Mahouka Volume 12 Chapter 4 Part 1
Disclaimer: novel ini bukan punya saya
🌸🌸🌸
Tokyo, Osaka, dan Nagoya adalah 3 kota terbesar di Jepang
pada saat ini. Dulu Osaka pernah mengalami penurunan tanah yang sangat parah,
tapi dengan pengurangan besar pada harga distribusi fisik (yang berpusat pada
dihapuskannya pembayaran penggunaan bandara dan perubahan sistem pelabuhan
menjadi 24 jam sehari), kota itu kembali menjadi kota komersil yang ramai
dengan penduduk.
Tapi kejadian kali ini tidak terjadi di Osaka,
melainkan di Nagoya.
Waktu hampir menunjukkan pukul 11 malam. Tempat terjadinya
kejadian ini adalah di taman Atsuta yang ada di daerah Horikawa.
"Kalau aku boleh berpendapat, melakukan pertemuan
rahasia di tempat seperti ini bisa membuat orang lain merasa curiga."
Seorang gadis muda (yang sepertinya lupa jika dia juga
berada di tempat mencurigakan) sedang berdiri di balik semak-semak yang berada
di sebelah jalan setapak. Usianya sekitar 15-16 tahun dan dia memiliki rambut
panjang bergelombang yang terlihat sangat lembut. Gadis itu menggunakan baju
yang sangat mencolok hingga mungkin orang-orang akan beranggapan jika dia ingin
pergi ke sebuah konser musik rock.
"Ya ampun, cara kakak berpakaian saja sudah terlihat
sangat mencurigakan. Aku tidak mau mendengarmu berkata seperti itu saat kita
berada di tempat seperti ini."
Suara kedua terdengar lebih rendah dari suara gadis
biasa, tapi suara itu juga masih bisa dibilang terlalu tinggi untuk pemuda
seumurannya. Orang lain mungkin tidak akan bisa tahu apa jenis kelamin si
pemilik suara hanya dari mendengarkan suaranya saja. Sosok kedua menggunakan jumper
dress mini warna hitam dengan legging warna senada. Jika dilihat sekilas, dia
terlihat seperti seorang gadis biasa.
Di bawah jumper dress itu dia menggunakan kaos turtleneck
warna hitam, jadi bagian tubuhnya yang sama sekali tidak tertutupi hanya wajah
dan telapak tangannya. Jika kau memperhatikan dengan lebih seksama, kau bahkan
bisa melihat tonjolan kecil di area dadanya. Gadis kedua memiliki rambut lurus
model bob dengan ujung rambut menyentuh bagian rahangnya. Dia memanggil gadis
pertama dengan sebutan 'kakak (oneechan)' meski terlihat seumuran, jadi mungkin
gadis itu lebih muda dari gadis pertama... atau mungkin mereka berdua adalah
anak kembar.
"Kau cuma tidak mengerti, iya kan Yami?"
Gadis yang dipanggil Yami mengernyitkan alisnya selama
beberapa detik, tapi dia memilih untuk tidak mengatakan apapun.
"Jika aku menggunakan baju seperti ini, aku bisa
berjalan ke tempat ini dengan lebih bebas KARENA orang lain akan berpikir kalau aku cuma anak nakal biasa."
Kata-kata gadis pertama terdengar masuk akal untuk Yami dan
dia tidak bisa membantahnya. Tapi tetap saja, tugas yang diberikan kepada
mereka saat ini melibatkan kontak langsung dengan target, ada kemungkinan
mereka berdua akan melawannya. Untuk itu, menggunakan pakaian yang
membuat mereka bisa mudah bergerak adalah suatu kewajiban. Pakaian yang
terlihat ribet seperti yang digunakan sang kakak biasanya tidak akan cocok
dengan misi seperti ini. Meski Yami sudah memilih baju yang sesuai (yang
sebenarnya masih bisa disebut crossdress juga), sang kakak malah berkata jika
dirinya sama sekali tidak paham. Yami tidak ikhlas saat mendengarnya.
Yami ingin menyanggah kata-kata sang kakak tidak perduli
bagaimana caranya. Dia berusaha mencari kata-kata yang pas, tapi sebelum dia
sempat merangkai kata-kata yang muncul dalam kepalanya, fokusnya langsung
beralih karena dia mendengar pemberitahuan dari receiver yang dia pakai di
telinganya.
"Sepertinya target kita sudah datang." kata Yami.
"Aku juga sudah mengkonfirmasinya. Aku sama sekali tidak
menyangka jika mereka akan menggunakan perahu... house boat malah. Perahu
jenis itu sangat mencolok... jika mereka menggunakannya di sini, sudah pasti
mereka tidak punya niat untuk bersembunyi..."
Perban yang menutupi mata gadis pertama adalah sebuah MHD
(Head-Mounted Display). Kakaknya berkali-kali mengusap permukaan perban itu
sambil membuka tutup mata kanannya. Sepertinya dia merasa tidak nyaman saat
menggunakannya.
'Kau tidak harus menggunakannya, tahu.' batin Yami.
