NGNL Vol. 6 Chapter 3 Part 5

 Disclaimer: not mine

XXXXXX

“Berapa lama lagi kau akan membuat Shuvi menangis!? Dasar suami tidak tahu maluuuu!”

Tiba-tiba seseorang keluar dari balik bayangan dan mengarahkan tinjunya ke perut Riku. Pemuda itu hanya bisa mengerang saat merasakan serangan dadakan itu.

Apa yang barusaja terjadi? Pikirnya, dan saat dia mengangkat kepalanya, dia bisa melihat Couron yang tersenyum lebar.

“Ngomong-ngomong, sebagai kakakmu, izinkan aku memberi selamat atas pernikahanmu!”

Hmmm, tunggu sebentar. Riku berdiri sambil memegangi perutnya.

“Couron—uh, maaf… bagaimana kau…? Maksudku, kenapa kau ada di sini?”

“Huh? Tentu aku datang untuk melihat markasmu. Kalian berdua terlihat sedang sibuk, jadi aku hanya bisa mengintip saja, iya kan?” ucap Couron tanpa merasa malu. Ekspresi wajahnya seakan menunjukkan pertanyaan, Memangnya apalagi yang bisa kulakukan?

Kakaknya… bagaimana dia bisa…? Riku hanya bisa menggaruk kepalanya saat melihat tingkah Couron.

“Uh, jadi… kurasa kami tidak bisa menyembunyikannya darimu…”

“Oh, aku tahu kalau Shuvi bukan manusia. Itu yang kau maksud, kan?”

… Apa?

“Oi… tu… apa? Sejak kapan kau…?”

“Sejak pertama kali kau membawanya ke desa. Saat aku memeluknya, Shuvi sama sekali tidak terasa seperti manusia.”

Couron menatap Riku dengan tatapan, Kenapa kau berpikir aku tidak akan menyadarinya?

Lalu Shuvi mengingat sesuatu dan akhirnya mengerti.

Perasaan yang gadis itu rasakan saat Couron bertanya kenapa dia bisa tertarik pada Riku.

Dia… Couron mungkin ingin menanyakan ini kepadanya.

…. Apa yang membuatmu tertarik pada RIku?

Karena itulah dia merasakan sensasi aneh.

“… Kalau kau sudah tahu, kenapa tidak bilang apa-apa?”

Jika Couron sudah mengetahui jika Shuvi bukan manusia, dia tidak perlu membuat keramaian dengan berkata jika Riku adalah pedofil, iya kan? Harusnya Couron berkata, “Dia membawa makhluk ras lain ke dalam desa”—jika begitu, semua penduduk desa pasti akan waspada setelah mendapatkan peringatan seperti itu…? Riku terperangah, tapi Couron hanya tersenyum lembut layaknya seorang kakak.

 

“Lagipula, dia adalah wanita yang kau pilih, iya kan?”

“…”

“Ada sesuatu yang terjadi saat kalian bertemu pertama kali, iya kan? Riku, saat kau membawa Shuvi kemari kau terlihat sangat kaku seakan kau bisa patah kapan saja… Jadi aku mencoba untuk mengikuti alur kalian…

Itu masuk akal. Jika Couron sudah membacanya hingga sejauh itu—jika memang dia ingin menjaga akting mereka—maka itu satu-satunya yang bisa dia lakukan. Lebih dari itu, apa yang dilakukan Couron berdasar pada kepercayaan Couron pada Riku.

“Tapi—semuanya berjalan dengan lancar, iya kan!? Dan sekarang aku punya adik perempuan yang sangaaaaat imut!! Ayolah, tidak masalah meski dia bukan manusia, iya kan!? Kau tahu, Shuvi… manusia punya tradisi dimana saat kau menikah kau harus mencium…”

“Tidak! Kau tidak perlu mendengarkannya. Shuvi, menjauh darinya!”

“Oh, hei, Riku! Karena kau sudah membawa satu anggota keluarga baru untuk kita, setidaknya kalian harus melakukan upacara pernikahan, oke!”

