NGNL Vol. 7 Chapter 0 part 3

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya. Klik link Daftar Isi di bawah ya.

>>>>><<<<<

Tidak ada yang berubah di dunia ini.

Itulah yang dia rasakan saat masih muda.  Kalau begitu, aku akan merubahnya sendiri, itulah yang dia harapkan. Itu adalah mimpinya. Miko menenggelamkan dirinya sekali lagi ke dalam mimpi itu, meski sekarang dia sudah lebih dewasa dan sudah terbangun dari mimpi anak-anak itu.

Saat mereka berhasil mengalahkannya—permainan ini, sang Old Deus, dia—dan berhasil membuktikannya: dunia akan berubah sekali lagi. Dan saat waktu itu tiba... Ya, dia akan menerimanya. Dia akan menerima jika kata-kata dari Dia yang telah menurunkan 10 Sumpah dan mengakhiri Perang Besar 6000 tahun yang lalu adalah kebenaran.

Dunia akan berubah dan dirubah—itu pasti...!

 

Karena itu.

                .... Ini bukan waktu yang tepat untuk meminta maaf...’ Wahai dewa Tunggal’...

Apakah kau seorang pembohong, ataukah aku yang bodoh? Saat jawabannya muncul, aku akan siap untuk meminta maaf padamu... Hanya sedikit.

Setelah selama ini menuduhmu sebagai pembohong... tentu. Aku akan berkata, ‘Maafkan aku!’ sambil sedikit menjulurkan lidahku....

Miko tidak menghiraukan harapan dan sarkasme yang muncul dalam hatinya. Setelah itu kesadarannya mulai menghilang ke balik cahaya

XXXXX

Seluruh dunia menyaksikan fenomena itu. Kekuatan yang berasal dari kepulauan yang ada di timur jauh adalah sebuah ‘re-creation’. Meski penciptaan itu terjadi sekejap mata, anehnya, semua orang di belahan planet lain juga ikut menyaksikannya... Seakan bumi itu sendiri tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berteriak saat menyaksikan kekuatan yang bisa mengguncang langit dan bumi itu.

 

Kegelapan langit dikoyak oleh cahaya terang yang menusuk cepat. Fenomena yang tiba-tiba, tidak masuk akal, dan mengerikan itu mengguncang seluruh planet. Kekuatan itu berubah menjadi gelombang, dan gelombang berubah menjadi padat, dan dari sana muncul sebuah konsep. Dalam mikrokosmos yang ada di pintu masuk kosmos, proses kreasi itu menciptakan bumi yang melayang di udara. Daratan yang muncul di atas langit mulai menekuk dan terpelintir hingga membentuk sebuah spiral. Spiral itu terus berputar seperti topan, terus naik seperti pagoda, dan kemudian menyentuh bulan—sebuah koridor untuk menuju langit.

Meski mereka semua tidak mengerti apa yang sedang terjadi, apa yang terjadi ini sudah cukup untuk membuat mereka semua gemetar ketakutan.

Dan bagi jiwa-jiwa yang mengerti, itu adalah alasan kenapa mereka sekarang berlutut di tanah dengan tubuh gemetaran.

Entitas apa yang bisa menciptakan keajaiban seperti itu? Pertanyaan itu terpatri dalam darah, daging, jiwa—dan yang pasti ingatan mereka. Mereka mengetahuinya dari sisa-sisa kekuatan suatu makhluk yang dulu pernah menciptakan langit dan menghancurkan bumi—itulah ingatan yang mereka miliki. Karena itu, di hari itu, semua yang menyaksikan fenomena itu hanya bisa berdoa... Ya... Tuhan...

XXXXX

Sementara itu, di ujung dunia, di atas bidak catur raksasa, sang dewa tunggal yang menguasai seluruh dunia—Tet...

“Cho...! Achooo! Srooot...Aku tidak melakukannya, tapi kenapa ada banyak yang membicarakan diriku.”

Tet sedang memegang tempat sampah yang penuh dengan tisu sambil terus mengusap hidungnya yang memerah... Sesuatu yang sama sekali tidak mungkin terjadi dengan semua kekuatan yang dia miliki... Bersin karena gosip dan keluhan yang disampaikan orang lain.

“... Setelah memanggilku pembohong banyak kali, sekarang mereka menghancurkan reputasiku. Ayolah!”

Kau membuatku ingin menangis. Tet mengayunkan kakinya dan kemudian menatapnya—daratan yang tercipta di udara, benua suci yang luasnya menutupi Eastern Union dan Elkia. Itu adalah sebuah papan game super besar yang hanya bisa diciptakan oleh Old Deus, tapi...

