NGNL Vol. 7 Chapter 0 Part 5

 Disclaimer: Not mine. Lihat Daftar Isi untuk info detailnya.

>>>>><<<<<

Apa ini? Tubuh Ino dan Izuna gemetaran saat Sora sedang berusaha meluruskan pikirannya.

Tenang. Selain ingatan, mereka menggunakan nyawa Miko sebagai taruhan? Tidak mungkin mereka bisa menerima kondisi seperti itu... Mungkinkah Miko menyetujui syarat itu, ataukah...

                “Sekarang... Aku akan menganggap jika game yang kalian inginkah... Telah dimulai. Karena itu aku akan memberitahu peraturannya.”

Dewa itu sama sekali tidak tertarik dengan kepanikan yang sedang terjadi di depannya... Tidak. Dia sama sekali tidak tertarik dengan dunia ini. Dengan mata dingin, tatapan bak robot, dan suara tenangnya, dia berkata:

1: 7 pemain akan diberikan 10 DADU yang menunjukkan WAKTU YANG MEREKA MILIKI.

 

2: Pembawa dadu boleh maju sebanyak angka yang tertera pada dadu yang dia miliki.

3: Hasil dari lemparan dadu akan ditentukan secara acak. DADU yang telah digunakan akan menghilang dan tidak bisa didapatkan lagi.

 

4: BEPERGIAN DENGAN PEMAIN LAIN harus dikatakan di awal permainan. Anggota kelompok tetap bisa maju sesuai dengan angka dadu yang didapatkan oleh representatifnya.

5: Apabila  jumlah anggota lebih dari 2, saat representatif menggunakan dadu, maka jumlah dadu yang menghilang sama dengan JUMLAH ANGGOTA DIKALI JUMLAH PENGIKUT YANG ADA DI DALAM KELOMPOK.
*Nggak begitu paham, tapi ya wes lah. Anggep aja gini: Kalo Sora itu representatifnya, Shiro anggotanya, maka pengikutnya itu Setph atau siapa aja yang ikut sama Sora n Shiro.

 

6: Setiap pemain memiliki hak untuk membuat 50 TUGAS di awal game.

7: Pembawa dadu yang berada di kotak yang berisi TUGAS  harus mengerjakan tugas tersebut sesuai dengan instruksi.

8: Pembawa dadu tidak boleh berpindah dari kotak sebelum TUGAS selesai atau sebelum 72 jam berlalu.

9: Pembawa dadu yang berhasil menyelesaikan TUGAS  boleh mengambil 1 dadu dari pemberi tugas dan tidak akan kehilangan dadunya.

10: Setiap TUGAS harus dituliskan pada sebuah lembaran dan lembaran tersebut akan diletakkan di dalam kotak permainan dengan susunan acak.
*Saya pake lembaran/kertas biar lebih gampang. Versi aslinya bilang benda.

11: TUGAS bisa mengubah lingkungan yang ada di dalam kotak, tergantung dari isi tugas tersebut.

12: Akan tetapi, TUGAS dianggap tidak berlaku jika:

--12 A: TUGAS ditujukan pada kelompok tertentu.

--12 B: TUGAS hanya bisa diselesaikan oleh pemberi tugas, atau tugas tidak bisa diselesaikan oleh pemain lain.

--12C: TUGAS yang menyuruh pembawa dadu untuk maju ke kotak berikutnya tanpa menggunakan dadu miliknya sendiri.

--12 D: TUGAS yang ditulis dengan bahasa selain Immanity.

13: Pembawa dadu pertama yang berhasil mencapai garis Finish akan diakui sebagai PEMENANG, dan game akan dinyatakan selesai.

14: Old Deus akan mengabulkan permintaan PEMENANG dengan menggunakan seluruh kekuatan dan kekuasaannya.

15: Jika selama permainan pemain kehilangan seluruh dadu mereka atau meninggal, maka game akan dinyatakan MUSTAHIL UNTUK DILANJUTKAN dan game akan berakhir saat itu juga.

