ORV CHAPTER 54. EPISODE 12 – FIRST PERSON PROTAGONIST’S POINT OF VIEW (1)
Disclaimer: Not mine
XXXXX
Salah satu kematian yang paling mengerikan
adalah terbakar hidup-hidup hingga mati dan aku baru saja mengalaminya. Neuron
yang ada di otakku seakan mengeluarkan cahaya di saat api naga itu melalap
tubuhku.
[Skill
eksklusif ‘Fourth Wall’ telah mengatur rasa sakit yang kau rasakan.]
Rasa sakit yang kurasakan mulai berkurang.
Ini berkat skill ‘Fourth Wall’. Aku selalu merasa aneh saat aku berhasil
selamat dari masalah berkat skill ini.
Novel Cara Bertahan Hidup telah menjadi
kenyataan dan aku hidup di dalamnya. Lalu... ‘dinding’ apa yang selalu
kurasakan selama ini?
...
Tidak, pikiran seperti ini sama sekali
tidak berguna. Aku bisa selamat berkat atribut ‘King of No Killing, karena itu
aku harus kembali bergerak.
Itu adalah atribut yang bisa didapatkan
hanya saat aku berhasil memenuhi syarat dari atribut King of No Killing. Tidak
seperti namanya, hak istimewa dari atribut ini lebih menuju ke arah
‘immortalitas’ dan bukannya ‘tidak bisa mati’. Keadaan itu sangat kondisional,
tapi...
Setidaknya, aku akan mendapatkan tubuhku
sebentar lagi. Itulah yang kupikirkan.
[Karena
terdapat konflik error pada skill eksklusifmu, hak istimewa dari King of No
Killing akan sedikit terlambat.]
Hah? Konflik error?
[Berkat
kematianmu, kesadaranmu telah berhasil dibebaskan dari belenggu tubuhmu.]
[Skill
eksklusif ‘Omniscient Reader’s Viewpoint’ stage 3 telah diaktifasi!]
Aku langsung merasa pusing. Tidak, tunggu
sebentar. Apa yang terjadi kali ini?
[“Sialan. Jika saja bukan dia.”]
Rasa sakit kepalaku semakin menjadi dan
pengelihatanku dipenuhi oleh cahaya. Lalu aku melihat ‘scene’ itu.
[Gong Pildu menjilat bibirnya saat dia
memperhatikan orang-orang yang berdiri di stasiun. Sekarang dia tidak bisa
lari. Dia sudah memikirkannya, tapi dia lebih tahu dari siapapun jika dia tidak
punya keberanian untuk melakukannya.
“Um... Dokja-hyung.”
Ada beban yang menekan lututnya dan Gong
Pildu menundukkan kepalanya. Di sana terbaring seorang anak yang berusia 10
tahun dan sekarang dia sedang tidur berbantalkan lututnya.
“Kenapa aku ada di sini...?”
Gong Pildu berpikir sambil menatap Lee
Gilyoung yang sedang setengah sadar. Ingatan lamanya mulai kembali. Seorang
anak kecil. Lee Gilyoung berusia sama dengan anak perempuannya.
Dia menggelengkan kepalanya dan menghela
nafas.
-Pildu-ssi, sebaiknya kita berhenti
sekarang...
-Ayah, berapa lama lagi hingga kau selesai
berbicara soal lahan?
Dulu dia bekerja untuk membiayai
keluarganya.
Dia mencari uang untuk menghidupi
keluarganya dan membeli lahan. Jika dia beruntung, dia bisa menjadi tuan tanah
dan mendapatkan penyewa...
Akhirnya, dia menjadi ‘investor besar’ di
Chungmuro. Tapi tidak butuh waktu lama hingga dia sadar jika dia tidak bisa
menyelamatkan keluarga kecilnya.
“Bukannya ini berjalan dengan lancar? Kau
bisa berbicara pada orang lain dengan baik.”