“Couron, aku menghargai sentimenmu, tapi kita tidak lagi…”

Riku ingin mengatakan jika mereka tidak lagi ‘ada’, tapi dia berhenti saat menyadari ekspresi serius di wajah Couron.

Baik Couron dan Riku tidak memiliki orang lain untuk disebut keluarga. Tidak lagi… Dan lagi, Riku dan Shuvi sudah dianggap mati, karena itu…

“Aku akan menjadi pendetanya, jadi ayo buat hubungan suami istri kalian menjadi sah, oke? Bagaiama kalau membuat pemberkatan hanya dengan kita bertiga?”

Tiba-tiba Shuvi melompat dengan wajah bersemangat.

“…. Ya…”

Dia menatap Riku dan berkata

“Aku ingin… pernikahan kita… disahkan…”

….

 

Yang dilakukan mereka bertiga sangat sederhana, bahkan tidak bisa disebut acara pemberkatan pernikahan. Mereka hanya bertukar sumpah dan ketiganya menulis nama mereka di sebuah dokumen, lalu semuanya selesai. Biasanya, mereka akan mengumpulkan seluruh penduduk desa—tapi sekarang Riku dan Shuvi sudah ‘mati’. Karena itu, Couron berkeras agar mereka melakukannya bertiga saja.

“Riku, apa kau bersumpah akan selalu bersama dengan Shuvi, mendukungnya, mencintainya, dan bertahan hidup sebagai suami dan istri?”

Riku tersenyum pada dirinya sendiri. Sumpah yang diucapkan Couron sangat cocok dengan zaman ini, untuk desa ini. Seharusnya ini adalah sebuah perayaan, dan setiap kali terjadi pemberkatan pernikahan di desa Riku terpaksa menundukkan kepalanya. Tapi sekarang…

“Tentu. Aku bersumpah.”

“Ayolah Riku! Kau harus bilang achéte…”

“Maaf, kami baru saja melarang kata itu. Sekarang yang kami ucapkan adalah aschent.”

Couron memasang wajah merajuk saat mendengar perkataan Riku.

“Kalian benar-benar semaunya sendiri saat aku tidak ada. Yah, aku juga tidak bisa protes…”

“Heeeeiii, nona pendeta. Bukannya selera pribadimu sudah agak berlebihan?”

Couron menatap adik laki-lakinya dengan tajam saat pemuda itu menghinanya. Couron berdehem dan kemudian menatap Shuvi dan meminta sumpah gadis itu.

“Shuvi. Apa kau bersumpah untuk terus berada di samping Riku, mendukungnya, mencintainya, dan berta…”

“…. Aku bersumpah…”

Shuvi memberikan jawaban cepat. Bahu Couron sedikit turun saat melihat tingkah gadis itu, tapi Shuvi kemudian berkata.

“…. Riku memberiku… arti, alasan karena telah diciptakan… sebuah hati. Aku bersumpah… aku tidak akan… membiarkannya mati… aku akan bertahan… dan selalu bersamanya… hingga akhir… Aschent…

Mmm-hmmm. Couron melirik Riku dan melihat sesuatu yang sangat berharga. Dia tidak pernah berpikir jika hari ini akan tiba—hari dimana dia melihat adik laki-lakinya tersipu seperti ini.

“Baiklah, selanjutnya. Shuvi, apa kau bersumpah untuk menjadi…. ‘pengantin’ milik Riku?”

“…. Pengantin…?”

Riku menghela nafas. Lagi-lagi. Di saat yang sama, Shuvi hanya bisa menganga saat mendengar kata-kata Couron, tapi…

 

“Jangan buat Riku sedih. Jangan ambil senyumannya…. Senyuman yang sudah lama hilang dari adik laki-lakiku…

Shuvi memikirkan kata-kata Couron dengan wajah serius.

“…. Bisakah kau?”

….

Jujur saja, Shuvi tidak merasa percaya diri. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan—tapi dia harus tetap menjawab pertanyaan Couron.

“…. Aku berjanji… akan menjadi… ‘pengantin’ Riku…”

Oke… Couron menganggukkan kepalanya dengan wajah lega, dan kemudian…

“Oh, dan juga… kau juga harus menjadi pengantin yang cakap di ranjang juga, Shuvi. Kau tahu maksudku, kan? Kau harus punya keahlian..”

