Mahouka Volume 12 Chapter 13 Part 1

 Disclaimer: not mine.

XXX

Selasa, 24 April. Saat Tatsuya sedang merayakan ulang tahun dengan Miyuki, Takuma Shippou baru saja pulang dari pertemuannya dengan Maki Sawamura, sekutunya demi mencapai tatanan baru yang dia inginkan.

Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Dia sudah makan malam di luar agar tidak merepotkan orang-orang yang ada di rumahnya (termasuk para pelayan), dia juga sudah memberitahu orang rumah agar mereka tidak khawatir padanya. Kebanyakan pelayan yang tinggal di kediaman Shippou sudah tidur dalam kamar mereka masing-masing, jadi dia masuk diam-diam dari pintu belakang agar dia tidak membangunkan mereka.

“Takuma-kun?”

Tapi saat dia sedang melepas sepatu luarnya, seorang laki-laki yang lebih tua darinya muncul seakan dia sudah menunggunya sejak lama.

“Profesor sudah menunggu.”

‘Profesor’ yang disebutkan oleh laki-laki itu adalah kepala keluarga Shippou, Takumi Shippou. laki-laki muda yang ada di depan Takuma saat ini adalah ajudan ayahnya, dan mungkin dia ditugaskan untuk menunggu kepulangannya. ‘Menyusahkan saja’ pikirnya, tapi dia tidak bisa mengabaikan perintah itu. Dengan 1 kata, “Baiklah.” pada ajudan itu, dia pergi menuju ruang kerja ayahnya.

XXX

Di mata publik, bisnis keluarga Shippou bergerak di bidang investment advicing, terutama dalam bidang turunan cuaca. Di zaman ini semakin banyak pekerjaan agrikultural yang dilakukan di pabrik sehingga menurunkan peran cuaca dalam industri produksi makanan. Tapi disisi lain, energi matahari menjadi energi yang paling banyak digunakan di negara ini, dan prediksi panjangnya siang hari sudah ditetapkan menjadi faktor penting bagi perusahaan untuk mendapatkan program-program yang mereka inginkan. Alasan lain Takumi Shippou dipanggil dengan sebutan profesor adalah karena dia sudah diakui sebagai pioner dalam bidang ramalan cuaca di Jepang.

Tapi sekarang, Takumi Shippou yang sedang dihadapi Takuma adalah salah satu pemimpin keluarga dari 18 klan pendukung dan seorang penyihir yang bahkan bisa menyaingi para anggota 10 Master Clan.

“Duduklah.” suara muncul saat dia masuk ke dalam ruang kerja itu.

Takuma duduk di sofa yang ada di dalam sana.

Takumi berdiri dari kursi kerjanya dan duduk di sofa yang ada di depan anaknya. 

“Takuma? Bagaimana sekolahmu? Apa kau bersenang-senang?”

‘Dia memanggilku kesini hanya untuk bicara santai seperti ini?’ pikir Takuma. Pemuda tahu jika pertanyaan itu hanya prolog, tapi rasa kesalnya mengalahkan logikanya.

“Ayah, aku terus memberitahumu jika sekolah bukan tempat untuk bersenang-senang.”

Ayahnya terlihat ingin menghela nafas saat mendengar jawaban itu. “Kau benar-benar keras kepala. Kau tidak perlu terlihat sok kuat soal itu.”

“Tidak. Ayahlah yang terlalu santai!” timpal Takuma dengan nada kesal. “Pemilihan 10 Master Clan yang baru akan digelar setahun lagi. Jika begini terus, para Saegusa oportunis itu akan mengincar tempat kita, dan keluarga Shippou harus puas dengan menjadi bawahan mereka!

“Konferensi itu akan memilih anggota 10 master Clan dari 28 klan utama.” Takumi menghela nafas lelah. “Takuma, aku tahu kalau kau sudah paham soal ini, jadi kau tidak perlu terobsesi pada keluarga Saegusa saja.”

Ini bukan pertama kali Takumi mengatakan hal ini pada anaknya. Faktanya, kecuali pada hari-hari dia tidak bisa bertemu dengan anaknya, dia terus mengatakan hal yang sama selama setahun belakangan.

“Tentu saja semua ada alasannya.” Meski sudah mendapat banyak wejangan dari ayahnya, Takuma sama sekali tidak menerimanya.

“Saegusa hanya satu dari 28 klan utama.”

“Mereka berbeda.” timpal Takuma.

“Takuma!”

“Mereka tidak sama. Saegusa itu berbeda.”

Takumi mnghela nafas panjang sekali lagi. “Siapa yang memberimu ide hingga membuatmu sangat terobsesi pada mereka seperti ini?”

“Tidak penting siapa yang melakukannya! Lagipula, Saegusa sudah mengkhianati laboratorium no. 3 dan mencuri hasil penelitian laboratorium no. 7 untuk mendapatkan posisi mereka saat ini!”

“Takuma… perubahan angka Saegusa dari 3 menjadi 7 terjadi lama sebelum 10 Master Clan dibentuk. Saat para pendahulu menciptakan sistem baru, mereka sudah menjadi Saegusa (7 rumput), bukan cabang dari keluarga Saegusa (3 cabang). Dan lagi, kemampuan mereka juga mengalahkan semua kepala keluarga 28 keluarga utama yang lain.”

“Mengalahkan? Tapi kemampuan itu mereka dapatkan dari mencuri hasil penelitian laboratorium no. 3 dan 7. Mereka adalah subjek uji terbaik dari laboratorium no. 3, tapi mereka malah pergi begitu saja. Keluarga Shippou sudah terlibat pengembangan mantra Crowd Control sejak fase pembuatan teorinya, tapi para Saegusa itu muncul sebelum mantranya selesai. Meski mereka hanya memiliki sedikit kontribusi di dalamnya, mereka malah mengambil keuntungan dan bertingkah seakan merekalah pemilik lab itu. Tidak hanya keluarga Shippou… cabang keluarga Mitsuya, Mikazuki, Tanabata, dan Nanase juga! Keluarga Saegusa sudah memperlakukan kita semua seperti orang bodoh! Kenapa ayah tidak merasa keberatan dengan itu!?”