Gong Pildu mengangkat kepalanya dan melihat
wajah seorang wanita cantik. Yoo Sangah. 2 hari yang lalu, wanita ini menjadi
wakil representatif Chungmuro.
“Berhenti berkata omong kosong.”
“Barusan kau tersenyum...”
Gong Pildu memasang wajah jijik. Yoo Sangah
duduk di sebelah laki-laki itu.
“Paman, berapa kali kau membeli lahan?”
“Apa?”
“Saat aku melihat anggota Aliansi Tuan
Tanah, hanya kau yang memiliki atribut ‘Tuan Tanah’.
“.... Memiliki banyak lahan tidak selalu
bagus. Lahan yang kau beli juga harus bagus dan strategis. Kau terlalu naif.”
“Lalu, lahan yang bagus itu yang
bagaimana?”
“Lahan yang bagus adalah lahan yang mahal.”
“Lahan seperti apa yang harganya mahal?”
“Lahan yang diinginkan banyak orang.”
“Apa semua lahan milikmu seperti itu?”
“Ya.”
Bukan lahan yang dia inginkan.
Gong Pildu menatap mata Yoo Sangah. Wanita
ini memiliki rasa penasaran tinggi dan insting yang bagus. Dia selalu
menunjukkan senyum lembutnya pada semua orang, tapi Gong Pildu merasa tidak
nyaman saat melihatnya.
Duduk. Duk. Duk.
Dia bisa mendengar suara keras dari
kejauhan. Wajah Yoo Sangah mengeras dan Lee Gilyoung langsung terbangun dari
tidurnya. Antena kecoak yang ada di punggungnya bergerak dengan cepat.
Kukukuku!!
Lintasan nomor 4, terowongan yang mengarah
ke Hoehyeong. Ada sesuatu yang datang dari arah sana. Yoo Sangah langsung
berdiri dan Gong Pildu mempersiapkan skillnya.
[Karakter
‘Gong Pildu’ mengaktifkan ‘Armed Zone’ Lv.8!]
Gong
Pildu menggigit bibirnya. Ini mungkin hanyalah intuisi yang dimiliki pemilik
lahan kaya. Ada sesuatu yang mengganggunya.
“Hei.
Segera berkumpul!”
Ini
adalah perasaan saat ada orang lain yang mengincar lahan miliknya.
Dudududududududu!
Semua
turret milik Gong Pildu langsung menembakkan pelurunya ke dalam terowongan
gelap itu, dan beberapa saat kemudian ada suara sesuatu yang terjatuh. Mereka
adalah para ground rat.
“Musuh
datang! Cepat berkumpul di dekat Gong Pildu-ssi! Kita akan melakukan serangan
penuh yang sudah kita latih!”
Teriakan
Yoo Sangah membuat semua orang di stasiun Chungmuro berlarian ke arah Gong
Pildu.
“Grup
A berjaga di depan turret, grup B berada di tengah dan grup C akan melindungi
Gong Pildu-ssi!”
Orang-orang
langsung bergerak ke posisi mereka masing-masing. Para ground rat langsung
berjatuhan karena respon cepat yang mereka lakukan. Ini lebih mudah daripada
saat mereka harus melakukan Emergency Defense.
Saat
puluhan ground rat berjatuhan di tanah, ada sesuatu yang melintas di pikiran
semua orang yang ada di stasiun Chungmuro. Ini sangat mudah. Kerjasama dari
semua orang membuat pertahanan menjadi lebih mudah.
Beberapa
saat kemudian mereka mendengar suara dari dalam terowongan.
“Seperti
yang kuduga. Hamelin’s Flute sama sekali tidak mempan?”
“Bagaimana
bisa monster grade 9 dibandingkan dengan tempat yang sudah dimakan oleh Yoo
Joonghyuk?”
Sekelompok
orang muncul dari dalam kegelapan. 4 laki-laki dan 1 perempuan.
