NGNL Vol.6 Chapter 4 Part 3

 Disclaimer: not mine

🏡🏡🏡🏡🏡

"... Riku... Kau harus tidur..."

"... Aku tidak bisa... Kita harus memasang Umwege secepatnya..."

Shuvi merawat Riku yang sedang menggeliat di atas tempat tidur. Meski pemuda itu memasang wajah kuat di depan Couron, Shuvi tahu apa yang sebenarnya dirasakan Riku.

Luka spirit yang terus menyebar di kulit Riku saja sudah menjadi masalah serius dan bisa menimbulkan penyakit jangka panjang. Dan seakan semua itu belum cukup... Riku juga tidak bisa menyerap nutrisi yang dibutuhkan tubuhnya dengan baik karena mayat spirit yang sudah masuk ke dalam organ dalamnya. Tidak ada manusia yang bisa sembuh setelah menderita luka seberat itu... Fakta bahwa Riku bisa bertahan sejauh ini juga sangat abnormal.

"Tidak apa-apa... Perkiraan Riku... Tidak pernah salah... Serangannya... Tidak akan terjadi... Dalam waktu dekat..."

"... Tapi..."

"... Riku bisa... Istirahat... Riku setidaknya... Punya waktu sehari..."

Istriku selalu tenang seperti biasa... Riku tertawa pelan, tapi...

"... Kurasa... Kita masih sempat memasangnya besok. Hari ini... Aku akan istirahat seharian."

"... Mm."

"Hei, Shuvi... maaf karena selalu menghambat kerjamu."

"... Riku... Istirahat saja... Kau tidak pernah... Menghambat... Shuvi..."

Riku tertawa sekali lagi, tapi yang keluar malah seringai pedih karena dia menahan rasa sakit yang muncul di seluruh tubuhnya.

"Kalau begitu, boleh aku minta satu hal? Hari ini aku akan tidur dan berusaha mengembalikan energiku sebanyak mungkin. Jadi... Bisakah kau menggenggam tanganku?"

Shuvi tahu jika tujuan Riku memintanya begitu adalah untuk meringankan rasa sakit yang dia rasakan. Tapi, disaat yang sama, Shuvi tahu jika permintaan Riku adalah sebuah peringatan agar Shuvi tidak pergi sendirian.

"... Mm. Aku akan... Memegang tangan Riku... Selalu. Jangan khawatir... Istirahatlah... Riku..."

....

"Hei, Shuvi..."

Riku yang sepertinya tidak bisa tidur kembali berbicara.

"... Mm."

"... Terima kasih banyak. Aku tidak akan pernah bisa melakukan semua ini tanpamu."

"... Ini... Belum selesai..."

"Benar juga... tapi aku tidak akan pernah bisa sampai sejauh ini tanpamu."

... Setelah itu, Riku menutup matanya.

"Terima kasih... Sudah datang padaku... Dan juga..." nafas Riku terdengar semakin halus saat dia bergumam, "Aku benar-benar mencintaimu... Selalu... Mencintaimu..."

... Rasa sakit seperti apa yang sudah ditanggung jiwa dan fisik Riku selama ini? Shuvi tidak bisa membayangkannya. Meski begitu, dia terus menggenggam tangan Riku hingga pemuda itu benar-benar terlelap.

Shuvi duduk dan mulai berpikir. Dia... Mencintai Riku. Tapi definisinya tentang perasaan bernama 'cinta' masih belum sempurna. Shuvi merasa sangat frustasi karena dia tidak bisa membalas pernyataan cinta Riku. Meski begitu, Shuvi tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tidak boleh membiarkan Riku mati. Riku harus hidup 891 tahun lagi. Jika Riku berhasil mendapatkan Suniaster, hal itu bisa dilakukan.

Karena itu...

"Maaf... Riku... Aku... Akan segera kembali."

Untuk sekarang, dia akan melepaskan tangan Riku.

