I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 146
Disclaimer: novel ini bukan punya saya.
ππππ
"Gilles! Bangun!" ujarku sambil berjalan ke arah sofa tempatnya tidur. Aku langsung memegang bahunya dan menggoyangkan tubuhnya hingga dia terbangun.
"... Ada apa?" tanyanya dengan wajah mengantuk.
Apa Gilles punya darah rendah? Sekarang memang tidak terlalu pagi, tapi dia terlihat marah saat aku membangunkannya. Kerutan diantara 2 alisnya terlihat sangat tebal.
Aku hampir tidak pernah melihat Gilles yang seperti ini... Tapi aku senang saat melihat wajah marahnya.
Biasanya, Gilles hanya akan menunjukkan wajah itu pada Liz-san dan para pengikutnya. Jadi... inikah rasanya menjadi sasaran tatapan marah Gilles? Matanya terlihat sangat garang dan kurasa itu akan sangat efektif jika digunakan untuk Liz-san dan para pengikutnya. Saat ini heroine sudah sangat terkenal dan memiliki banyak penggemar, jadi dia pasti sudah terbiasa mendapatkan tatapan memuja yang penuh dengan cinta. Bagaimana perasaannya jika menerima tatapan haus darah dari Gilles? Aku sangat menantikannya.
Sepertinya aku juga harus berterimakasih pada Henry-oniisama. Berkatnya Gilles bisa mengurangi frekuensi kemarahannya. Saat aku pertama kali bertemu dengan Gilles, dia selalu mendesis saat merasakan sesuatu yang mengancam keselamatannya.
Ah, tunggu! Ini bukan waktu yang pas untuk mengenang masa lalu. Aku kembali tersadar dan menunjukkan sesuatu kepada anak itu.
"Lihat!" kataku sambil menjentikkan jari.
Dalam sekejap, map yang ada di atas meja langsung melompat ke arahku seperti anak anjing. Aku langsung menagkapnya dan mengibaskannya di depan Gilles, sebuah senyum mengembang di wajahku.
Anehnya, Gilles sama sekali tidak kaget saat melihatnya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatapku dengan matanya yang masih terbuka setengah.
Sama sekali tidak ada reaksi? Padahal aku ingin melihatnya terkejut.
"... Ya? Memangnya ada apa?" gumamnya pelan.
"Aku bisa menggunakan sihir!" teriakku sambil melambaikan map yang ada di tanganku sekali lagi.
Akhirnya mata Gilles terbuka lebar.
"Haaa... Syukurlah." kata Gilles sambil menghela nafas. Dia terlihat lega dan bahagia saat menatapku.
Gilles terlihat sangat mengkhawatirkanku dan aku merasa sangat bahagia.
"Hari ini Alicia Williams resmi kembali ke garis depan!" kataku sambil tersenyum lebar. Gilles hanya tersenyum saat mendengarkan kelakarku.
XXX
"Tolong beritahu aku sekali lagi. Kenapa kita harus menyelinap seperti ini? Kenapa kita tidak langsung pergi ke tempat Arnold?" Bisik Gilles saat kami sampai di depan gerbang akademi. Meski Gilles terdengar enggan dia tetap mengikutiku dengan patuh.
Saat aku memasuki kawasan akademi, mataku langsung dibutakan oleh pantulan cahaya dari kaca berwarna yang menghiasi gedung akademi.
Kenapa ada banyak sekali kaca berwarna di gedung ini? Daripada menghabiskan uang untuk kaca-kaca itu, bukankah ada bagian lain dari akademi yang bisa dimaksimalkan...?
"Alicia? Kau dengar tidak?"
"Aku dengar. Aku hanya merasa silau saat melihat semua kemegahan tidak berguna ini..."
"Jangan mengalihkan pembicaraan." ucap Gilles sambil menatapku. Aku yang menerima tatapan serius itu pun hanya balik menatapnya dengan mata menyipit.
"Ini bukan masalah besar. Setelah aku memikirkannya dengan hati-hati, aku sadar jika pertemuanku dengan ayahanda tidak terlalu penting."
"Kapan kau memikirkannya? Bukannya beberapa hari yang lalu kau..."
"Benar. Awalnya bertemu ayahanda adalah hal yang paling penting. Aku berpikir jika aku harus segera bertemu dengannya setelah masa pengasinganku selesai. Tapi sejak saat itu ada banyak hal yang terjadi." potongku.
Hal-hal yang harus kupikirkan juga meningkat drastis dalam 1 minggu ini.
Dan ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan percakapan 4 mata dengan ayahanda... Aku yakin jika kami sampai bertemu, maka obrolan kami akan sangat jauh dari kata santai. Ancaman jika ayahanda akan memaksaku berhenti mengawasi Liz-san adalah masalah yang sangat serius. Meski begitu ada hal lain yang harus kulakukan terlebih dahulu.
Ada banyak hal yang harus kupikirkan dan kudiskusikan dengan paman Will, Contohnya soal serigala yang muncul di akademi... karena itu aku tidak punya pilihan lain selain mengulur waktu pertemuanku dengan ayahanda.