“Takuma, Saegusa adalah subjek uji sama seperti kita.” nada pahit yang keluar dari mulut Takumi membuat Takuma tidak bisa berkata apa-apa. “Mereka adalah makhluk ciptaan, sama seperti kita. Tapi, meski mereka harus berperan sebagai tikus percobaan, mereka memilih untuk mengikuti jalan mereka sendiri, tidak seperti 27… tidak, 26 keluarga utama yang lainnya. Itu bukan sesuatu yang bisa kau kritisi. Itu adalah sesuatu yang harus kau puji.”

“... Apa ayah mau bilang jika pengkhianatan mereka adalah sesuatu yang harus dipuji?” balas Takuma.

“Bukankah kau juga ingin mengecoh 10 Master Clan juga?”

“Tapi itu…!”

Argumen Takuma pun kembali bak sebuah bumerang yang tidak berhasil mengenai targetnya.

Saat anaknya terdiam karena merasa frustasi, Takumi menghela nafas sekali lagi. “Yah, baiklah. Tidak peduli apa yang kukatakan, aku tahu jika aku tidak akan pernah bisa meyakinkanmu.”

Kecaman Takuma, dan persuasi Takumi tidak hanya berlangsung hari ini saja. Seperti yang dikatakan di awal, ayah dan anak ini sudah mengulang pembicaraan yang sama sebanyak belasan bahkan puluhan kali. Tapi mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak mendebatkan hal itu… paradoks hubungan antara ayah dan anak itu tidak bisa diputuskan.

“Aku memanggilmu untuk alasan lain hari ini.”

“... Di tengah malam?” tanya Takuma sambil menahan putaran matanya.

“Aku harus mengatakannya kepadamu hari ini juga. Lain kali, jika kau pulang semalam ini lagi, beritahu aku sebelumnya. Sebenarnya aku ingin memberitahumu soal ini waktu kau pulang sekolah tadi.”

Takuma mengakui jika dia membuat kesalahan soal itu. “... Maafkan aku.”

“Kau tidak perlu minta maaf padaku, minta maaf pada ibumu. Dia pasti masih bangun.”

‘Gawat.’ pikir Takuma dengan mata yang sedikit membelalak.

Ayahnya sudah tidak begitu memperhatikannya dan berkata, “Takuma, besok kau tidak sudah pergi ke sekolah.

“Apa maksud ayah?” timpal Takuma dengan wajah curiga.

“Pak Kanda, seorang anggota dewan dari partai oposisi akan pergi mengunjungi SMA 1 besok.”

Takumi sudah menduga jika anaknya itu akan bertanya soal perintahnya itu, karena itu dia langsung memberitahukan alasannya pada Takuma.

“Kanda… aktivis humanis anti penyihir itu?”

“Ya. Bersama rombongan reporternya.”

“Kenapa?” tanya Takuma yang sebenarnya sudah bisa menebaknya. Jika melihat apa yang dikatakan Kanda dan sikapnya di media belakangan ini, Takuma punya sebuah tebakan kenapa dia ingin pergi mengunjungi SMA 1. Takuma hanya ingin memastikannya.

“Dia mungkin ingin menunjukkan jika dia ingin melindungi hak-hak para pemuda dan pemudi yang dipaksa sebagai penyihir.”

“Hak para penyihir!?”

Takuma mungkin sudah tahu, tapi dia tidak bisa menahan mulutnya. Kata-kata ‘harusnya dia memikirkan urusannya sendiri’ tercetak jelas di wajahnya.

“Aku tahu apa yang ingin kau katakan, tapi dia adalah anggota dewan. Kita tidak boleh membuat masalah dengannya.”

Wajah Takuma terlihat kesal, tapi kali ini untuk alasan yang berbeda. “Aku mungkin memang tidak suka padanya, tapi aku tidak akan sengaja mencari masalah dengannya tanpa memikirkan akibatnya. Aku mengerti.”

“Meski dialah yang mencoba mencari masalah denganmu?”

“... Tentu saja tidak. Aku tidak akan terpancing semudah itu.”

Takumi merilekskan bahunya dan menyenderkan punggungnya. “Kalau begitu, baiklah. Kau sudah bersikeras soal ini, jadi kau harus bertanggung jawab.”

“Aku tahu! Apa ayah sudah selesai?”

Melihat sang anak yang hanya mementalkan nasihat darinya, Takumi merasa ragu dengan kata-kata Takuma soal dirinya yang tidak akan terpancing.

“Takuma, Master Saegusa akan mengatasi hal ini. Aku tidak mau kau terlibat dengan hal yang tidak perlu.”

Kata-kata Takumi tidak disebabkan oleh ketidaknyamanan yang dirasakan anaknya, dia memang sengaja mengatakannya sekarang.

“Saegusa!?”

Seperti biasa, Takuma menunjukkan kemarahannya.

“Jangan terlibat apapun. Kau bertanggung jawab atas kata-katamu sendiri.”

Takuma sudah terlanjut membuat janji.

“Keluarga Shippou tidak akan ikut campur dalam urusan ini. Mengerti, Takuma? Keputusan ini sudah final.”

Takuma sudah tidak bisa mengelak lagi.

“... Baiklah! Aku menegrti!”

Takuma tidak punya jawaban lain untuk ayahnya.

 


Komentar

Postingan Populer