I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 142

 Disclaimer: this web novel is not mine. All copyright and praise is for the author only.


Sedikit warning: kata kasar dan hinaan berlebih dari beberapa karakter

๐Ÿˆ๐Ÿˆ๐Ÿˆ๐Ÿˆ

Mata semua orang langsung tertuju ke arah pintu masuk kelas.

Di sana, Finn-sama berdiri dengan wajah serius sedangkan Curtis-sama berdiri santai di belakangnya.

Woow... Ternyata mereka tahu apa itu arinya timing kemunculan yang tepat.

"Darimana saja kalian berdua?" tanya Henry-oniisama dengan wajah ceria seakan dia tidak bisa membaca suasana yang ada di kelas ini.

Sepertinya Finn-sama tidak bisa mendengar pertanyaan Henry-oniisama. Dia terus menatap para gadis yang sedang bergerombol di dekat Liz-san dengan tatapan tajam.

Saat melihat Finn-sama yang tidak menghiraukannya, kupikir Henry-oniisama akan belajar agar dia selalu membaca situasi sebelum mengatakan sesuatu, tapi...

"Finn dan aku sedang bermain lempar tangkap, tapi kami tidak sengaja memecahkan sebuah jendela." jawab Curtis-sama dengan nada santai.

Aahh... Ternyata di sini ada 1 orang lagi yang tidak paham dengan keadaan di kelas ini.

Finn-sama juga tidak menghiraukan perkataan Curtis-sama dan terus berjalan ke arah Liz-san.

Sudah 2 tahun aku tidak melihatnya dan Finn-sama masih terlihat sama seperti dulu. Rasanya agak ngeri saat melihat penampilannya yang tidak berubah sama sekali. Tapi kalau aku boleh berpendapat... Jika ada pemuda berusia 18 tahun dengan paras seperti Finn-sama, para shotacon di negara ini pasti akan merasa sanggat bahagia karena tahu jika objek afeksi mereka tidak terpengaruh dengan umur.

"Finn-sama? Apa maksud perkataanmu?" tanya gadis berambut oranye terang. Wajahnya terlihat sedikit meringis.

Saat aku sedang memikirkan penampilan Finn-sama, atmosfer berat di kelas ini mulai menggeliat sekali lagi.

"Aku juga sedang memikirkan hal yang sama dengan kalian. Apa maksud dari perkataan kalian tadi pagi?"

Suara Finn-sama sangat enak untuk didengar. Suara Gilles juga, tapi suara Finn-sama terdengar lebih lembut dan manis.

Meski mereka berdua terlihat seumuran, Gilles terlihat jauh lebih dewasa. Mungkin itu karena Gilles sudah mengalami banyak cobaan selama hidupnya dan hal itu memberikan pengaruh yang besar kepadanya.

"Sikapnya mengingatkanku padamu." bisikku pada Gilles.

"Haah? Aku tidak secantik dia. Dan rambutku tidak semenyilaukan rambutnya. Dan lagi, orang itu 7 tahun lebih tua dariku." balas Gilles sambil mengernyitkan alisnya.

Ya ampun... Dia sampai menyebut Finn-sama sebagai 'orang itu'. Apa Gilles tidak suka jika dibandingkan dengan dia? Lalu, Gilles juga tidak menangkap poin yang ingin kusampaikan kepadanya. Aku kan tidak sedang membandingkan penampilan mereka berdua...

"Tunggu, Finn. Aku tidak mengerti. Bisakah kau menjelaskannya padaku?" tanya Liz-san dengan wajah kebingungan.

"Hm... Coba lihat." katanya. "Intinya, para gadis itulah yang menghampiri Alicia dan mulai menghinamu duluan. Alicia tidak menghiraukan mereka... Itu saja yang kutahu." jawab Finn-sama sambil mengendikkan bahunya.

"Oh, tapi aku bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Ini mungkin cuma spekulasi, tapi menurutku Alicia sudah menginjak ekor mereka. Kau tahu, mengatakan sesuatu yang membuat mereka merasa marah dan malu? Karena para gadis itu tidak bisa menerimanya, mereka pun berlari kepadamu dan mencoba menyalahkan Alicia sebagai bentuk balas dendam." setelah itu Finn-sama menatap wajah Liz-san. "Aku tidak mau menyakiti perasaanmu, tapi... Kurasa semua hinaan yang mereka beritahukan kepadamu hari ini adalah perasaan mereka yang sesungguhnya padamu. Semua itu berasal dari mereka sendiri. Alasan kenapa mereka mendekatimu, Liz, adalah agar Alicia menanggung semua kesalahan mereka."