XXXX

Sudah 24 buah Umweg yang diinstal. Masih ada 8 buah lagi yang harus terpasang. Sekali lagi, Shuvi sampai pada kesimpulan yang sama--tidak membawa Riku adalah keputusan yang tepat. Sekarang Shuvi sedang bekerja diam-diam di tempat pertempuran terakhir, dimana ras-ras terkuat dari seluruh dunia berkumpul. Dia sudah mendeteksi musuh di beberapa kesempatan, dan jika mereka sampai menyadari keberadaannya, itu sama saja dengan game over. Karena itu, Shuvi memaksimalkan kemampuan persembunyinya. Karenanya, meski kemungkinannya kecil, keberadaan Riku bisa meningkatkan kemungkinan ras lain mengetahui keberadaannya. Kemungkinan mati di tempat akan menjadi semakin besar.

... Tidak apa-apa... Aku hanya perlu menginstall... 8 buah... Lagi... Lalu aku akan... Kembali, tunggu aku... Riku...

Saat semua ini berakhir, Shuvi sudah bersiap untuk menerima ceramah selama apapun. Dia tidak bisa membiarkan Riku mati. 8 lagi... Cepat temulan koordinatnya.


"Oh...? Padahal aku hanya iseng pergi keluar... Tapi sekarang aku malah menemukan hadiah gratis tepat di kakiku~."

Shuvi langsung berbalik saat mendengar suara dari arah atasnya. Rambut sewarna prisma dan mata keemasan. Sayap yang seakan terbuat dari jalinan cahaya, dan tanda milik FlΓΌgel--sebuah halo geometris. Data referensi--Shuvi menahan suara hatinya yang berkata jika insiden ini tidak akan menjadi lebih parah lagi dan kemudian dia menatap FlΓΌgel itu.

"Selamat sore, rongsokan. Apakah kau memutuskan untuk jalan-jalan sendirian?"

FlΓΌgel--Close Number: Jibril...

XXXX

Shuvi tidak pernah berpikir jika hari dimana dia, Ex-Machina, akan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Menyerang Ex-Machina adalah hal tabu. Bersikaplah seperti mesin... Gertak dia.

"Pertanyaan: Apakah FlΓΌgel memiliki urusan yang berhubungan dengan Ex-Machina?"

Shuvi mengaktifkan mode bicara yang sudah lama tidak dia aktifkan, dan dia hampir tidak bisa berakting layaknya seonggok mesin. Tapi Jibril yang sepertinya tidak menyadarinya pun menjawab.

"Tentu saja~~. Kau tahu, kepala Ex-Machina itu... Oh, oooh! Sekarang sama berharganya dengan kepala Dragonia... Rarity level 5!"

Jibril meliukkan tubuhnya dan terus berteriak senang.

"Kau tahu, setelah Aranleif kalah, Avant Heim saja sampai mengeluarkan konsensus jika menyerang Ex-Machina adalah hal tabu. Karena itu level kepalamu menjadi semakin tinggi... Mungkin sekarang levelnya sudah menjadi platinum!"

"Peringatan: Validitas konsesus telah dikonfirmasi. Tindak kekerasan pada unit ini akan memberikan konsekuensi signifikan."

Saat Jibril mendengarnya, dia tersenyum lebar dan berkata.

"Hanya dari 1 Prufer sepertimu?"


Apa dia berhasil menyembunyikan rasa paniknya? Hanya itu yang dikhawatirkan oleh Shuvi, tapi Jibril terus melanjutkan monolognya tanpa memperhatikan reaksi Shuvi.

"Aku sudah memastikan tidak ada satu Ex-Machina pun di radius 100 meter! Dan hal itu membuatku bertanya, kenapa Ex-Machina yang harusnya selalu berkelompok, malah berkeliaran sendirian~~. Lalu..." Jibril melanjutkan dengan senyum iblis di wajahnya, "Unit yang terisolasi sepertimu tidak akan bisa melakukan copycat kebanggaan kalian itu. Aku menganggap ini kesempatan bagus , bonne occasion, untuk mendapatkan super-rare, merveilleuse tΓͺte. Iya kan ❤?"

Shuvi berpikir sekali lagi. Tapi, tanpa mengatakannya pun dia tahu... Ini adalah kemungkinan terburuk. Fakta jika dirinya ditemukan oleh--dari semua ras--ras teraneh, dan dari para makhluk aneh itu yang menemukannya adalah yang teraneh dari mereka. Shuvi hanya bisa menyimpulkan jika Riku benar saat berkata jika kemungkinan adalah omong kosong.

Dia tidak pernah berpikir jika kartu pertama yang dia tarik adalah joker, 'old maid'.