Wajah
Gong Pildu mengeras. Dia tidak tahu alasannya. Tapi ada satu hal yang pasti.
Mereka berbeda dari orang-orang yang sudah mereka lawan hingga saat ini.
“Sialan...
cepat panggil gadis samurai itu!”
“Aku
di sini.” ada perasaan dingin saat Lee Jihye turun dari lantai atas. “Dan
jangan panggil aku samurai. Jika tidak, aku akan memukuli kalian semua.”
Meski
Lee Jihye terdengar marah, dia merasa lebih tenang. Lee Jihye adalah gadis
kuat. Meski begitu, Gong Pildu masih merasa was-was. Dia masih merasa gelisah
dan terus merengut seperti binatang buas yang ketakutan.
“Siapa
kalian? Darimana asal kalian?”
“Benar.
Maritime Admiral dan Armed Fortress Master sudah menjadi kelompok.”
Respon
dari salah satu penyerang itu terdengar sedikit mengejek.
Gong
Pildu bertanya, “Omong kosong apa yang kalian katakan? Cepat pulang ke rumah
kalian. Jika tidak, aku akan menembak kalian semua!”
5
orang itu sama sekali tidak menggubris Gong Pildu. Mereka terus berbicara
sendiri.
“Siapa
yang ada di tempat dragon itu?”
“Nomor
5, 6, 8, dan 9. Mereka bukan Apostle, tapi mereka lumayan.”
“Kecuali
orang-orang yang ada di luar Seoul, ada 5 anggota kita yang tersisa.”
“5
orang sudah cukup. Cepat singkirkan mereka semua.”
Orang
pertama yang menampakkan diri adalah laki-laki berusia 30 tahun dengan perut
buncit.
Dia
adalah laki-laki dengan nomor ‘7’ di bahunya. Dia memiliki alis tebal dandia
menatap kaki Lee Jihye dengan tatapan bernafsu.
“Aku
akan mengatasi Maritime Admiral. Dia bukan apa-apa tanpa laut.”
“Apa
yang kalian katakan, sialan?”
Lee
Jihye berteriak keras dan langsung menyerbu mereka. Gong Pildu menyadari jika
dia tidak bisa melakukan apa-apa dan langsung mempersiapkan turret miliknya.
“Sialan!
Pergi ke neraka sana!”
Dududududududu!
Laki-laki
bernomor ‘4’ tertawa.
“Dia
benar-benar layak menjadi salah satu 10 Evils. Jika kita datang lebih
belakangan, kita pasti langsung tamat.”
“Nomor 3 dan 4. Kalian lawan Gong Pildu. Hati-hati
dan serang turretnya satu per satu.”
Laki-laki
bernomor ‘3’ menganggukkan kepalanya.
“Ya...
Aku mengerti. Kami bisa mengalahkan satu dari 10 Evils dengan mudah.”
“Nomor
2, kau kalahkan sisanya.”
Perempuan
dengan nomor ‘2’ di pipinya langsung maju ke depan. Dia membawa sebuah seruling
kecil di tangannya.
“Kenapa
aku harus mengalahkan orang menyebalkan ini?”
“Dia
lawan yang cocok untukmu.”
“Apa
yang akan kau lakukan?”
Laki-laki
dengan nomor ‘1’ di jubahnya membuka mulutnya.
“Aku
akan mendapatkan tempat benderanya.”]
Saat
‘scene’ itu berakhir, kesadaranku juga kembali. Sekarang semuanya masuk akal.
‘Omniscient
Reader’s Viewpoint’. Aku memiliki pengalaman yang mirip saat aku berada di
dalam perut Ichtyosaur. Saat itu aku melihat Yoo Joonghyuk.
Ngomong-ngomong,
ini sangat menakjubkan. Aku merasa sudah mempersiapkan diri untuk melawan para
Apostle itu, tapi itu masih tidak cukup. Aku bisa melihat kesungguhan mereka
dari item-item yang sudah mereka persiapkan.