Wajah Liz-san benar-benar terlihat luar biasa. Bahkan wanita jahat sepertiku saja merasa kasihan padanya. 

Finn-sama benar-benar brutal. Dia yang sekarang mengingatkanku pada Mel. Meski penampilan luarnya terlihat sangat imut dan menggemaskan, tapi dia sama sekali tidak segan untuk menyobek hati seseorang dengan kebenaran yang sangat tidak enak untuk didengar.

Saat aku sedang tenggelam dalam pikiranku, aku mendengar suara tawa yang keras.

"Kalian benar-benar bodoh dan menjijikkan~." kata Mel dengan wajah bahagia. Dia terlihat sangat senang, jari telunjuknya mengarah pada para gadis yang sedang berkerumun di dekat Liz-san.

"Jangan menunjuk." ujarku pelan. Karena Mel lebih tua dariku, rasanya aneh saat aku harus mengingatkannya untuk tidak melakukan hal tidak sopan seperti itu.

"Okayy." jawab Mel dengan wajah sedih. Dia langsung menurunkan tangannya seperti seorang anak yang baru saja dimarahi orang tuanya.

Jika Mel tidak membuka mulutnya, orang pasti akan beranggapan jika dia adalah gadis yang sangat manis dan menggemaskan... Apa ini yang namanya gap moe?

"Bukannya ini yang namanya tersandung dan tertusuk pisau sendiri? Kalian sama sekali tidak bisa mendekati level kecantikan Alicia, lebih parah lagi ternyata otak kalian juga banyak lubangnya. Kupikir semua kekurangan itu akan membuat kalian fokus untuk memperbaiki diri... Tapi ternyata tidak. Kalian terlalu brengsek dan semua itu tidak bisa menyelamatkan kalian." kata Mel dengan wajah sumringah.

Aku merasa sangat kagum saat melihat senyum manisnya yang tidak luntur meski sudah mengatakan sesuatu yang sangat tajam dan menyakitkan... Di sini, apa hanya aku yang berpikir seperti itu?

Aku tahu jika para gadis itu tidak memiliki pikiran yang sama denganku. Dari sini saja aku bisa melihat wajah penuh peluh yang terlihat sangat ketakutan.

Tatapan yang mereka berikan pada Mel bukan tatapan yang biasa kau berikan pada orang lain. Tatapan mereka penuh dengan rasa teror seakan sedang berhadapan dengan seekor beruang yang sedang membuka mulutnya lebar-lebar.

Mel terus berbicara, tapi pada akhirnya Duke-sama menghentikannya dengan sebuah pukulan pelan di kepala.

"Hentikan." ucapnya dengan nada jengkel.

... Kalau begini, mereka berdua tidak terlihat seperti majikan dan pelayan.

"Duke lebih cocok dipanggil kakaknya Mel." bisik Gilles kepadaku dan aku mengangguk setuju kepadanya.

Di waktu yang sama aku menatap Liz-san. Matanya terlihat berkaca-kaca seakan dia tidak bisa mengikuti arah pembicaraan kami. Ada banyak sekali informasi yang disampaikan dalam waktu singkat ini, dan aku yakin jika Liz-san belum bisa mencernanya dengan baik. Tapi ini bukan situasi yang ideal... Aku tidak mau jika semua ini membuat Liz-san tidak bisa percaya pada orang lain di masa depan.

Ah... Ngomong-ngomong, sesuatu seperti ini juga tidak baik untukku kan? Bagaimana jika Liz-san berubah menjadi pemurung? Kalau itu sampai terjadi aku tidak akan bisa menggunakan Liz-san dalam rencana besarku!

Sebagai heroine, harusnya dia akan menjadi alasan kejatuhanku. Dia akan menjadi seseorang yang menyibak perbuatan jahatku dan membuatku menjadi semakin terkenal! Aku tidak bisa kehilangan 'alat' sebagus dirinya!!

Meski begitu aku tidak punya niat untuk menghina atau memfitnah Liz-san. Aku hanya ingin memperlihatkan kejamnya dunia kepadanya.

