NGNL Vol. 6 Chapter 5 Part 2
Disclaimer: Not gonna lie, this is not mine
XXXXX
“Semuanya—persiapkan diri kalian.”
Satu perintah yang bisa membatalkan
perintah Azrael itu hanya memiliki satu arti: Sang dewa perang—dewa terkuat,
raja dari segala raja, pencipta mereka—akan menggunakan seluruh kekuatannya.
Dia akan menggunakan Pendobrak Surga yang berasal dari semua Flügel nya.
Dia akan menyatukan seluruh kekuatan itu dalam satu serangan: Tidak
tertandingi, tidak terkalahkan, agung, dan bisa menghancurkan planet ini dengan
sangat mudah.
Pendobrak Surga milik Artosh.
“Tu-tuanku... tapi bukannya ini yang
diinginkan oleh para rongsokan itu!?”
Tujuan Ex-Machina adalah agar Artosh
menembakkan Pendobrak Surganya ke arah Union, dan setelah itu mereka akan
mencoba untuk menirunya. Pendapat Azrael pun hanya mendapatkan respon santai
dari sang dewa.
“Lalu
kenapa?”
Saat dua mata keemasan yang terlihat
kejam itu tertuju padanya, Azrael merasa dirinya baru saja disambar petir. Sosok
yang duduk di atas tahta itu adalah dewa dan mereka adalah hamba. Semua
kata-kata sang dewa adalah absolut. Dewanya adalah dewa terkuat di dunia ini. Kuat adalah personifikasi dari Artosh,
dan lemah adalah personifikasi dari semua makhluk selainnya. Jika makhluk
lemah membuat rencana, maka yang kuat—dewanya... Apa yang akan dilakukan
olehnya...!?
Azrael yang merasa malu karena rasa
tidak percaya yang sekilas muncul di dalam kepalanya pun berteriak:
“Semua Flügel—siapkan Pendobrak Surga
kalian dan serahkan semuanya pada Artosh-sama!”
Artosh sudah tidak perlu berkata apa-apa
karena teriakan Azrael berhasil menyadarkan para Flügel yang merasa was-was
pada apa yang sedang direncanakan para Ex-Machina. Senyum lebar Artosh lah yang
membuat Azrael merasa yakin dengan apa yang diinginkan sang dewa.
“Dewa kita adalah dewa terkuat—tanpa ada
seorangpun yang bisa mengalahkannya entah itu di langit dan bumi! Jadi, biarkan
para makhluk lemah itu melakukan rencana mereka! Apa yang harus kita takutkan!?
Kenapa kita harus ragu!? Apa yang membuat kita semua berhenti!?”
Semua Flügel langsung menyibakkan
sayap mereka saat mendengar seruan Azrael.
“Dia akan bersenan-senang dengan
semua yang membencinya, berpesta bersama semua yang merasa marah padanya, memuji
siapapun yang mencoba melawan! Dewa kita menyukai kebodohan mereka dan kita Flügel—makhluk
yang dia ciptakan—akan mendedikasikan sayap kita demi satu-satunya dewa dan
raja kita, sosok yang menjadi gambaran dari kekuatan itu sendiri dan menerima
tantangan mereka!”
Bagi para makhluk bodoh yang tidak
mengerti betapa agungnya sang dewa...
“Menggunakan kekuatan yang mereka
miliki dengan bebas—dan menginjak semua
makhluk lemah tanpa pandang bulu—itulah yang membuat seseorang menjadi kuat!!”
Saat semua Flügel memanggil semua
kekuatan yang mereka miliki, Artosh tersenyum senang. Dia bahkan berbisik ke
arah surga dan bumi yang ada di bawahnya.
“Makhluk menyedihkan dan para pencipta
mereka yang terlalu sombong—hancurlah seperti debu yang berterbangan di depan
kalian.”
Mau siapapun itu, mereka sama saja
seperti seonggok batu kerikil di depan kekuatan tak tertandingi yang bisa
menghancurkan planet ini dalam sekejap.
Itulah penghakiman yang diberikan
Artosh, sang dewa perang, dewa terkuat dari semua dewa. Semua Flügel menyalurkan
kekuatan mereka pada Pendobrak Surga milik Artosh. Mereka mempersembahkan
seluruh spirit mereka untuk digunakan oleh dewa yang sangat mereka hormati.
Meski begitu, Azrael masih belum bisa menghilangkan
rasa gelisahnya. Sama seperti hukum yang berlaku di galaksi ini, dan hukum
yang ada di planet ini...
“Aku sudah menunggumu, wahai musuhku yang sesungguhnya.”
... Arti dari bisikan dewanya masih...