"Kurasa mereka tidak ingin bersembunyi. Meski
ada saksi mata, jika mereka berkata bahwa mereka adalah orang yang memberi informasi
pada para jurnalis... itu akan terdengar masuk akal."
"Jurnalis ya..." kata si kakak dengan nada tidak
suka.
Yami mengedikkan bahunya pelan. "Kesampingkan rasa
tidak sukamu pada media untuk lain kali, Yoru."
"Yami, belakangan ini kau jadi semakin menyebalkan, kau
tahu itu?"
Yori mengatakannya seakan pembicaraan mereka selama beberapa
menit terakhir sama sekali tidak berguna. Yami tidak menghiraukan kata-kata
Yoru dan memfokuskan perhatiannya pada sebuah perahu houseboat yang berukuran
lumayan besar, tapi tetap saja Yami tidak tahu berapa jumlah kamar yang ada di
sana. Perahu itu juga sepertinya tersambung ke sebuah dermaga kecil yang mirip
seperti gondola. Di sana Yami bisa melihat 2 orang laki-laki yang sedang
berjalan ke arah perahu.
Yang menyambut mereka berdua adalah seorag laki-laki paruh
baya yang tidak terlalu tinggi. Laki-laki paruh baya itu menggunakan pakaian
yang agak kebesaran untuk menyembunyikan bentuk tubuhnya, tapi mereka bisa tahu jika
laki-laki itu memiliki tubuh yang terlatih dalam pertarungan. Dari tubuhnya
juga menguar bau bubuk mesiu dan asap yang sangat kuat.
"Apa dia benar-benar wartawan?" Dia kelihatan
seperti tentara bayaran."
"Sepertinya dia juga punya pengalaman sebagai tentara
bayaran. Kau sudah dapat datanya kan?"
Yoru menatap adiknya dengan tatapan 'kau tidak lihat ya?'.
Dia sudah memastikan data si wartawan. Laki-laki itu merasa dirinya sudah
bersembunyi dengan baik dan sepertinya dia sama sekali tidak menyadari
keberadaan Yami dan Yoru. Data visual yang mereka dapatkan membuat keduanya
bisa mengetahui profil laki-laki itu dengan lebih detail.
"Katanya dia seorang wartawan yang menerima pendidikan
militer."
"Hm... wartawan memang pekerjaan yang penuh
ironi..."
"Ya, ya. Kau bisa mengatakan semua uneg-unegmu padaku
nanti."
"Uneg-uneg... Yami, kau benar-benar banyak bicara malam
ini."
"Ayo pergi. Kalau kau tidak keberatan, kita ke kapalnya
dulu."
Yoru merasa sebal saat mendengar perkataan sang adik.
Meskipun dia masih muda, dia adalah seorang profesional. Dia tidak akan mengesampingkan
misi hanya karena perasaan pribadi.
"Ya, ya." jawab Yoru santai, tapi wajahnya masih
terlihat serius. Yoru melepaskan aksesori kulit yang menutupi lengan kirinya.
Sebuah CAD yang berbentuk mirip gelang terpasang di sana. Yoru menekan beberapa
tombol yang ada di CAD itu dan mengaktifkan mantra sihir yang ingin dia
gunakan.
"Waktunya untuk meledakkan mereka semua."
Yoru mundur ke belakang adiknya. Dia bisa melihat houseboat
milik target dari sela-sela pepohonan dan semak yang ada di depan mereka.
Tiba-tiba tubuh Yami menghilang.
Sedetik kemudian Yami sudah berada di atas kapal.
Pseudo teleportation. Itu adalah nama mantra yang digunakan
oleh Yoru. Mantra itu bisa meniadakan momentum yang dimiliki suatu objek
(misalnya tubuh manusia) dan menciptakan sebuah kepompong udara di sekitar
target. Lalu tabung vakum berukuran lebih besar dari objek akan bertindak
sebagai lintasan kepompong tersebut. Ada 4 proses dalam mantra ini: pembobotan,
penahanan, konvergensi, dan gerakan. Jika dilihat, mantra ini bukan mantra yang
terlalu sulit. Kelemahan dari mantra ini adalah pembuatan tabung vakum. Tabung
itu menciptakan aliran udara karena udara terdorong dari dalamnya, artinya target bisa mengetahui kemana tujuan objek. Jika seseorang memiliki kemampuan
untuk menahan mantra itu dan kemudian kabur, orang itu bisa menggunakan
kecepatan untuk membuat pengguna mantra ini merasa kaget. Tapi pada dasarnya mantra ini lebih
cocok untuk melarikan diri daripada digunakan untuk menyerang.
Tapi, mantra pseudo transportation yang diaktifkan oleh Yoru
tidak menimbulkan riak air sedikitpun. Dia bahkan bisa mengatasi aliran air
yang muncul karena tabung vakum itu dengan kekuatan kontrolnya. Itu adalah bukti
jika gadis itu memiliki kemampuan sihir yang tinggi.
Komentar
Posting Komentar