Mahouka Volume 12 Chapter 13 Part 2

 Disclaimer: not mine

XXX

Bagi kebanyakan murid SMA 1, mereka sama sekali tidak mengetahui soal kunjungan ini dan mungkin semua orang di SMA 1 merasa tidak suka dengan kunjungan hari ini.

10 wanita dan laki-laki memasuki wilayah SMA 1 dengan menggunakan mobil berwarna hitam.

Kelompok itu terdiri dari pak Kanda, sekretarisnya, rombongan wartawan, dan juga bodyguardnya.

Mereka datang di tengah jam pelajaran ke 4 (kelas pertama setelah istirahat) dan langsung meminta untuk bertemu dengan kepala sekolah. Tentu tanpa janji temu apapun. Normalnya, para staf akan menolak kedatangan mereka dan menyuruh mereka untuk segera pergi, tapi karena Kanda mengenakan lencana dewannya, dia bisa memaksa para staf untuk memasuki wilayah sekolah. Sikap semacam ini masih sama sejak ratusan tahun yang lalu.

Yaosaka, wakil kepala sekolah SMA 1 pun menemui Kanda dengan wajah kecut, apalagi saat mengetahui jika anggota dewan itu memaksa untuk mengadakan pertemuan dengan pihak SMA 1.

“Pak Kanda, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kepala sekolah Momoyama sedang melakukan perjalanan bisnis ke Kyoto dan tidak bisa menemui anda hari ini. Bisakah anda kembali di lain hari saat kepala sekolah sudah kembali dari perjalanannya?”

“Ho. Kau berani menyuruhku, Kanda, untuk kembali lagi nanti seperti seorang anak kecil?”

“Saya tidak pernah bermaksud seperti itu.”

“Kalau begitu kau juga tidak apa-apa, wakil kepala sekolah. Aku ingin mengamati beberapa kelas yang sedang belangsung di sini.”

“Saya tidak bisa mengizinkan anda dengan otoritas yang saya miliki sekarang. Saya harus meminta izin langsung pada kepala sekolah.”

Kanda dan Yaosaka sama-sama berusia 50 tahun. Sekilas, Kanda memang terlihat lebih muda karena make up profesional yang dia kenakan dan style baju kantoran yang terlihat necis. Tapi, saat kau memperhatikan dengan lebih teliti, kau juga bisa melihat kelelahan yang masih tersisa di wajah dan tubuhnya. 2 orang itu terus mengeluarkan argumen masing-masing. Orang pertama menunjukkan wajah berkuasa sedang orang kedua menunjukkan wajah penuh peluh dan alis berkerut. Ini adalah pemandangan yang lumrah di masyarakat, tapi entah kenapa saat ini pemandangan ini terlihat lucu.

Sejak awal Kanda tahu jika kepala sekolah SMA 1 sedang tidak berada di tempat. Lebih tepatnya, dia datang hari ini karena tahu mengenai hal ini.

Kepala sekolah SMA 1, Azuma Momoyama saat ini berusia 71 tahun. Ini adalah tahun ke 11 nya menjabat sebagai kepala sekolah SMA 1. Ada banyak orang yang memujinya karena telah memberikan kontribusi besar untuk kurikulum pendidikan sihir tinggi bagi para penyihir, tapi dia juga mendapatkan banyak kritik karena membiarkan diskriminasi pada murid jurusan 2 dan bahkan menyebabkan permusuhan antar 2 jurusan tersebut. Tentu saja itu hanyalah fitnah yang disebarkan orang-orang yang membenci kepala sekolah. Azuma Momoyama adalah orang yang memiliki autoritas di bidang pendidikan tinggi sihir dan umum, dia juga memiliki kontak luas di kedua bidang tersebut, dan dia adalah seseorang yang bahkan tidak ingin disentuh oleh Kanda yang seorang anggota dewan pemerintahan Jepang.

Kanda sengaja datang di hari Momoyama tidak berada di sekolah agar pertunjukannya bisa berjalan dengan lancar, di sisi lain Yaosaka ingin menghentikan media untuk mengumpulkan data dengan menggunakan ketiadaan Momoyama sebagai alasan utama. Perdebatan mereka terus berlanjut tapi Kanda tetap menunjukkan sikap berkuasanya. Jika mereka kehabisan waktu, maka ini akan sesuai dengan keinginan wakil kepala sekolah Yaosaka. Dari sudut pandang Kanda, dia sudah memenangkan pertandingan ini, tapi kalah dalam peperangan. Saat dia menjadi semakin tidak sabaran dan mencoba memaksakan kehendaknya, sebuah bel yang bermodel menara lonceng berbunyi dengan keras.