"Baiklah... aku akan segera mencincang lehermu, jadi jangan bergerak~~. Tidak perlu melawan, kerja samamu akan membuat semuanya menjadi lebih mudah untuk kita berdua. Lagipula, Ex-Machina tidak punya konsep kematian..."

"... Aku menolak..."

"... Maaf? Apa aku salah dengar?"

... Kematian--Kata yang tiba-tiba membuat Shuvi membuka mulutnya. Peraturan nomor 2: Tidak boleh ada yang mati--karena itu Shuvi tidak boleh mati. Terlebih lagi, rasa takut akan kematian mulai muncul dalam dirinya... Perasaan dimana dia tidak akan bisa melihat Riku lagi... Karena itu Shuvi menolak permintaan Jibril.

"... Aku tidak mau... mati... Aku tidak boleh... mati..."

Mata Jibril menjadi semakin bulat saat mendengar kata-kata Shuvi, tapi gadis itu terus melanjutkan ucapannya.

"... Unit ini... diputuskan... dari cluster... Hanya rongsokan biasa... Tidak bernilai sebagai... Ex-Machina."

Karena itu...

"... Aku memohon padamu... Tolong... biarkan aku pergi..."

Tapi Shuvi tidak menyadari jika apa yang dia lakukan malah membuat situasinya menjadi lebih parah. Dia tidak bisa menangkap apa yang sedang diinginkan Jibril--FlΓΌgel teraneh dari semua FlΓΌgel yang ada.

"Apa ini... mesin yang takut pada kematian!? Tidak hanya itu, Ex-Machina ini sepertinya memohon!? Lalu kau bilang sudah diputuskan... item rusak!? Le-le-level 5 sudah tidak cukup lagi!"

"..."

"Geh-heh, gweheheheheheee... Se-semuanya pasti akan iri saat aku membawa kepalamu!!"

Saat melihat Jibril yang sedang meneteskan air liur sambil memancarkan aura membunuh yang sangat kuat, Shuvi pun mengakui kegagalannya. Diplomasi adalah sesuatu yang biasanya dilakukan oleh Riku. Dia harusnya tidak melepaskan tangannya... tapi...

"... Peringatan... terakhir..."

"Ya, silahkan mengatakan semua yang kau inginkan. Tapi kau harus tahu jika hasilnya tetap sama saja~~."

Mata Shuvi menatap Jibril yang sudah menciptakan pedang cahaya di tangannya dan terlihat siap menyerang kapanpun.

"... Aku tidak mau mati... mati... aku tidak bisa... Jika kau tetap... ingin membunuhku..."

Sedikit demi sedikit... Shuvi menggumamkan sebuah kesimpulan:

Analisis dari musuh yang sedang dilawan:

Musuh: FlΓΌgel Jibril. Kapasitas tidak diketahui--perkiraan dua kali lebih kuat dari FlΓΌgel biasa.

Sekutu: Ex-Machina PrΓΌfer. Level kekuatan kurang dari 32% dari output maksimal KΓ€mpfer(unit pertempuran).

Sebagai tambahan, unit sekutu tidak memiliki senjata terkuat Ex-Machina, cluster--unit pendukung. Senjata yang tersedia dibatasi karena tidak adanya koneksi: 47 dari 27.451. Kemungkinan berhasil: Tidak ada.

Meski begitu, Shuvi mengingat kata-kata Riku.

Tidak ada angka 'nol' dalam probabilitas.

"Laden: Launching code 1673B743 E1F255, Script E--LΓΆsen--"

Setelah mengaktifkan semua senjata yang dia miliki, Shuvi berkata:

"... Semua senjata... kekuatan, taktik, strategi yang bisa digunakan... inisiasi permohonan untuk jangaka waktu hidup maksimal."


"Ya ampun! Aku mengerti kalau Ex-Machina itu ras langka yang bisa menganalisa dan meniru faktor yang sudah dirusak..."

Sebagai respon dari deklarasi perang Shuvi, Jibril menjawab dengan ekspresi seakan dia adalah dewa itu sendiri.

"... Tapi apakah ras mu adalah tipe yang akan mati dengan tersenyum? Bagiku itu adalah hal yang baru~!"


Chapter 4-2     Daftar Isi     Chapter 4-4




Komentar

Postingan Populer