Couron mulai menggoda keduanya, tapi…

“Uh, Couron. Shuvi tidak bisa melakukan hal seperti itu…. Kau tahu kan, rasnya itu…”

Setelah Couron mendengar penjelasan Riku, wajah gadis itu terlihat menyesal. Dia hanya ingin mengangkat mood mereka berdua, tapi dia malah mengatakan hal yang tidak perlu. Di saat yang sama, Shuvi mengangkat tangannya.

“…. Jika aku mengerti… struktur… bagian itu… aku bisa memodifikasi… hardwareku… aku bisa membuat… ‘lubang’…”

“Kau… apa!?”

“Oh, ya ampun~! Kau beruntung sekali, Riku! Selamat karena sudah…”

“…. Jadi Couron… tolong… tunjukkan aku… bagian intim….”

 

Dunia ini sangat tidak masuk akal, begitu pikir Riku saat pipinya merasakan bogem mentah yang tiba-tiba datang.

“…. Apa!? Kenapa kau memukulku!?”

“Karena kau akan jadi perjaka selamanya! Sekarang…”

Couron mengambil batu yang selalu dia simpan di kantong pinggangnya.

“Selesai. Kalian hanya perlu menuliskan nama kalian di sini, setelah itu kalian akan resmi menjadi suami istri.” Couron tahu apa yang Riku pikirkan meski pemuda itu tidak mengatakannya. “Kalian seharusnya sudah tidak ada di dunia ini, jadi kita tidak bisa meninggalkan bukti apapun, iya kan? Batu ini adalah peninggalan berharga dari kakekku. Kita bisa mendekorasi bagian dimana kita menuliskan nama kita masing-masing, iya kan?”

Jadi tidak akan ada yang bisa melihatnya. Couron cukup cerdas, pikir Riku takjub. Ya benar…. Dia bisa menyerahkan semua orang pada Couron. Alasannya adalah karena nama lengkap Couron sudah tertuis di batu itu. Riku dan Shuvi tidak memiliki nama keluarga, jadi maksud Couron yang sebenarnya adalah….

“…. Ini akan membuatmu menjadi suami istri yang sah. Dan tentu membuat kalian menjadi adikku.”

Couron mengucapkannya dengan ekspresi senang bercampur sedih. Riku dan Shuvi pun menyeringai lalu mengambil pisau dan mulai mengukirkan nama keluarga Couron di belakang nama mereka…. Meski kombinasi dari nama itu kedengaran sedikit lucu. Setelah keduanya mengukirkan mana masing-masing, Couron terlihat sangat takjub dan tersentuh. Gadis itu menyimpan batu itu dengan hati-hati. Lalu, dengan wajah dan peingai seorang kakak, Couron berkata pada keduanya.

“…. Hei, Riku, Shuvi.”

Couron ingin menghentikan mereka berdua, tapi dia tidak bisa. Dia tahu itu dan memaksakan dirinya untuk terus tersenyum.

“Aku tidak tahu apa yang akan kalian lakukan…. Apa yang akan kalian mulai dari sekarang. Kalian bukan bagian dari dunia ini lagi, tapi…”

Couron memeluk keduanya. Adik-adiknya yang paling berharga.

“Aku tahu…. Aku memiliki adik laki-laki yang hebat dan adik perempuan yang sangat imut. Jadi kumohon…. Kumohon…”

 

“…. Aku tidak mau kehilangan keluarga lagi. Jangan buat aku menjadi semakin gila…”

Riku dan Shuvi tidak bisa melihat wajah Couron, tapi mereka tetap mengangguk saat mendengar permintaan kakak mereka itu.

“Tentu. Tidak akan ada yang mati. Tidak ada yang boleh mati. Karena ini adalah permainan…. Kami pasti akan memenangkannya.

“…. Serahkan pada kami… kakak…”


Chapter 3-4     Daftar Isi     Chapter 3-6


Komentar

Postingan Populer