Di saat yang sama, dinding yang menunjukkan landscape terkenal itu mati dan gambar yang ada di sana berubah menjadi sebuah video panggilan masuk.

“Kepala sekolah!? Apa konferensi anda sudah selesai?”

Orang yang muncul di layar dinding itu adalah presiden Momoyama yang seharusnya sedang mengikuti konferensi di Asosiasi Sihir Kyoto.

“Aku meminta izin untuk rehat sebentar.” jawabnya.

Matanya mengarah pada Kanda. Efek dari 4 kamera yang diletakkan di ujung-ujung display membuat seolah-olah kepala sekolah memang berada di dalam ruangan itu. Kanda yang menerima tatapan langsung dari Momoyama pun berjengit.

“Dan anda, pak Kanda. Ada keperluan apa hingga anda repot-repot datang ke sini?”

Momoyama yang ada di layar mengikat rambutnya yang sudah putih, dan wajah bagian bawahnya penuh dengan kumis dan janggut. Area wajah yang tidak ditutupi janggut terlihat keriput, namun ekspresi wajahnya tetap datar. Meski begitu, tatapan matanya berkata jika dia tidak suka dengan kedatangan rombongan Kanda yang tidak diundang.

Jawaban Kanda terdengar menggantung dan nadanya sangat berbeda saat dia sedang berbicara dengan wakil kepala sekolah Yaosaka. “Oh, yah… Saya minta maaf karena datang tanpa memberitahu…”

“Jika anda sudah mengerti, kurasa saya bisa memintamu untuk kembali dan datang di lain hari, iya kan?” potong Momoyama dengan nada tegas. Permintaannya jelas. Dia meminta Kanda untuk segera pergi dari SMA 1.

Sebagai orang yang bertanggung jawab atas seluruh SMA 1, permintaan sang kepala sekolah pada Kanda memang sangat logis. Kanda bahkan hampir menyetujuinya karena refleks, tapi saat salah satu jurnalis berbisik ke telinganya, “Pak Kanda! Pak Kanda!” anggota dewan itu pun langsung sadar akan tujuannya datang ke tempat ini.

“Saya sangat ingin menyetujui permintaan anda, tapi saya juga memiliki maksud tersendiri.”

“Apa tujuan anda?”

Momoyama bertanya dengan tatapan tajam. Meski kepala sekolah itu ada di seberang layar, Kanda masih merasa kesulitan saat menerima tatapan setajam itu.

“Belakangan ini, ada rumor tidak mengenakkan mengenai kurikulum yang diterapkan di sekolah sihir. Masyarakat berpikir jika 9 sekolah sihir sedang mencuci otak semua muridnya agar mereka semua menjadi tentara setelah lulus.”

“Omong kosong.” timpal Momoyama dengan nada kesal.

Dia adalah kepala sekolah SMA 1 dan dia tidak memiliki posisi untuk mengatakan apa yang terjadi pada sekolah-sekolah sihir lainnya, tapi kurikulum yang dia susun memang digunakan oleh semua 9 sekolah sihir. Dia merasa sangat bangga dengan kurikulum pengembangan penyihir yang telah berhasil dia ciptakan.

“Apa anda tidak melihat usaha dan kemajuan murid-murid kami, pak Kanda? Tahun lalu, misalnya. 60% lulusan kami memilih untuk melanjutkan ke universitas sihir dan hanya 10% yang melanjutkan ke Akademi Pertahanan Nasional.”

Momoyama berargumen dengan menunjukkan data angka yang dia miliki. Kanda hanya tersenyum simpul seakan dia sudah menunggu momen ini.

“Tapi saat anda melihat pilihan pekerjaan yang dipilih oleh  lulusan Universitas Sihir sejak tahun lalu, 45% memilih bekerja di organisasi bersenjata atau yang sejenisnya. Jika anda menambahnya dengan jumlah murid yang langsung masuk ke dalam Akademi Pertahanan Nasional, maka mayoritas lulusan SMA sihir sekarang bekerja untuk pihak militer.”

Kanda serasa baru saja menskakmat Momoyama. “Mereka memilih jalan mereka sendiri-sendiri. Setelah mereka lulus dari Universitas, mereka sudah diakui sebagai orang dewasa. Memangnya apa yang bisa kulakukan untuk mengubah pikiran mereka?”