16: Jika game TIDAK BISA DILANJUTKAN, Old Deus memiliki hak untuk mengumpulkan semua yang dimiliki oleh pemain kecuali bagian terpenting mereka.

 

00a: Papan game ini adalah simulasi dari kenyataan. Tapi semua yang terjadi di atas papan game, termasuk kematian adalah kenyataan.

00b: Diantara pembawa dadu, ada 1 pengkhianat yang ingatannya tidak diambil.

XXXX

... Lebih tepatnya, semua peraturan itu dimasukkan ke dalam kepala mereka secara langsung dan paksa, tidak terkecuali Sora.

 

Apa ini?

.... Serius, deh. Apa-apaan.... Ini...!?

“... Berhenti bersikap malas seperti itu dan jelaskan langsung pada kami... Apa pemalas sepertimu layak disebut dewa?”

Meski perkataan Sora terdengar arogan, tapi pemuda itu tidak bisa menutupi kekhawatirannya. Tidak hanya Sora, semua orang yang ada di sana langsung bisa memahami peraturan yang dimasukkan ke dalam kepala mereka masing-masing. Mereka saling tatap dengan wajah kebingungan dan panik... Setelah itu mereka menatap dada orang yang ada di depan mereka. Ya, dada. Di depan dada mereka tiba-tiba muncul 10 kubus putih kecil.

 

Seperti yang sudah dijabarkan Old Deus itu, game yang mereka lakukan sekarang... Mirip dengan sugoroku. Dengan pulau buatan yang melayang di atas awan itu, mereka akan melempar dadu untuk bisa maju ke kotak berikutnya. Setiap kali mereka melempar dadu, mereka akan kehilangan 1 dadu, dan pemain pertama yang mencapai garis Finish akan menjadi pemenang. Kurang lebih seperti itu.

 

Kalau begitu...

... Hoi, bukannya ini...

Game dimana para pemain saling membunuh satu sama lain??

“... Pada dasarnya kata-kata adalah salah satu bentuk penciptaan.”

Tapi apakah dia mengetahui—atau bahkan peduli—dengan apa yang Sora pikirkan? Dewa itu menjawab pertanyaan sok berani Sora sambil tetap menatap sang pemuda dengan tatapan dan wajah yang datar seperti sebuah boneka yang tidak memiliki ketertarikan pada dunia.

                “Ketahuilah bawwa kata-kata dewa terlalu berat untuk makhluk seperti kalian.”

Tatapannya lurus menuju Sora dan Shiro, seakan dia sedang melihat jauh ke dalam... Seakan dia sedang melihat sesuatu yang mungkin ada di balik mereka berdua...

“....?”

Sora yang melihat kilatan di mata itu... Tiba-tiba menyadari sesuatu. Sebuah ingatan yang tidak cocok dengan ras transendental—sebuah ingatan yang tidak cocok untuk Old Deus, dan meski begitu...

                “Ketahuilah berat dari kata-katamu. Dan jika kalian memiliki akal...”

Dewa itu menghilang sesaat dan kemudian muncul sambil mengangkat kuasnya ke langit.

                “... Aku akan menunggu di akhir. Habiskan waktu terbatas kalian dengan merangkak di tanah... Dan cobalah untuk menggapaiku.”

Setelah mengatakannya, gadis dewa itu menghilang bersama dengan mayat Miko... Seakan semua yang baru saja terjadi hanya mimpi yang tidak nyata... Hanya seperti itu... Dewa itu meninggalkan Sora dan yang lainnya di depan 7 pintu itu, dan...

.... Senyap. Bingung. Curiga. Mungkin dendam, tidak tenang... Semua itu menyatu di tempat para pemain berkumpul. Diantara tatapan curiga di sana dan di sini, Sora menggigit kukunya dan menginterogasi dirinya sekali lagi.

Apa ini...!?

