NGNL Vol. 7 Chapter 0 Part 4

 Disclaimer: Im just a translator, so this novel is not mine. See Daftar Isi for details.

>>>>><<<<<

... Bangkitlah.

Sora langsung terbangun saat mendengar suara yang tiba-tiba muncul dalam kepalanya itu. Setelah bangun dari atas tanah tempatnya berbaring, matanya masih berkabut karena kesadarannya belum sepenuhnya kembali.

... Heh. Sora tersenyum. Kemampuannya menganalisa situasi memang sangat baik, jika dia boleh membanggakan diri sendiri. Hanya dengan satu lirikan saja, dia berhasil mengetahui rahasia yang ada di balik 2 masalah besar ini. Dia bahkan sudah memperhitungkan prioritas keduanya. Sora kemudian menatanya dalam sebuah daftar yang ada dalam kepalanya, tentu saja wajahnya masih tetap tenang seperti biasanya.

 

Masalah pertama adalah yang paling mendesak, sebuah daftar peringkat Official Best Girl dari 300 kandidat yang terus diupdate dalam kepalanya. Dengan kata lain, di antara pandangannya yang sedikit kabur—ada seorang gadis dengan pakaian yang terlihat sangat imut. Gadis itu duduk di atas sebuah botol tinta yang melayang di udara. Dia meletakkan dagunya di salah satu tangannya dan terlihat masih sangat muda. Bajunya terlihat sangat elegan dan mengingatkan Sora pada pakaian bangsawan dari Timur Jauh dengan model berbeda dari pakaian yang biasanya digunakan oleh masyarakat Eastern Union. Dan entah kenapa, gadis itu memegang sebuah kuas tulis di tangannya. Gulungan-gulungan kertas yang melayang di belakangnya membentuk siluet sayap malaikat, mata abu-abunya menatap Sora dengan tatapan dingin—bukan. Matanya sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada apapun, seakan bola mata itu hanyalah bola mata buatan yang tidak bisa menunjukkan emosi apapun... Itu adalah mata yang melihat ke arah sesuatu yang tidak ada di sini. Sosoknya terlihat seperti boneka—tapi auranya terasa sangat agung—dan semua itu berhasil mencuri sebelah pandangan Sora secara paksa.

 

Bagi Sora yang selalu bertemu wanita cantik setiap hari, ini adalah masalah yang sangat penting dan mendesak.

.... Apa yang sedang diinginkan perjaka sialan ini? Kau mungkin punya hak untuk memarahinya... tapi! Dari semua wanita yang sudah dia temui sejak datang ke Disboard ini, mereka semua adalah wanita cantik kelas tinggi. Tuan putri yang sebaiknya tidak berdiri di sebelah idol untuk menghindari amukan masa pada idol yang dimaksud, malaikat yang bisa menenggelamkan supermodel kedalam jurang inferiority complex, gadis bertelinga hewan yang bisa membuat semua orang menjadi loli... Mereka semua berhasil merajai daftar peringkat Sora—sosok mereka semua sudah terpatri dalam pembuluh darahnya. Meski begitu, pemuda ini terus memperbarui cerita hidupnya yang terus berstatus perjaka hingga sekarang! Tapi, setelah terbiasa dengan semua wanita cantik ini, Sora bukanlah seseorang yang akan tersipu saat melihat wanita cantik di depannya.

Dulu aku juga pernah berpikir seperti itu. Gerutu Sora. Dia mulai memperkirakan peringkat  gadis itu, dan luar biasanya lagi, gadis itu hampir menyentuh peringkat gadis favoritnya, Shiro. Saat itulah Sora mulai memikirkan masalah kedua, dan memutuskan untuk memecahkannya terlebih dahulu. Yah, sebenarnya masalah kedua juga tidak terlalu mendesak. Sejujurnya masalah itu muncul secara sendirinya, dan itu adalah...

“... Uh...? Dimana aku? Siapa gadis itu? Apa yang kulakukan disini?”

Masalahnya... Sora sama sekali tidak memilki ingatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

 

......

Sora menggeratakkan giginya saat dia menyadari kesalahan prioritas dari masalah-masalah yang sedang dia hadapi. Keputusan mu kebalik, tahuuu! Itu yang biasanya dipikirkan oleh orang normal! Apa yang sedang kau pikirkan, hah!? ‘Kemampuan menganalisa masalah’? Lihat ini—bagaimana bisa kau menjadikan dia peringkat 2 meski kau tidak tahu siapa namanya!?

“... Mmm... Nii...? Dimana... Kita...?”

Sora semakin merasa putus asa saat mendengar suara dari gadis peringkat pertamanya, Shiro.

... Hmmm, gumam Sora sambil menatap ke sekitarnya. Semua orang yang  tadinya tak sadarkan diri sekarang mulai bangkit satu per satu. Jibril, Steph, Plum, Izuna, dan Ino. Tapi saat mereka semua memandang satu sama lain dengan wajah bingung, Sora mulai memperbaiki analisisnya. Sepertinya masalah nomor 2 tidak akan bisa diselesaikan tidak peduli pada siapa dia bertanya. Karena tidak ada yang memiliki ingatan soal itu. akan tetapi...

“... Mmm, aku tidak mengerti... Tapi kurasa kita akan baik-baik saja.”