"Kau benar. Ada hal yang harus kita lakukan sebelum bertemu dengan Arnold." kata Gilles.
Karena kami berdua sudah saling kenal sejak lama, kurasa Gilles bisa mengerti apa yang sedang kupikirkan meski aku tidak mengatakannya dengan gamblang.
"Iya kan?" kataku sambil tersenyum kepadanya.
Setelah pembicaraan kami selesai, kami pun berjalan ke arah gedung akademi bersama-sama.
Padahal hanya beberapa hari aku tidak menginjakkan kaki di tempat ini... tapi rasanya sudah bertahun-tahun untukku.
"Hei, Gilles... mau bertaruh?" tanyaku sambil menyeringai ke arahnya.
"Hah!?" Gilles menatapku dengan mata yang seakan berkata jika aku sudah gila.
... Aku bisa memahaminya. Menanyakan hal seperti itu dengan tiba-tiba memang terasa sangat aneh.
"Aku bertaruh jika mereka mengira aku sudah dikeluarkan dari akademi." kataku dengan nada sinis.
Untuk sesaat Gilles tidak mengatakan apa-apa, tapi beberapa saat kemudian dia menunjukkan sebuah senyum mencemooh dan berkata.
"Aku bertaruh kalau mereka mengira kau sudah mati." ujarnya.
Aku hanya tertawa saat mendengarnya.
Mungkin aku satu-satunya orang yang bisa tertawa saat mendengar orang lain berspekulasi soal kematianku.
"Kau kejam juga." kataku sambil terkikik.
"Kita sedang bertaruh kan? Semua bangsawan itu punya penampilan yang sangat menarik, dan pasti mereka bisa menutupi sifat buruk dan kejahatan mereka hanya dengan penampilan mereka."
"Benar juga, saat aku tidak muncul mereka pasti akan berpikir kalau aku sudah mati."
"Itu semua salah dunia yang sudah rusak ini. Hal yang paling penting bagi mereka adalah wajah tampan dan cantik. Mereka sama sekali tidak peduli dengan apa yang ada di dalam diri mereka masing-masing."
"Itu juga benar... tapi punya wajah tampan dan cantik lalu sifat yang sangat baik pasti masih tetap dikatakan sebagai tipe ideal semua orang, iya kan? Misalnya orang seperti Liz-san." kataku dengan nada serius.
Gilles terdiam saat mendengar kata-kataku.
Kalau kau harus membagi kami berdua menjadi kelompok, maka aku akan masuk ke dalam kelompok orang-orang yang mementingkan penampilan luar dan Liz-san akan masuk ke dalam kelompok orang-orang yang lebih mengedepankan inner beauty.
Meski masyarakat dunia ini sangat mementingkan penampilan, wajah cantikku sama sekali tidak berguna. Aku tidak kaget soal ini. Saat orang lain menatapku, mereka selalu berpikir jika aku adalah wanita dingin yang kejam. Mereka tidak pernah menganggapku cantik... dan semua itu hanya karena aku menggunakan penutup mata ini! Aku berharap mereka bisa mengabaikan benda kecil ini dan melihat kecantikanku yang sesungguhnya.
Lalu... meski aku memiliki wajah yang jelek, aku tidak akan bisa bergabung dengan kelompok sebelah. Bisa dibilang, hatiku sudah terlalu keruh jadi aku tidak akan bisa bertahan di sana. Jujur saja, aku bahkan tidak mau masuk ke dalamnya. Aku adalah wanita jahat tulen dan sudah ada orang yang tepat untuk menjalankan peran orang baik seperti itu.
Pikiranku mulai melayang karena membicarakan topik seperti ini.
"Kupikir kau lebih baik daripada Liz Cather." gumam Gilles sambil melihat ke bawah, jadi aku tidak bisa mendengar perkataannya dengan jelas.
"Kau bilang apa barusan?"
"Tidak ada." jawab Gilles sambil tersenyum lebar ke arahku.
Sudah lama aku tidak melihat ekspresi ini di wajah Gilles.
Aku tahu ada sesuatu di balik ekspresi itu, tapi Gilles tidak akan mau mengatakannya kepadaku. Lagipula, jika aku memang harus mengetahuinya, Gilles pasti akan mengatakannya padaku.
"Hei, kalau aku menang, aku ingin gelangmu."
"Gelang?"
Aku terpaku saat mendengarnya, dan saat aku menatapnya aku tahu jika Gilles sedang serius.
Apa dia... ingin memiliki salah satu barangku?
Ah, tidak mungkin... aku terlalu banyak berpikir.
"Oke. Kalau begitu, jika aku yang menang... aku ingin kau memberitahuku sesuatu yang menurutmu belum kuketahui."
Mata Gilles membulat saat mendengar jawabanku.
"Hanya itu? Kau benar-benar hanya ingin tahu soal itu?"
"Hanya itu? Pengetahuan adalah hal yang paling berharga di dunia ini."
"Oke. Aku mengerti." kata Gilles dengan senyum lebar.
Hari ini rasanya Gilles lebih sering tersenyum dan senyumnya terlihat sangat menyilaukan hingga aku tidak bisa menahan senyumku sendiri.
Komentar
Posting Komentar