Mahouka Vol 12 Chapter 0 Part 1

 Disclaimer: novel ini bukan milik saya. Lihat daftar isi untuk info lengkap :)

XXX

 Desa itu terletak di sebuah cekungan yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang berada di prefektur Yamanashi lama, di dekat prefektur Nagano. Desa itu tidak memiliki nama, karena itu desa itu tidak tercantum di peta manapun. Istilah desa sendiri sebenarnya tidak ditujukan pada sistem administratif modern yang ada di sini, terlebih lagi tempat ini bukan sebuah desa yang berdiri sejak zaman pra modern. Tapi pada akhirnya, adanya orang-orang yang tinggal di tempat ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa dirubah.

Selain tidak memiliki nama, desa ini sama seperti desa lainnya. Seseorang mungkin akan berkata jika desa ini memiliki semuanya kecuali nama. Desa ini memiliki kantor administrasi, kantor polisi, kantor pemadam kebakaran, aliran listrik, dan air. Jalannya dipaving seperti desa pada umumnya, bahkan desa ini juga memiliki sekolah--meski hanya 1 buah dan itu adalah sebuah sekolah gabungan.

Salju sudah mulai turun dan membuat lapisan tebal berwarna putih di permukaan tanah. Suasana di jalanan terasa sangat sepi karena para penduduk lebih memilih untuk tinggal di dalam rumah.

Sangat sulit menemukan orang yang beraktifitas di luar rumah dalam kondisi seperti ini, kecuali 10 orang yang sedang berjalan ke arah sekolah yang berada di pinggir desa.

Salju menutupi pakaian mereka seperti sebuah kamuflase, menyembunyikan ransel dan assault rifle yang menggantung di bahu mereka.

XXX

Seorang gadis yang mengenakan seragam sailor sedang menatap kelompok itu dari sebuah kelas yang ada di lantai 2 sekolah. Dia berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah jendela sambil terus memperhatikan mereka.

Hari ini bukan akhir minggu dan bukan pula hari libur, dan sekarang sekolah juga tidak menjadwalkan libur panjang khusus. Kemungkinan yang terjadi saat ini adalah seluruh siswa dan guru sudah menerima berita jika sekolah mereka akan diserang oleh beberapa orang bersenjata dan mereka sudah melakukan evakuasi sejak beberapa waktu yang lalu, itu artinya gadis itu tidak seharusnya berada di sana. Semua orang sudah dievakuasi… tidak hanya siswa tapi juga semua guru dan staf. Dalam keadaan normal, kemungkinan jika seorang gadis sengaja ditinggal seperti itu sangatlah kecil.

Kelompok bersenjata itu memasuki gerbang sekolah dan sang gadis terus memperhatikan mereka, beberapa saat kemudian mereka semua meraih senjata yang tergantung di bahu mereka. Setelah itu mereka mulai berpencar ke arah kiri dan kanan gedung sekolah. 3 orang ke kiri, 3 orang ke kanan, dan 4 tetap tinggal di halaman sekolah, 2 orang diantara mereka sudah mengacungkan assault rifle dan siap menembak. 2 orang yang ada di belakang pun mulai menurunkan ransel mereka dan mengambil sesuatu dari dalamnya.

Di waktu yang sama, sang gadis mengeluarkan sebuah alat dari dalam saku roknya. Alat itu sangat mirip dengan HP--sebuah terminal informasi yang biasanya digunakan untuk komunikasi via suara--yang berbentuk persegi panjang lengkap dengan keypad yang biasa ditemukan pada alat komunikasi klasik. Gadis itu itu menekan tombol Power yang ada di atas keypad lainnya untuk mengaktifkan alat itu dari mode tidur, lalu dia membiarkan psionnya mengalir ke sana.

Alat yang sedang dipegang oleh gadis itu adalah CAD berbentuk terminal. Dan gadis itu adalah seorang penyihir.

2 orang yang ada di belakang maju ke depan dan membidik gedung sekolah dengan rifle yang sudah dipasangkan dengan sebuah rocket launcher.

XXX

Benda yang diambil oleh 2 orang itu adalah sepasang rifle grenade yang memiliki tampilan pendek dan gemuk. Granat ini bertujuan untuk membunuh musuh dengan menggunakan serpihan yang ada di dalam proyektilnya bukan dari kekuatan ledakan.