“Sudah nasib yang kuat untuk
dikalahkan oleh yang lemah. Kalau begitu, agar kau bisa dianggap kuat,
setidaknya kau bisa menjadi etherku.”
Kekuatannya mulai bermanifestasi—sejalan
dengan hukum dunia—dan berhasil menggambarkan apa itu kekuatan yang
sesungguhnya. Di tangan kanannya terdapat kebenaran yang tidak akan pernah bisa
dilanggar oleh siapapun. Artosh, tanpa bergerak sedikitpun dari atas tahtanya,
dengan dagu yang masih ditopang dengan tangan kirinya, dan dengan senyum
kejamnya. Sayap putih raksasanya tersibak dan kekuatan sucinya seakan sedang
menyanjungkan rasa bahagia... dan dia berkata.
“Datanglah. Aku akan memberikan
jawaban atas pertanyaan abadimu.”
XXXXX
Think Nirvalen yang baru saja merasa
senang selama beberapa menit belakangan, langsung mengumpat karena keteledorannya sendiri. Pemandangan yang ada di depannya—sebuah badai yang
bisa menghempas dunia ini hingga ke akar-akarnya—dan hal itu membuatnya
bertanya...
“...
Apa... itu Old Deus yang sebenarnya...?”
....
Union telah menempatkan armada tempur
mereka di sekitar markas Artosh dan mengamati pergerakan Flügel dengan seksama.
Tapi, tiba-tiba mereka melihat banyak Pendobrak Surga yang mengarah kepada
mereka. Think langsung menyadari jika itu bukan
Pendobrak Surga milik Flügel, karena itu dia bisa mengarahkan respon
Aliansi Elf dengan tepat. Bukti yang dia miliki tidak bisa lebih jelas lagi—respon
spirit dari serangan itu sangat berbeda dari Flügel. Dan juga, serangan ini
tidak bertujuan untuk membunuh seseorang.
Yang paling penting, Artosh dan Flügel
sama sekali tidak punya alasan untuk menembakkan Pendobrak Surga. Jika memang
itu tujuan mereka, mereka pasti akan menembakkan Pendobrak Surga dengan tujuan
untuk menghancurkan Union yang sedang berkumpul di sekitar mereka. Dari situlah
Think tahu—setelah dia bertemu hantu di hari itu, Think tahu—meski Pendobrak
Surga itu disamarkan sebagai serangan dari pihak Artosh, sebenarnya itu adalah
hadiah agar Artosh segera bertindak... Sebuah serangan yang sengaja disamarkan untuk
membuat sang dewa perang menjadi lengah. Think
langsung menyuruh semua Elf untuk meluncurkan
semua rite yang ada dalam Aka Si Anse. Ada 18 buah yang mereka miliki,
setengahnya mereka arahkan pada Artosh dan sisanya diarahkan pada aliansi
Dwarf. Sama seperti laporan yang dia terima, saat rite yang dia luncurkan
hampir sempurnya—hal itu terjadi.
Sebuah kekuatan maha dahsyat datang
dari Avant Heim dan berhasil menghancurkan semua akal sehat dengan ketidak
mungkinan yang dihasilkannya.
Sebuah kekuatan yang berada di atas semua
hukum... Sebuah denyut pembawa kehancuran yang memancarkan cahayanya agar semua
makhluk yang menggeliat di tanah berserah diri dihadapan sang dewa.
Sebuah kekuatan tanpa batas, yang
sudah berada diluar nalar octa-caster seperti Think sekarang sedang menuju ke
arah mereka semua. Think menyuruh seluruh armada—termasuk armada milik aliansi
Dwarf—musuh mereka—untuk bertukar informasi. Saat seluruh armada sedang
berusaha menganalisa situasi yang sedang terjadi dengan semua cara yang mereka
miliki, laporan yang datang mengatakan satu hal yang sama. Tidak diketahui.
Bahkan 2 Old Deus yang juga menjadi bagian aliansi—Kainas sang dewa hutan dan
Ocain sang dewa penempa—pun terdiam di depan detak kekuatan yang menggetarkan
planet ini. Di detik ini, mereka semua akhirnya mengerti.
Pendobrak Surga—mereka semua sudah
meremehkan kekuatannya. Saat kebenaran itu tampak di depan mata mereka, seluruh
Union memutuskan untuk menyatukan dan mengarahkan seluruh kekuatan tempur
mereka ke arah Avant Heim. Di depan kekuatan itu, pertengkaran diantara Union sama sekali tidak ada apa-apanya—tidak
penting. Kekuatan yang sedang mereka hadapi terlalu kuat... hingga mereka semua
bisa merasakan niat dari sang dewa, Aku
sudah menunggumu...
Chapter5-1 Daftar Isi Chapter 5-3
Komentar
Posting Komentar