Ada
Hamelin’s Flute yang bisa mengontrol ground rat dan Magic Power Bullet Shield
yang bisa menahan serangan Gong Pildu.
Mereka
benar-benar ingin mendapatkan Chungmuro... Mendapatkan Yoo Joonghyuk dan
menelan dunia ini.
Tapi
itu tidak akan mudah.
[A-apa!?
Apa Maritime Admiral memang sekuat ini di awal? Hey, bukannya ini salah!?”
teriak Apostle nomor 7.
Pedang
tajam milik Lee Jihye perlahan berhasil mendesak Apostle nomor 7. Itu sudah
pasti. Lee Jihye yang sekarang lebih kuat dari Lee Jihye di ‘regresi ketiga’.
“Sial!
Kenapa turret ini sangat keras!?”
Nomor
3 dan 4 juga kesulitan.
Apostle
nomor 2 yang memainkan Hamelin’s Flute juga kesulitan berkat Binding Thread
mili Yoo Sangah dan Mjolnir’s Thunder milik Lee Gilyoung.
Pada
akhirnya Apostle pertama maju ke depan. Dia mengernyitkan alisnya, mengeluarkan
sesuatu dan menyulutnya. Kemudian dia melemparkannya ke arah kelompok
Chungmuro.
Kwaaaang!!!]
Ledakan
keras terjadi dan stasiun Chungmuro ditutupi oleh debu hasil ledakan. Hal itu
membuatku terkejut.
....
Yang digunakan bajingan itu...?
[Mass Destruction Magic Bullet.]
Itu
adalah item yang bisa memberikan damage besar untuk monster-monster tingkat
tinggi. Tapi bagi manusia, itu adalah senjata terkuat yang bisa menyebabkan
pembunuhan masal.
Itu
adalah senjata yang bisa dibuat dengan beberapa item yang muncul di area
Gangseo dan Gangnam juga dengan beberapa item yang bisa dibeli di tas dokkaebi.
Lalu
orang itu, dia adalah ‘raja’ para Apostle. Buktinya adalah bendera ungu yang
ada di punggungnya.
Debu
mulai menghilang dan stasiun Chungmuro mulai terlihat. Dadaku terasa sesak saat
melihatnya. Jika para Apostle memiliki item seperti itu maka situasinya tidak
menguntungkan untuk kami.
Debu
mulai menghilang dan para anggota Chungmuro yang telah gugur mulai terlihat.
Beberapa orang terlihat muntah darah setelah menerima ledakan dari item itu.
Yoo
Sangah dan Lee Gilyoung terbaring di lantai. Bahkan Gong Pildu sekalipun tidak
bisa menghindari serangan itu sepenuhnya meski dia memiliki Protective Wall.
[“Phew.
Sekarang ini kelihatan lebih enak, kan?”
Apostle
ke 7 mencengkram kepala Lee Jihye dan menatap seragamnya yang koyak di beberapa
tempat. Gadis itu menerima efek terbesar karena dia berada di barisan paling
depan.
“Bukannya
kau ini cuma peran pembantu, huh?”
“Sialan...
uhuk!” Lee Jihye berteriak saat dia menerima pukulan tepat di perutnya.
“Bisakah
aku memiliki gadis ini?”
“Apa
yang ingin kau lakukan padanya? Kita tidak punya waktu.”
“Apa
yang ingin kulakukan? Kalau diingat lagi, bukannya dia akan menjadi pengikut
tokoh utama dan mendapatkan kemalangan? Kalau begitu lebih baik aku...”
Tubuh
kurus Lee Jihye bergetar keras seperti boneka yang rusak. Bibinya gemetaran dan
dia seakan sedang menatapku.
[Tolong...
a...ku..]
Kepalaku
langsung penuh dengan rasa marah. Tidak sepertiku, Lee Jihye benar-benar
‘karakter’ dari novel Cara Bertahan Hidup.
