Mahouka Volume 12 Chapter 2 Part 2
Disclaimer: this novel IS NOT MINE.
☕☕☕
“Saya tidak punya alasan untuk menghindarinya.” jawab Tatsuya yang menyadari perubahan sikap Benio. Dia mungkin tidak akan menyadari niat baik seseorang, tapi dia tidak akan pernah gagal mendeteksi rasa permusuhan. Itu adalah caranya dibesarkan. Tatsuya sudah dilatih untuk tidak pernah merasa terganggu saat merasakan permusuhan dari siapapun dan tidak mempedulikan seberapa besar rasa permusuhan yang dia terima.
Saat melihat Tatsuya yang masih tetap tenang, tidak peduli
seberapa keras Benio mencoba membuatnya marah, wanita itu pun mulai merubah
topik pembicaraan, “... Honoka sudah seperti saudara untuk Shizuku. Baik Ushio
dan aku memperlakukannya seperti anak perempuan kami sendiri. Bahkan Shizuku
juga sepertinya menyukaimu. Rasa percaya yang dia berikan kepadamu sudah lebih
dari rasa percaya pada teman biasa.”
Tatsuya balik menatap Benio, matanya seakan bertanya apa
maksud dari semua perkataan Benio. Sikap sopan yang dia pertahankan
untuknya—karena dia adalah ibu Shizuku—sekarang sudah hilang.
“Jadi aku mencoba melakukan investigasi padamu, Tatsuya
Shiba.” Kata Benio sambil menatap Tatsuya dengan tajam.
“Hal itu sama sekali tidak bisa dibenarkan, tapi saya bisa
memahaminya.” Kata Tatsuya sambil menatap mata Benio.
“Siapa kau sebenarnya? Bahkan para penyelidik yang bekerja
untuk keluarga Kitayama... para broker informasi kami tidak bisa menemukan data
pribadimu.”
“Kupikir anda pasti salah. Jika saya tidak memiliki data
pribadi, saya tidak akan bisa masuk ke SMA 1.”
Jawaban Tatsuya sangat masuk akal, tapi Benio hanya
melihatnya sebagai alasan belaka.
“Kau terlalu meremehkan orang dewasa. Hanya ada sedikit data
tentangmu diluar sana. Hal buruk dan baik, semuanya ditulis dengan sangat
berimbang dan rapi. Riwayat hidupmu juga tidak terlalu bersih. Aku tidak pernah
bertanya soal dirimu, jadi aku tidak memiliki keraguan soal itu.”
“Apa ada sesuatu yang meragukan?”
Nada Tatsuya tetap datar seperti mesin. Dia bersikap seakan
dia bisa melihat jauh ke dalam pikiran Benio... Seakan jika dia bisa melihat apakah
informasi yang dimiliki Benio benar atau tidak.
“Tidak ada yang mencurigakan. Karena itulah rasanya sangat
aneh.”
Saat ibu Shizuku itu menatapnya dengan sangat tajam, Tatsuya
hanya menatap balik dalam diam. Tatsuya tidak memiliki hal yang bisa dia
katakan soal itu, karena itu sekarang dia hanya bisa berpikir dalam hati (juga
untuk lari dari kenyataan) jika ibu temannya itu ternyata lebih temperamental
dari perkiraannya.
“Dari yang dikatakan Shizuku kepadaku, kau memiliki
kemampuan yang sangat tinggi—bahkan bisa dibilang kau itu sangat jenius.
Sekarang, setelah aku bertemu langsung denganmu, aku jadi semakin yakin jika
kau memang bukan orang biasa. Tidak mungkin data pribadimu bisa senormal itu.”
Meskipun komentar Benio memang benar, itu hanyalah sebuah
tebakan semata. Tatsuya sama sekali tidak punya kewajiban untuk menanggapi
kata-kata Benio.
“P.D (data personal) hanyalah... data. Itu tidak
mencerminkan dirimu yang sesungguhnya.”
Data personal hanyalah sebuah topeng, sebuah persona yang
bisa membedakan dirimu dengan orang lain. Meskipun persona yang dimiliki
seseorang sangat berbeda dengan wajah aslinya, selama fakta itu tersembunyi
dengan baik, persona seseorang bisa menjadi wajah orang itu.
“... Apa kau mau bilang jika kau yang selalu membuat orang
salah paham adalah hal biasa?”