“Mungkin.” untuk beberapa alasan Kanda hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar tanggapan Momoyama. “Kurasa anda benar, kepala sekolah. Dan karena itulah saya memutuskan untuk melakukan kunjungan ke kelas-kelas… untuk menghilangkan impresi tidak tepat masyarakat yang beranggapan jika SMA sihir adalah agen dari organisasi seperti JDF.”

Dalam kalimatnya, Kanda seakan berkata jika dia akan menyebarkan apapun yang dia mau mengenai SMA sihir. Momoyama pun bisa melihat niat sanga anggota dewan.

“Tidak mudah melakukannya. Kelas praktik sihir sangat sensitif. Jika anda tiba-tiba masuk ke dalamnya, anda hanya akan membuat para siswa kebingungan.”

“Saya tidak akan mengganggu.”

Di titik ini Kanda terlihat sangat congkak. Dia terlihat bangga dan menjadi semakin keras kepala. Dia merasa tidak boleh kalah argumen dengan Momoyama.

“... Jika anda berkeras, saya akan mengizinkannya.”

Setelah berpura-pura memikirkannya selama beberapa saat, Momoyama pun mengatakan keputusannya. Saat Yaosaka melihatnya, Momoyama bisa melihat raut terkejut di wajah wakilnya itu.

“Tapi, anda hanya bisa mengamati jam pelajaran kelima saja.”

“Saya… menyetujui keputusan anda.”

Kanda tidak menduga Momoyama akan mengajukan syarat seperti itu, dan dia hampir mengatakan keberatannya. Manun, barusan dia juga berkata jika dia tidak akan mengganggu, jadi dia hanya bisa menuruti perkataan sang kepala sekolah.

“Wakil kepala sekolah, kelas mana yang sedang melakukan eksperimen di jam kelima?”

Momoyama langsung berbicara pada wakilnya dan berpura-pura tidak melihat konflik yang sedang terjadi dalam pikiran Kanda.

Rasa kaget yang dirasakan Yaosaka berubah menjadi ragu. Dia tidak perlu bertanya lagi… Momoyama sudah memahami semua jadwal dari seluruh tingkat dan kelas di sekolah ini.

“Tidak ada kelas yang melakukan eksperimen di jam kelima.”

Meski begitu, karena posisinya sebagai kepala sekolah, dia harus menjawab pertanyaan atasannya itu.

“Tapi, meskipun ini bukan bagian dari kurikulum regular, para murid dari kelas 2E sedang melakukan eksperimen tambahan di halaman sekolah.”

“Begitulah pak Kanda. Saya rasa anda harus kembali lain hari.”

“Tapi itu… setidaknya izinkan saya mengamati sisa jam pelajaran keempat!”

Jika dia mengubah jadwalnya dan datang di lain hari, dia malah akan memberikan waktu pada Momoyama untuk mencari kelemahannya. Kepala sekolah itu punya hubungan dekat dengan Partai Hak Asasi Manusia tempat Kanda bernaung. Dia sudah melakukan serangan dadakan ke wilayah kekuasaan Momoyama, jika dia harus mundur sekarang, dia akan kehilangan keuntungan yang dia miliki.

Kanda berdiri diam sambil memikirkan semua pilihan yang dia miliki, tapi Momoyama tiba-tiba berbicara.

“Pak Kanda, mic dan kamera hanya akan menghancurkan konsentrasi para murid. Kemungkinan terburuknya, akan terjadi kegagalan sihir hingga menyebabkan kerusakan yang parah. Saya rasa anda tidak ingin hal itu terjadi kan.”

Kanda tidak terlalu mengerti soal sihir dan dia sama sekali tidak punya dasar untuk melawan kata-kata Momoyama. Alasan yang diajukan kepala sekolah itu, semuanya demi para murid… Kanda tidak bisa memaksakan kehendaknya karena hal itu bisa membahayakan para murid.

“... Baiklah.” katanya dengan nada frustasi. “Bisakah anda mengizinkanku mengamati eksperimen tambahan kelas 2E?”

“Tentu saja. Wakil kepala sekolah, tolong panggil bu Smith dan minta dia untuk memandu pak Kanda ke tempat eksperimen itu.”

Momoyama pun memberi instruksi pada Yaosaka tanpa memperlihatkan wajah menangnya.

 

<<<Previous     Daftar Isi     Next>>>


Komentar

Postingan Populer