“... Nii.”

Shiro memanggil dari balik punggung Sora, tapi Sora tidak menjawabnya. Dengan tubuh berbalut keringat dingin, dia menganalisa peraturan itu lagi dan lagi... Ya, ada banyak poin yang terasa aneh di dalamnya, tapi semua skenario ini terasa sangat aneh....!

“... Nii... Hei.... Nii... Shiro... memanggilmu...”

Game ini secara teoritis membuat para pemainnya tidak bisa mencapai garis Finish tanpa mengambil dadu milik pemain lain. Jika setiap orang bisa menulis 50 tugas di 50 kotak, maka ada 350 kotak dalam papan permainan raksasa ini. Tapi jika kau kehilangan dadu setiap kali kau melemparkannya, meski kau selalu mendapatkan angka 6, kau hanya bisa maju hingga ke kotak nomor 324. Faktanya, mereka ada sedang mengalami prisoner’s dilemma. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan permainan ini adalah mengambil dadu pemain lain. Tidak, mereka tidak bisa mencapai garis Finish tanpa mengambil sepersepuluh nyawa setiap pemain.

Itu artinya semua ini adalah....!

“.... Nii, jika kau terus... Mengabaikanku... Jika kau tidak menjawab... Kalau begitu...

Harusnya ini menjadi game melawan Old Deus, jadi kenapa? Bagaimana Old Deus bisa menjadi game master sedangkan para pemain malah saling bunuh satu sama lain...?

“... Celana dalam... ku akan turun... dan rokku... naik ke atas...”

“Wuuuuut!? Hei, oke. Aku di sini. Kakakmu tidak mengabaikanmu!!”

Sora langsung merespon masalah terbesar yang terjadi dalam hidupnya (a.k.a melindungi kesucian adiknya) dan langsung menghentikan proses berpikirnya...

“..... Huh??”

Hanya untuk melihat Shiro menarik turun celana dalam Steph. Saat rok milik Steph jatuh karena gaya gravitasi—dalam detik penuh keajaiban itu—Sora, tanpa rasa ragu, langsung memencet tombol X di otaknya.

Data visual disimpan dalam memori ftw.

“A-apaaaaaa....!? Apa yang sedang kau lakukan....?”

Sora tidak menghiraukan Steph yang sedang berteriak dan berusaha mengenakan roknya kembali. Adik yang baru saja membuat Sora melihat musim semi merah jambu untuk beberapa detik malah mengucapkan sesuatu dengan wajah datar.

“Aku... Tidak pernah bilang... Kalau itu milikku...”

“... Oooh, benar juga. Kau benar-benar mempermainkan kakakmu ini. Ah-ha-ha... Dasar kau ini....!”

Sora yang sedang tenggelam dalam kebahagiaannya pun sesaat melupakan masalah yang sedang terjadi. Meskipun begitu...

Sora langsung memberikan perintah Remember pada otaknya, dan mengulang pemandangan merah jambu itu terus menerus. Sepertinya dia sudah tenggelam dalam lautan musim semi hingga tidak menyadari tatapan menghina dari semua temannya.

“Steph... Sepertinya kau sudah tidak menyembunyikan kecenderungan ekshibisionismu, iya kan? Jangan khawatir, itu sama sekali tidak menggangguku!”

“Huuuuh!? Sh-Shiro menyelinap ke belakangku dan menarik rokku!”

“Tidak perlu menyembunyikan isi hatimu! 10 Sumpah menjamin jika Shiro tidak akan bisa melakukannya jika kau tidak mengizinkannya terjadi padamu... Karena itu, kami menyimpulkan jika memang kau menginginkan....

Saat Sora berbicara seperti Budha dengan bunga teratai yang berbunga di belakangnya dan dengan tangan yang membentuk segel tertentu...

Whup... Dia berhenti.

 

Chapter 0-4     Daftar Isi     Chapter 0-6

 

Komentar

Postingan Populer