“Mengenai siapa saya yang sebenarnya, jika anda bertanya
mengenai nama atau riwayat hidup saya, maka semuanya sudah tertulis dalam P.D. milik saya. Jika anda bertanya soal kesan yang saya berikan pada orang lain, anda bisa
melihatnya sendiri. Tidak banyak yang bisa saya katakan pada anda.”
Di satu sisi, memang inilah yang dirasakan oleh Tatsuya.
Siapkah dia? Seseorang yang memiliki sihir penghancur skala luas yang bahkan
bisa mengalahkan senjata nuklir yang ada di masa sekarang, seseorang yang
mungkin bisa menghancurkan dunia— Lalu apa dia sebenarnya? Itu adalah pertanyaan yang sangat
sulit untuk dijawab.
Tapi Benio tidak menerima jawaban yang dikatakan oleh
Tatsuya.
“Apa kau sedang mempermainkanku...!?”
Selama beberapa menit ini Benio selalu berbicara dengan
suara pelan, tapi sekarang nadanya terdengar keras dan kasar.
Bagi orang-orang dengan kedudukan tinggi (elit), kecuali
dalam beberapa hal, mereka selalu bisa melihat perubahan emosi dari teman
sejawat atau orang-orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari mereka. Pemandangan dimana tuan rumah memulai perang mulut dengan salah satu tamu pun
berhasil memancing perhatian dari tamu lainnya.
“Benio, tenang dulu.”
Ini adalah pesta keluarga, tapi tidak semua orang yang
menghadiri pesta ini adalah keluarganya. Jika Benio sampai terlihat berkelahi
dengan tamu lain, maka hal itu akan mencederai harga dirinya. Suaminya pun
mencoba untuk menenangkan istrinya yang tiba-tiba marah itu.
Sepertinya Benio tidak sadar dengan ledakan kemarahan yang baru saja dia
buat. Saat Ushio menegurnya, dia merasa terkejut dan langsung menenangkan diri.
“Shiba-kun, aku minta maaf soal kelakuan kasar dari istriku.”
“Tidak sama sekali... mungkin saya tidak sengaja mengatakan
sesuatu sehingga membuat madam marah. Anda pasti mengerti, saya masih muda dan
belum memiliki banyak pengalaman. Jadi saya harap anda bisa memaafkan saya.”
Saat Ushio membungkukkan badan ke arahnya, Tatsuya pun
membungkukkan badannya dan kemudian meminta maaf atas kesalahan yang mungkin
dia perbuat. Yang dia katakan lumayan arogan—sebuah tusukan yang dipoles dengan
sangat halus dan lembut.
Untungnya, Ushio tidak keberatan dengan akting Tatsuya dan
mungkin merasa jika hal itu tidak berhubungan dengannya. Setelah beberapa
saat, pandangan orang-orang yang tadinya mengarah pada Benio dan Tatsuya pun
mulai menghilang.
“Jika anda tidak keberatan, saya ingin melihat keadaan adik
saya.” Kata Tatsuya pada Ushio, sepertinya dia berpikir jika ini adalah saat
yang tepat untuk melarikan diri.
“Ah, ya, tentu saja. Aku yakin putriku sangat ingin
berbicara denganmu.”
Ushio mengerti jika istrinya butuh waktu untuk menenangkan
diri. Tatsuya lalu membungkukkan badan dan berjalan ke arah Shizuku dkk. Dia
bisa melihat wajah Shizuku yang terlihat sedikit malu seakan dia tidak tahu apa
yang harus dia lakukan. Ibunya baru saja mengajak teman yang dia undang untuk
berkelahi (dari sudut pandang Shizuku). Semua orang—tidak hanya Shizuku—pasti
akan merasa malu jika mengalami hal seperti ini.
“Tidak apa-apa. aku bisa mengerti kenapa ibumu melakukannya.
Aku pasti juga akan merasa khawatir jika ada laki-laki aneh yang dekat dengan
putriku. Aku sama sekali tidak keberatan, jadi kau tidak perlu merasa
bersalah.”
“... Oke. Maafkan aku.”
Shizuku tidak memperpanjang masalah itu. Bukan karena dia
mudah beradaptasi, tapi karena rasa segan yang dia rasakan. Dia ingin meminta maaf
pada Tatsuya, tapi dia hanya bisa mengatakan beberapa patah kata. Itu, dan juga karena rasa malu yang dia rasakan, sekarang dia merasa sangat canggung.