Setelah menyesuaikan moncong rifle, granat itu meluncur ke arah kelas si gadis. Kombinasi dari granat dan rifle ini memiliki daya serang efektif seluas 200 meter, dan karena jarak antara halaman sekolah dan kelas itu hanya seperlima dari luas daya serang efektifnya, tentu saja kelas itu bisa hancur berkeping-keping dengan mudah.

Tapi, granat itu tidak pernah mencapai kelas yang ditempati si gadis.

Setelah granat itu mencapai jarak 10 meter dari kelas, granat itu tiba-tiba meledak. Percikan api yang ditimbulkan oleh granat itu terlihat seperti menjalar di atas dinding transparan dan ledakan yang terjadi pun memantul hingga mengenai para penyerang. Serpihan besi yang ada di dalam granat pun menghujani mereka, tapi mereka tidak terluka sama sekali. Meski begitu mereka menjadi lebih berhati-hati.

2 orang yang ada di depan kemudian menurunkan tas mereka dan mengambil granat yang sama, beberapa saat kemudian mereka ber-4 menembakkan granat itu dalam waktu bersamaan.

Mereka tahu jika dinding itu disebabkan oleh sihir. Jendela kelas sama sekali tidak rusak meski granat sudah meledak di dekat sana, hal itu dikarenakan ada sebuah barrier yang dapat memantulkan panas, suara, dan benda yang mengenainya. Namun, jika barrier itu menerima serangan yang lebih besar daripada kapasitasnya, maka barrier itu tidak akan bisa berfungsi. Mereka tahu kelemahan itu.

4 granat ditembakkan bersama-sama. Para penyerang tidak menggunakan sinyal apapun untuk memulai serangan mereka, tapi koordinasi mereka sangat sempurna. Jika 1 tembakan tidak bisa menembus barrier itu, maka mungkin 4 tembakan bisa menimbulkan oversaturasi pada panas dan tekanan sehingga barrier bisa dinonaktifkan. Meskipun mereka tidak bisa membatalkan mantra barrier itu, pantulan serpihan granat itu tidak akan melukai mereka.

Sekali lagi, granat-granat itu meledak di udara sama seperti serangan pertama. Tapi kali ini ada 4 granat itu meledak di 4 titik yang berbeda.

Sayangnya, barrier itu tidak berjarak 10 meter dari gedung sekolah, melainkan 5 meter dari tempat mereka berdiri. Secara teknis, barrier itu dibentuk ulang agar muncul 5 meter dari tempat mereka berdiri, saat keempatnya sedang menarik pelatuk untuk serangan kedua. Pantulan ledakan itu dan juga serpihan besi yang ada di dalam granat pun mengenai mereka berempat. Ledakan yang memantul dari barrier itu pun membuat mereka roboh ke tanah hingga tidak sadarkan diri.

XXX

Setelah memastikan jika 4 orang yang ada di halaman sekolah tidak bisa melakukan perlawanan lagi, gadis itu berbalik dan meninggalkan jendela. Saat dia berada tepat di tengah kelas, pintu belakang kelas tiba-tiba terbuka lebar. Jarinya pun menari di atas keypad CAD nya, sebuah refleks yang tertanam dari latihannya selama ini. Sebuah mantra pun teraktivasi sebelum penyerang itu bisa menginjakkan kakinya ke dalam kelas. Orang yang berusaha masuk itu pun menabrak dinding transparan dan kehilangan keseimbangan hingga tersungkur ke lantai.

Beberapa detik kemudian pintu depan kelas juga terbuka. Tapi hasilnya tetap sama, mereka tidak bisa masuk ke dalam kelas. Orang yang tadi menabrakkan dirinya ke barrier sekarang terus menempel seperti sebuah guyonan, kaca yang memisahkan kelas dengan lorong juga ikut retak dan pecah hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Meski begitu, pecahan kaca itu tidak jatuh ke dalam kelas, tapi malah menghujani 3 orang penyerang yang ada di lorong. Barrier yang dibuat gadis itu tidak hanya menutup pintu kelas, tapi dia juga memisahkan seluruh kelas itu dengan bagian lorong.

Saat gadis itu ingin menghela nafas lega, dia teringat akan sesuatu. Di awal dia melihat ada 10 orang yang melakukan penyerangan. 4 orang berada di halaman dan ada 2 kelompok lain yang masing-masing beranggotakan 3 orang. Gadis itu sudah melumpuhkan penyerang yang ada di halaman sekolah dan yang ada di lorong. Jadi dimana 3 penyerang yang masih tersisa?