"Hey, kalian... Gadis-gadis bodoh." panggilku sambil berjalan mendekati mereka.

"Kalian dengar itu~~ Alicia juga menganggap kalian bodoh~."

"Cukup. Berhenti berbicara." perintah Duke-sama pada Mel. Pangeran itu mengatakannya dengan alami seakan dia sudah sering menghadapi masalah seperti ini.

"Ah, kasihan sekali. Kenapa kalian gemetaran seperti itu? Apa kalian pikir dengan menangis, seorang kesatria dengan kuda putih akan datang dan menyelamatkan kalian? Sayang sekali... Air mata kalian hanya terbuang sia-sia. Memangnya siapa yang mau menyelamatkan kalian? Apalagi kalian baru saja membuat tuduhan mengerikan pada seseorang. Kalian ini senang membuat orang lain kesusahan tapi tidak mau mengalaminya sendiri, iya kan? Kalian lebih buruk dari sampah."

Aku mengatakan kalimat sarkas terkejam yang bisa kupikirkan saat ini.

Saat ini aku merasa sangat senang karena biaa mendapatkan tempat nonton VIP hingga bisa melihat ekspresi muka para gadis itu dan Liz-san dengan sangat detail. Ah... Wajah mereka terlihat sepucat mayat dari sini. Aku merasa bangga saat melihat mata para gadis itu yang perlahan menjadi kosong.

Aku tidak tahu apakah reaksi mereka disebabkan oleh kata-kataku, atau karena mereka sudah lelah dengan semua drama yang mereka buat ini. Kuharap alasannya memang yang pertama...

Yah... Apapun yang terjadi, tugasku hanyalah bekerja keras untuk melempar kata-kata kejam pada mereka.

"Sampah..." akhirnya Liz-san membuka mulutnya. Aku meliriknya sekilas dan mendapati jika gadis itu sedang menatapku dengan wajah serius.

Wajahnya seakan berkata jika dia sedang marah padaku. Mata emerald itu terlihat berkilauan... Sepertinya Liz-san sang saintess berhasil pulih dengan cepat.

Ini adalah Liz-san yang ingin kulihat! Aku tidak suka Liz-san yang terlihat kosong dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin mata itu menatapku dengan tatapan penuh rasa keadilan, seperti biasanya.

Karena hati Liz-san sangat murni dan polos, aku yakin jika dia pasti akan membela para gadis itu. Meski dia membenci mereka, aku yakin jika Liz-san tidak akan menelantarkan mereka. Aku tahu persis apa yang bisa membuat Liz-san marah... Bisa dibilang aku lebih memahami Liz-san jika dibandingkan dengan dirinya sendiri.

Aah... Mungkin aku sudah berpikir terlalu jauh.

Aku tahu jika memanggil orang lain dengan sebutan 'sampah' sudah sangat keterlaluan untuk Liz-san. Apalagi sekarang aku bilang jika para gadis itu lebih buruk daripada sampah.

Sebaiknya aku tidak menggunakan hinaan itu lagi di masa depan. Ini adalah kali pertama dan terakhir aku mengucapkan hinaan itu.

Akan tetapi aku sama sekali tidak menyesal sudah mengatakannya sekarang. Aku melakukannya karena ku tahu jika ini adalah cara tercepat agar Liz-san kembali normal seperti biasanya. Dan rencanaku berjalan dengan lancar. Awalnya aku berencana menyebut para gadis itu sebagai 'sampah yang sudah tidak bisa didaur ulang' tapi aku merasa jika hinaan seperti itu sudah sangat keterlaluan. 

Dan lagi, dunia ini tidak mengenal sistem daur ulang... Mereka tidak akan mengerti meski aku mengatakannya.

Jujur saja... Aku merasa bersyukur karena tidak jadi mengatakannya. Kalau itu sampai terjadi, aku bisa menghancurkan pertunjukan ini dalam sekejap.

Kondisiku saat ini sedang berada di atas angin, jadi aku tidak boleh lengah. Aku akan menunjukkan semua kemampuan wanita jahatku yang sudah kulatih selama 15 tahun ini!

"Apa? Kau punya masalah dengan kata-kataku?" tanyaku sambil menyeringai pada Liz-san.






Komentar

Postingan Populer