I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 143
Disclaimer: this novel, note mine π
ππππ
"Apa barusan kau menyebut mereka sebagai sampah?" tanya Liz-san dengan alis menekuk.
"Ya. Itu benar." jawabku sambil tersenyum.
Saat Liz-san menatapku, aku bisa melihat pupil matanya yang melebar, bukti jika sistem saraf simpatetiknya ada dalam mode overdrive.
"Mungkinkah... kau mau melindungi mereka? Meski mereka sudah menghinamu sekejam itu?" tanyaku. Setelah itu aku tersenyum dan berkata "Ngomong-ngomong, aku tidak bilang jika mereka itu sampah. Mereka lebih buruk daripada sampah."
"Yang mereka lakukan mungkin buruk, tapi itu tidak membuat mereka setara dengan sampah!" ucap Liz-san dengan tatapan menusuk.
"Oh, ya ampun... Aku sangat tersentuh saat mendengarnya."
"Apa kau sedang mengejekku?"
"Tentu saja tidak. Aku sakit hati saat kau berpikiran seperti itu. Justru sebaliknya, aku sedang memujimu. Melindungi gadis-gadis nakal yang baru saja menghinamu bukan sesuatu yang bisa dilakukan semua orang. Aku tidak mungkin bisa melakukan hal seperti itu."
"Bukannya aku sudah memaafkan mereka... Aku hanya merasa marah karena kau membandingkan mereka dengan barang kotor." jelas Liz-san dengan suara yang sedikit lebih tenang.
Liz-san tidak salah. Aku sendiri merasa jika kata-kataku agak sedikit keluar batas. Tapi... meski kau menyiksaku, aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Saat ini aku hanya perlu mengikuti alur pembicaraan ini.
Aku menarik nafas dan memfokuskan pikiranku.
"Yah... Sebenarnya mereka juga sudah tidak diperlukan lagi, kau setuju kan?"
"Apa maksudmu?"
"Mereka." jawabku smbil melemparkan pandangan ke arah para gadis itu.
Wajah Liz-san terlihat ragu. Kurasa dia pasti kesulitan saat ingin mengatakan jika gadis-gadis seperti mereka adalah salah satu elemen penting dari sistem sosial masyarakat.
"Mereka sama dengan sampah... Ini semua adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri. Setelah apa yang mereka lakukan hari ini, memperlakukan mereka sebagai sampah tidak terlalu berlebihan." kataku dengan nada dingin. Tatapanku terlihat tanpa ampun saat melihat para gadis itu.
Di sisi lain, para gadis itu tidak menunjukkan reaksi apapun pada perkataanku. Tidak ada raut marah, sedih, atau tersakiti. Wajah dan mata mereka tetap terlihat kosong seperti boneka yang kehilangan nyawanya.
Selama beberapa menit ini mereka hanya bereaksi saat Liz-san membela mereka. Yang mereka tunjukkan bukan wajah penuh harap. Yang mereka tunjukkan adalah ekspresi penuh rasa terima kasih dan apresiasi yang mendalam.
Untukku... Ini adalah perkembangan yang terbaik. Jika jumlah pengikut Liz-san bertambah, tentu aku merasa senang. Tapi sayang, mereka memujanya karena cuci otak yang secara tidak sadar dilakukan oleh idola mereka sendiri.
"Yang mereka lakukan mungkin jahat..."
"Mungkin? Perbuatan mereka memang jahat."
"Tapi... Itu tidak membuat mereka sederajad dengan sampah. Mereka bukan sampah."
"Hmm... Menurutmu begitu? Tapi, jika aku jadi kau, aku tidak akan mau dekat-dekat dengan mereka."
"Kenapa kau selalu berkata seperti itu?"
Tiba-tiba Liz-san menatapku dengan tatapan mengasihani.
Huh? Kenapa dia menatapku seperti itu?
"Mereka sudah meminta maaf dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan. Kita tidak perlu menyalahkan mereka lebih dari ini." kata Liz-san.
Jika dilihat dari suasana kelas ini, tampaknya para murid juga setuju dengan opini Liz-san.
"Liz-san, tidakkah kau terlalu fokus pada sisi baik semua orang?"
"Apa yang salah dengan itu? Orang yang menarik adalah orang yang bisa menemukan sisi baik dari orang lain!"
"Omong kosong apa itu~? Apa kau ini idiot? Orang yang menarik adalah orang yang menemukan sisi baik orang lain? Hah! Jika kau tidak bisa menemukan kekurangan dan kesalahan orang lain, kau tidak akan bisa menang dalam sebuah pertempuran! Daripada membuang waktu di sini, kenapa kau tidak mendaftar jadi suster saja?" ucap Mel dengan nada provokatif. Suara tawanya memenuhi kelas ini.
"Mel, kau tidak sopan pada para suster itu." timpal Gilles dengan wajah datar seperti biasa.
"Eeh~~? Kalau begitu... Bagaimana kalau kau jadi malaikat saja?"
"Itu lebih baik. Kalau dia jadi malaikat, bukannya Alicia cocok jadi iblisnya?"
"Ah, tapi~ analogi ini membuatku berpikir... Siapa malaikat dan iblis yang sesungguhnya~~?"
"Iya juga. Kau benar soal itu."
"Kalian berdua makin akrab ya." kata Henry-oniisama saat melihat interaksi keduanya.
Oniisama, kalau kau memang mau menginterupsi mereka, lakukan itu lebih cepat lagi oke.
Tapi, setelah kuperhatikan lagi, sekarang Gilles jauh lebih terbuka pada Mel. Kurasa mereka berdua beroprasi di panjang gelombang yang sama.
Terima kasih untuk interlude brilian itu... Sekarang tensi 'menyenangkan' yang sudah susah payah terbentuk sirna dalam sekejap.
Aku ingin membangun obrolan agar Liz-aan sadar jika dunia tidak tersusun dari orang baik saja. Sayangnya perhatian kami semua teralihkan pada intermezzo ringan antara Gilles dan Mel.
Yah... Para gadis itu memang sudah 'busuk' dari sananya. Mereka pasti akan melakukan hal ini lagi jika ada kesempatan lain.
"Kalau begitu aku undur diri dulu." kataku sambil tersenyum manis pada Liz-san.
"Jadi sekarang kau mau melarikan diri?" ejek Eric-sama. Suara penuh kebenciannya terdengar jelas ke seluruh pelosok kelas.
"Apa katamu barusan? Aku melarikan diri? Lucu sekali. Memang aku melarikan diri dari apa?"
"Karena Liz selalu berusaha melihat sisi baik semua orang, mereka semua menyukainya. Tapi kau tidak pernah berusaha untuk melihat kebaikan itu, makanya kau lari. Kau mungkin merasa iri pada hatinya yang bersih dan indah, tidak sepertimu yang hitam dan busuk." ucap Eric-sama dengan tatapan menusuk.
Aku berani taruhan jika suatu hari nanti mata Eric-sama akan terus seperti itu... Lihat, setiap kali kami bertemu, matanya terlihat mengerikan seperti itu.
Eric-sama berjalan ke arahku dengan gaya mengancam. Dadanya membusung dan bibirnya membentuk seringai mengerikan.
Uuugh... Apa yang mau dia lakukan sekarang? Kenapa setiap hari aku harus bertemu dengan para pembuat masalah?? Kau dengar, SETIAP. HARI!
Aku pun membalikkan badanku dan menatap Eric-sama yang sekarang berada tepat di depanku.
Komentar
Posting Komentar