[Skill eksklusif ‘Fourth Wall’ diaktifkan!]
[Penyelaman lebih dalam telah dihalangi
oleh beberapa efek dari ‘Fourth Wall’.]
Aku
terlalu tenggelam dalam pengelihatan ini. Kepalaku terasa pusing dan aku ingin
muntah.
[Penyelaman terlalu dalam akan meningkatkan
level Omniscient Reader’s Viewpoint.]
[Merubah sudut pandangmu ke orang pertama.]
Kesadaranku
langsung menyempit dan memanjang seperti karet gelang. Lalu aku membuka mataku
dan aku merasa seperti sedang berada di Chungmuro.
....
Bagaimana bisa? Lee Jihye menatapku dengan mata bergetar. Tidak hanya dia. Saat
ini semua orang yang ada di stasiun juga sedang menatapku.
Sudut
pandangku bergerak perlahan dan kemudian aku berjalan ke arah Lee Jihye. Lebih
tepatnya, tubuhku bergerak sendiri.
Satu
langkah, dua langkah. Pelan tapi pasti. Aku mulai mendekati Lee Jihye.
Apostle
ke 7 mengernyitkan alisnya dan bertanya, “Kau ini...?”
Aku
merasa tidak nyman, seakan aku sedang mengenakan baju yang tidak pas di
tubuhku. Tinggi badan dan arah tatapan mataku berbeda dengan diriku yang
biasanya, begitu pula dengan seluruh indera yang kumiliki.
Saat
itulah aku menyadari siapa ‘aku’ sebenarnya. Aku tidak bisa berhenti tertawa
karena itu.
Aku
tidak menyukai ini. Sangat amat tidak menyukainya.
Bibir
Lee Jihye bergerak sedikit.
“Ah...”
Tanganku
menggenggam gagang pedang dengan yakin seakan aku sudah melakukannya jutaan
kali sebelum ini.
Genggamanku
terasa aneh. Terasa alami dan indah. Aku merasa sangat senang dan bersemangat
karena aku bisa merasakannya untuk yang pertama kalinya.
Pedang
itu bergerak tanpa menimbulkan suara. Tidak ada orang yang bisa melihat
gerakannya.
Kemudian
pedang itu melewati sesuatu. Ada sesuatu yang terpotong. Dan sesuatu itu jatuh
ke tanah.
Beberapa
orang memasang wajah kaget dan beberapa orang melihatku dengan mata terbelalak.
Apostle
ke 7 yang menggenggam kepala Lee Jihye langsung jatuh. Darah menyembur dari
lehernya. Tanganku bergerak dan menangkap tubuh Lee Jihye.
“Ah,
ah...”
Aku
meletakkan Lee Jihye perlahan ke lantai. Aku mengangkat wajahku dan melihat
para Apostle yang menatapku. Apostle ke 3 membuka mulutnya.
“Kau....
Siapa kau?”
Lucu
sekali. Itu adalah pertanyaan bodoh. Aku membuka mulutku perlahan seakan aku
adalah orang itu yang sesungguhnya.
“Aku
Yoo Joonghyuk.”
Aku
mengucapkannya dengan suara terdingin dan paling kesepian di dunia. Pangeran
tidur itu akhirnya membuka mata dari tidur panjangnya.
“Dan
kalian akan mati di sini.”
Sekarang
Chungmuro sudah aman.
.
.
.
Kesadaranku
memisahkan diri dari tubuh Yoo Joonghyuk dan perlahan kembali ke tubuh asliku.
[Skill eksklusif ‘Omniscient Reader’s
Viewpoint’ stage 3 telah dinonaktifkan.]
[Konflik error skill sudah diperbaiki.]
[Hak istimewa King of No Killing yang
ditahan sudah dapat dimunculkan.]
[Tubuhmu dibangkitkan dari kematian.]
Chapter 53 Daftar Isi Chapter 55
Komentar
Posting Komentar