“... Haha~! Aku tidak menduganya, tapi sepertinya kau suka dengan hal-hal mencolok, iya kan?”

Ya, bahkan bagi Old Deus sekalipun, yang terjadi saat ini sama seperti pamer kekuatan.

                “... Pertanyaan. Apakah ini hasil perbuatanmu, pemilik Suniaster?”

Sebuah suara tiba-tiba muncul begitu saja. Berbicara langsung pada dewa tunggal sangat sulit dilakukan, bahkan bagi Old Deus sekalipun.

Aku tidak berada di pihak siapapun... Berapa kali aku harus mengatakannya pada... achooo!

Tolong jawab saat aku bertanya padamu! Keluh Tet pada suara itu, tapi dewa tunggal itu tetap melempar tisu bekasnya dengan senyum lebar.

                “... Itu tidak benar. Kau lah yang memanggil mereka dari dunia lain. Katakan apa tujuanmu masuk dalam pertandingan ini?”

Jika ini adalah permainan dimana Old Deus berlomba mengumpulkan bidak ras untuk bisa menantang dewa tunggal, apa artinya semua itu jika sang dewa tunggal juga ikut memainkannya? Tet hanya tersenyum saat menerima pertanyaan seperti itu.

Tidak ada tipuan. Jika dia boleh menamakannya, satu-satunya yang dia miliki saat ini adalah harapan...

“Gampangnya... aku sangat ingin melihat kalian menangis karena kalianlah yang menghancurkan gameku dengan salah paham yang kalian buat sendiri?”

Meski nadanya terdengar kekanakan, Tet sebenarnya sedang mengungkapkan motivasinya—harapannya. Tapi suara Old Deus itu terus memberikan pertanyaan.

                “Hal seperti itu, bukankah pemilik Suniaster bisa mengetahuinya dengan mudah?”

“... Tidak bisakah kau tidak menggunakan bahasa yang kaku seperti itu? Lalu, apa kau segitu ngebetnya ingin melihat wajahku di masa depan?

Tet tertawa pelan dan kemudian mengangkat tangannya.

“Aku tidak bermaksud untuk menyombongkan diri, tapi tidak seperti kalian, aku punya selera yang bagus.”

Benda yang sedang melayang di atas tangannya adalah bukti jika dirinya adalah sang dewa tunggal.

“Aku ini punya kebijakan anti spoiler, kau tahu.”

Suniaster, alat konsepsual yang bisa memberikan peraturan absolut—sebuah bentuk dari omnipotensi milik dewa. Semua kekuatan yang ada di dunia ini bahkan tidak bisa menyamai setetes kekuatan yang berasal darinya. Bagi Tet yang bisa menggunakannya sesuka hati, dia sama sekali tidak terpengaruh oleh waktu dan hukum metafisika. Penciptaan dan penghancuran, masa depan dan masa lalu, pengamatan dan determinasi.... Semua ada di tangannya. Dia bisa dengan mudah melihat masa depan yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh Old Deus—dia bahkan bisa menciptakannya­­tapi...

“Dimana asyiknya melakukan itu semua? Apa ada sesuatu yang bagus terjadi jika kau melihat masa depan?

Meski tidak sekuat Tet yang memiliki Suniaster, Old Deus punya kekuatan untuk melihat beberapa hal yang ada di masa depan. Tet tertawa sarkas.

“... Aku hanya melihat masa lalu.”

Sambil bergumam seperti itu, Tet menghilangkan tempat sampahnya dan memunculkan sebuah buku dan pena bulu. Buku yang diikat dan ditulis oleh para dewa itu... sebagian besar masih berwarna putih bersih.

“Itulah yang membuatnya lebih seru—aku akan mengisinya dengan hasil permainan ini.”

Dan akhirnya terciptalah masa depan yang diantisipasi oleh dewa yang menolak omnipotensi itu. Sebuah cerita mitos yang bahkan tidak diketahui oleh para dewa—sebuah cerita yang tidak ada di dunia ini.

.....

Diam yang timbul dari keinginan membaca sebuah cerita hingga akhir itu membuat Tet tertawa. Tidak mungkin dia* akan menganggap ucapannya serius.
*) di sini pake kata she, jadi Tet lagi ngomong sama Old Deus perempuan.

Ether nya, quintessence nya tidak akan pernah bisa menerimanya.

                “Apa alasan remeh itu yang membuatmu memanggilku?”

“Uh... Ya. Menggoda dan membuatmu marah hanyalah bonus semata! Tapi ini alasan utamanya...”

Tet membalik sebuah halaman buku yang masih kosong.