Sora tertawa seakan itu bukan masalah serius. Dia menggenggam tangan Shiro, berdiri, dan menatap sosok di depannya yang berhasil mencapai peringkat 2 dalam daftarnya.

Sora mungkin tidak tahu siapa dia sebenarnya, tapi dia tahu apa dia itu. Saat dia pertama kali bertemu Jibril, dia bisa merasakan rasa takut yang amat sangat, seakan dia sedang menghadapi senapan berkaliber besar. Tapi sosok yang ada di depannya saat ini sama sekali tidak terasa seperti itu. Sora berpikir, mungkin ini yang dirasakan orang-orang saat berhadapan dengan tornado atau tsunami. Tidak ada rasa putus asa atau takut yang amat sangat. Hanya keyakinan jika mereka pasti kalah. Tidak peduli apa yang mereka lakukan, jawabannya sudah sangat amat jelas.

Dia adalah dewa. Dia adalah sosok yang ada di puncak ras Exceed, sang penguasa kosmos, Exceed peringkat pertama—Old Deus.

Tapi itu membuat semuanya menjadi lebih simpel. Pikir Sora.

“Dimana kita? Dalam sebuah game! Apa yang sedang kita lakukan? Tentu saja bermain game! Selesai!”

Dimana sebenarnya mereka berada sekarang? Tentu di sebuah tempat yang mereka kenal—atau lebih tepatnya pernah mereka kenal. Taman dari kuil Miko yang ada di Eastern Union—tapi sekarang ada 7 pintu yang berdiri di taman itu. Dan jika kau melihat ke atas, kau bisa melihat pulau melayang yang seakan terbuat dari awan dan udara itu sendiri.

... Oke: Ingatan bagaimana game ini dimulai? Tidak ada. Ingatan meninggalkan Elkia untuk menantang Old Deus? Ada. Mungkin kehilangan ingatan adalah syarat dari game buatan Old Deus ini—meski begitu tidak apa-apa.

“A-aku... sama sekali tidak meragukanmu, Master... tapi aku tidak pernah... Merasa setakut...”

“... Kemampuanmu untuk tetap tenang di depan Old Deus memang sangat mengagumkaaan~... Dimana aku bisa membeli yang seperti ituuu?”

Teriakan ambigu mengarah pada Sora saat dia terlihat seakan sedang bermain-main dengan puting beliung—dan dia hanya tertawa. Padahal yang ada di depannya adalah entitas yang sudah melampaui rasa putus asa dan takut. Dia ada di luar batas pemahaman manusia dan makhluk hidup yang ada di planet ini...! Whoah... kalimat ini dalam juga...!

Tapi Sora, dengan pemahaman manusianya, pada dasarnya dia—sama sekali tidak merasakan apa-apa. Apa yang biasanya dilakukan oleh para millenials saat melihat bencana alam seperti tornado dan tsunami? Ambil foto dengan smartphonemu dan sebarkan foto itu ke seluruh internet. Itu sudah pasti. Sora bahkan sampai merangkak untuk mendapatkan sudut foto dari bawah sosok peringkat 2, sosok yang kemungkinan besar seorang dewa. Akan tetapi gadis itu sama sekali tidak mengatakan apapun dan hanya menggerakkan kuasnya dengan mata yang tidak memantulkan apa-apa. Dan dengan wajah datar, tanpa emosi...  Dan dengan nada suara yang terdengar seperti robot itu, sang dewa berkata.

                “Syarat pertama untuk memulai permainan ini: Aku akan mengambil ingatan milik para penantang dari 24 jam terakhir—selesai.”

Kalimat itu menegaskan hipotesis mereka, karena itu hanya Sora dan Shiro yang tersenyum. Mereka hanya menantang dewa—sosok yang melayang di udara yang bahkan bisa membuat Jibril pucat pasi. Sosok yang sudah berada di luar batas nalar—Old Deus... Dan mereka sedang menantangnya untuk memainkan sebuah game. Taruhan yang diserahkan adalah ingatan mereka selama 24 jam terakhir. Jantung Sora berdetak dengan cepat penuh antisipasi karena telah bertemu musuh yang sangat memuaskan, tapi...

                “Kedua: Mengambil nyawa dari inangku—Miko—selesai. Aku merasa jika syarat untuk memulai game ini sangat memuaskan.”

.... Kata-kata sang dewa membuat Sora tercengang.

“.... Apaaaaa!? Nya-nyawa Miko...!?”

Ino langsung berteriak keras saat melihat tubuh Miko yang terbaring tak berdaya di atas sebuah anak tangga yang terbuat dari kayu. Teriakan Ino yang seakan bisa menghancurkan bumi tempatnya berpijak itu diikuti oleh teriakan Izuna. Mereka mengangkat tubuh Miko yang tidak bergerak lagi, dan kemudian mencoba berbicara padanya. Tapi...

Dengan indera Werebeast, mereka pasti sudah mengetahuinya sebelum menyentuh tubuh Miko. Jika jantung Miko masih berdetak, mereka pasti sudah menyadarinya. Itu artinya, kata-kata Old Deus itu bukan suatu kebohongan—nyawa Miko memang sudah ditawan.

Dan yang ada di depan mereka adalah... Tubuh Miko yang kosong tanpa jiwa.

 

Chapter 0-3     Daftar Isi     Chapter 0-5


Komentar

Postingan Populer