Tatsuya menyadari hal itu, jadi dia memutuskan untuk menepuk
kepala Shizuku dengan lembut. Dia yang memang tidak salah apa-apa tapi terlihat
merasa sangat bersalah mengingatkannya pada Miyuki.
Tatsuya menyembunyikan seringai getir dan kecerobohannya
untuk dirinya sendiri, kemudian dia tersenyum simpul dan menggelengkan
kepalanya untuk menutup masalah ini.
Shizuku, Honoka, Minami, dan Miyuki: 4 gadis cantik dengan
gaun memukau—dan 1 pemuda dengan wajah biasa di antara mereka. Biasanya hal ini
akan membuat pemuda itu merasa tidak nyaman, tapi Tatsuya tidak merasakannya.
Honoka mulai berbicara pada Minami dan Shizuku berperan sebagai rem agar gadis
itu tidak kebablasan. Di sisi lain Minami memberikan respon yang terasa sedikit
kaku dengan Miyuki berperan sebagai support nya. Tatsuya hanya berdiri sambil
mendengarkan pembicaraan mereka ber-4, tiba-tiba sebuah suara memanggilnya dari
belakang.
“Um... apa kau Tatsuya Shiba-san?”
Tatsuya berbalik, tapi anak laki-laki itu merasa jika
Tatsuya tidak mendengar pertanyaannya barusan, karena itu dia mengulanginya
sekali lagi. Beberapa saat kemudian Tatsuya menjawab dengan kata ‘ya’.
Tatsuya tidak perlu bertanya siapa nama anak laki-laki yang
mungkin masih SD itu.
“Wataru.”
Karena namanya keluar dari mulut Shizuku.”
“Maaf kak. Apa aku mengganggu kalian?”
Anak laki-laki itu menjawab panggilan Shizuku.
“Tapi kau tetap harus memperkenalkan dirimu.”
Shizuku berbicara dengan nada yang agak tegas, tapi matanya memancarkan kelembutan saat dia menatap adik laki-lakinya itu.
Wataru tahu apa yang harus dia lakukan, jadi setelah dia
membuat wajahnya terlihat serius—rasanya sangat menggemaskan saat melihatnya
berusaha terlihat tegas—dia pun membungkukkan badannya dengan formal dan
memperkenalkan dirinya.
“Namaku Wataru Kitayama. Senang berkenalan dengan kalian
semua. Sekarang aku sudah kelas 6 SD.”
Wataru memperkenalkan dirinya dan kemudian menatap Tatsuya.
Anak laki-laki itu sudah berteman dengan baik dengan Honoka, jadi tentu saja
dia tidak menatap gadis itu saat memperkenalkan diri. Tapi Wataru juga tidak menoleh
ke arah Miyuki—karena dia tidak mau terlihat terlalu bersemangat saat Miyuki
memperkenalkan dirinya setelah Tatsuya, anak itu sedikit memalingkan mukanya
sambil menggigit ujung bibirnya, tubuhnya juga terlihat kaku seakan sedang
menahan dirinya sendiri.
Wataru tidak membenci Miyuki dan dia juga tidak mencoba
untuk tidak menghiraukannya, jadi Miyuki menilai jika perbuatan Wataru sangat
menarik. Tapi Minami tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya saat melihat
sikap Wataru yang kurang sopan pada mistressnya.
“Senang bertemu anda, master Wataru. Nama saya Minami
Sakurai. Saya adalah sepupu dari Tatsuya-oniisama dan Miyuki-oneesama. Senang
berkenalan dengan anda.”
Perkenalan Minami memang terlihat sangat sopan, tapi mereka
bisa merasakan kehampaan di senyum simpul gadis itu. Kesopanannya tidak terasa
memuakkan, tapi yang dia lakukan bisa dikatakan sebagai basa-basi.
Orang yang menyingkirkan kecanggungan diantara mereka adalah
Honoka.
“Wataru, bukannya kau ingin bertanya pada Tatsuya-san?”
Itu bukan topik yang dipaksakan, Wataru memang benar-benar
ingin menanyakan sesuatu pada Tatsuya.
“Oh, benar juga.”
Perhatian Wataru langsung tertuju pada Honoka, sesuatu yang
mungkin tidak akan dilakukan oleh anak seusianya.
Komentar
Posting Komentar