“Suniaster saja tidak mengetahui namamu, jadi bisakah kau memberitahukannya padaku? Aku harus menuliskannya di sini...”

Tet tersenyum lebar seakan dia tidak tahu jika alasan utamanya memanggil Old Deus itu hanya karena ingin menggodanya (atau mungkin itu karena Tet menolak omnipotensi yang bisa dia dapatkan dengan Suniaster)...

Tut. Sambungan komunikasi mereka terputus dan hanya menyisakan retakan kecil di udara.

“Ya ampun.... dia marah... Kau sudah gagal jadi gamer, kau tahu?”

Tet menghela nafas dan menggerakkan penanya di atas kertas.

Beberapa berpikir jika dunia sangat mudah dipahami, bahkan oleh anak kecil sekalipun.

Beberapa berpikir jika dunia sangat kompleks, tidak ada yang bisa memahaminya.

Beberapa berpikir jika dunia tidak pernah berubah dan tidak mungkin berubah.

Dan beberapa berpikir jika dunia terus berubah dan akan berubah sekali lagi.

 

Masa lalu dan masa depan, manusia, mesin, makhluk buas—dan dewa... pada akhirnya mereka semua berpikir... Apa itu benar... atau jangan-jangan...? Tet menundukkan kepalanya—seakan ingin memberikan jawaban untuk semua pertanyaan yang ada, seakan ingin memohon pada fakta jika semua hal yang mereka ragukan itu tidak benar... Setelah itu dia berpikir sendirian.

 

                Hari itu, jauh di zaman dahulu, dunia benar-benar berubah. Dengan Suniaster di tangannya, dewa game—aku benar-benar merubahnya. Langit dan bumi berhasil kurubah menjadi papan permainan, aku mengubah hukum menjadi peraturan... Aku benar-benar mengubahnya. Tapi meski aku sudah merubah langit dan bumi, ada beberapa hal yang tidak bisa kurubah. Hal-hal yang tidak boleh kurubah. Aku tidak bisa merubah pemain dalam game ini: Mereka tidak boleh berubah. Sama seperti pemikiran dan keinginan mereka, mitos tua yang membuatku ada, yang membuat Suniaster muncul... dan mengubah dunia. Para pemain itu juga pasti menginginkan perubahan.

“Kalian akan merubahnya kan? Kalian akan menghancurkan dan mengubah semuanya dan kemudian datang ke tempat ini, iya kan!?”

Keinginan mereka, mitos baru ini akan mengubah semuanya, bahkan hingga para pemain yang ada bergabung dalam game ini. Tidak diragukan lagi—dengan cara yang mengganggu, menyusahkan, dan tidak sopan ini, mereka akan menarik semua hal seperti anak kecil yang kelebihan gula—menyudutkan semua orang—hingga mereka tidak punya pilihan lain kecuali merubah diri mereka.

Pada saat itulah, game ini... Akan benar-benar dimulai. Tet—yang sudah menunggu saat dimana dia akhirnya bisa menulis game paling menyenangkan sejak waktu penciptaan terjadi—pun menyilangkan kakinya.

“... Dan aku tidak sabar untuk memanggilmu dengan namamu lain kali saat kita bertemu.”

Ucapnya pada satu-satunya makhluk di dunia ini yang tahu jika dia yang membuat dunia baru di depan mereka—ether yang berdiam dalam tubuh Miko.

“Ternyata kau bisa berekspresi seperti itu... Sebagai pencipta mesin yang sangat cerdas itu...”

Tet berhenti berbicara dan menelan kata-katanya... Kemudian dia memaksakan diri untuk tersenyum. Dia menatap papan game raksasa itu, papan permainan yang dibuat dengan mengguncang langit dan bumi itu. Tet menatapnya dengan seksama hingga tidak melewatkan satupun langkah dari mereka yang akan membuat mitos baru.

 

Jika kau ingin menonton sebuah game, kau harus mendukung mereka. Memilih salah satu pihak memang diperbolehkan, tetapi pihak lain yang tidak didukung pasti akan merasa kecewa, Kalau begitu siapa yang harus kudukung? Pikir Tet. Sesaat kemudian, dia mengangkat wajahnya seakan dia ingin meresapi inti dari dunia yang sudah dia ciptakan dengan tangannya sendiri...

“Berjuanglah, semuanya~~! Aku akan mendukung kalian semua, ahahahaha!!

Tet akhirnya memutuskan untuk meneriakkan dukungannya sambil mengambil posisi malas-malasan yang biasa dia lakukan.

 

Chapter 0-2     Daftar Isi     Chapter 0-4


Komentar

Postingan Populer