan siapa saja, "... Kenapa anda berpikiran seperti itu?"

Tapi Tatsuya tahu jika dia tidak segila itu hingga membiarkan orang lain menanam kamera pengintai di dalam rumahnya, bahkan Fujibayashi sekalipun. Dan lagi, jika mereka memang sudah menyadap semua pembicaraan mereka di dalam rumah, Fujibayashi dan semua atasannya tidak akan membiarkannya tahu soal ini.

Shippou adalah keluarga yang tergabung dalam 18 keluarga pendukung dan bertindak sebagai asisten dari 10 Master Clan, dan sekarang seseorang sedang memberikan pengaruh yang lumayan besar pada pewaris keluarga tersebut. Bisa dibilang keberadaan orang itu akan sangat mengkhawatirkn bagi organisasi seperi Batalion Sihir yang melihat sihir sebagai elemen penting dalam pertahanan Jepang. Apa mereka sudah menemukan banyak informasi soal masalah ini?

Jawaban dari pertanyaan Tatsuya adalah salah satu jawaban yang sudah dia duga sebelumnya.

"Karena aku penasaran."

Akan berbahaya jika Fujibayashi mengatakan alasan yang sebenarnya. Jawaban wanita itu memang bukanlah sebuah kebohongan, tapi jawaban itu juga tidak 100% benar.

"Aku ingin mengajukan kerja sama denganmu dalam melakukan investigasi."

Tapi proposal wanita itu membuat Tatsuya sedikit ragu. "Apa yang harus kulakukan?"

"Aku akan menangani penyadapan dalam rumah. Aku ingin kau datang ke sini saat Shippou-kun menemui suporternya."

"Aku juga ingin meminta bantuan kepada anda... tapi, apa tujuan anda yang sebenarnya?"

"Kami sudah memutuskan untuk tidak melakukan intervensi dalam masalah domestik. Itu bukan wilayah kekuasaan kami, kau tahu kan. Tapi, jika itu kau Tatsuya-kun, kau bisa berdalih jika kau mengkhawatirkannya sebagai seorang kakak kelas yang baik hati iya kan? Tapi aku tidak akan memaksa seorang murid teladan untuk melakukan sesuatu yang berbahaya."

Tatsuya ingin berkata 'Apa tidak apa-apa menggunakan orang dengan sifat sepertiku?' tapi dia tidak jadi mengatakannya dan hanya memberi tanggapan. "Baiklah, bu. Kalau begitu aku menerimanya."

"Jika dia mulai bergerak, aku akan segera menghubungimu. Miyuki-san, aku akan meminjam Tatsuya-kun saat itu terjadi."

Setelah mendengar persetujuan dari Miyuki, Fujibayashi pun memutus panggilannya.


<<<Previous     Daftar Isi     Next>>>


Komentar

Postingan Populer