Tiba-tiba, kaca yang ada di belakangnya pecah. 3 orang melompat masuk dengan menggunakan tali yang sudah diikatkan di atap gedung. Mereka menapak dinding yang ada di atas kelas si gadis dan menggunakan daya pendulum untuk memasuki gedung dengan paksa.

Gadis itu berbalik dan melemparkan dirinya ke lantai, putaran tubuhnya membuat roknya terangkat… tapi ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan hal itu--saat dia terjatuh, gadis itu bisa melihat lawan yang ada di ujung matanya. Mereka semua melompat ke dalam kelas dengan rifle yang sudah siap untuk ditembakkan.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara tembakan dan muncul banyak lubang peluru di papan tulis. Keputusan si gadis terbukti benar.

Barrier yang dia buat di lorong menghilang. Perhatiannya tertuju pada penyerang baru yang muncul dari jendela kelas, karena itu dia berhenti mengupdate mantra sihirnya. Penyerang pertama langsung memasuki kelas dan penyerang lain masuk melalui pintu belakang. Penyerang ketiga melompat lewat jendela lorong. Gadis itu sekarang dikeroyok oleh 6 orang sekaligus.

Anak SMP biasa pasti akan merasa sangat ketakutan jika mengalami hal seperti ini. Setidaknya mereka akan duduk diam dan berusaha menyembunyikan wajahnya, atau mungkin berusaha sok kuat dan menatap para penyerang itu dengan tatapan berani. Tapi gadis yang ada di depan mereka tidak berada dalam kelompok ‘anak SMP biasa’.

Gadis itu berdiri dan langsung berlari ke arah pintu belakang. Ada 1 penyerang di sana yang sedang membawa senjata, meski begitu gadis itu tidak berhenti dan terus berlari ke arah moncong senjata itu, bahkan penyerangnya pun kaget saat melihat reaksi gadis itu. Saat dia tersadar dari lamunannya, jarak antara dirinya dan si gadis sudah kurang dari 2 meter.

Gadis itu berada terlalu dekat sehingga dia tidak bisa menggunakan riflenya dengan benar. Kemungkinan dirinya kalah secara fisik dari anak SMP sangatlah kecil, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk menyerang gadis itu dengan menggunakan pangkal riflenya.

5 penyerang lainnya juga bereaksi dengan cepat. Saat penyerang yang ada di pintu belakang mengangkat rifle miliknya, mereka juga langsung meletakkan jari mereka di atas pelatuk masing-masing.

5 tembakan terdengar, dan 1 tembakan menyusul.

Beberapa detik kemudian, ada 6 teriakan yang terdengar.

Erangan kesakitan keluar dari mulut 6 penyerang itu. Si gadis mungkin memang seorang penyihir, tapi 5 tembakan dalam waktu yang sama adalah serangan yang sangat berlebihan untuk seorang gadis… meski begitu barrier yang dia ciptakan berhasil memantulkan semua peluru itu.

Senjata yang mereka gunakan adalah high powered assault rifle yang digunakan untuk melawan penyihir. Peluru yang mereka tembakkan memiliki bahan bakar yang sudah diperkuat dan dapat menembus kebanyakan barrier sihir. Saat peluru sekuat itu mengenai tubuh mereka, walaupun mereka sudah menggunakan ballistic armor untuk melindungi diri… tidak ada yang bisa dilakukan. Efek peluru itu membuat mereka berenam tidak sadarkan diri dalam kondisi berdarah-darah dan meninggalkan si gadis dalam keadaan bingung. Gadis itu tidak yakin harus melakukan apa setelah ini.

Beberapa saat kemudian, suara seorang laki-laki tua terdengar dari speaker yang ada di bagian atas kelas.

“Ujiannya sudah selesai. Grup penyembuh, tolong rawat tim musuh. Minami, tolong segera kembali ke mansion. Mistress ingin berbicara denganmu langsung.”

Kalimat terakhir membuat Minami menegakkan punggungnya. Suaranya terdengar gugup, dan dia menjawab, “Baik, pak.” meski sebenarnya dia sadar jika laki-laki yang memanggilnya tadi sama sekali tidak mendengar jawabannya.

 



Komentar

Postingan Populer