NGNL Vol. 6 Chapter 3 Part 6

 Disclaimer: Novel ini bukan punya saya. 

XXXXX

….

Di sebuah meja bundar yang dikelilingi oleh para hantu, sang pemimpin meletakkan kedua tangannya di atas meja.

“Kita sudah tidak ada di dunia ini.”

“Kita tidak akan membunuh siapapun dan kita tidak boleh terbunuh. Kita akan menggunakan semua cara yang kita miliki untuk mengubah arah peperangan ini. Dengan informasi, rencana, dengan tipu muslihat…. Ini adalah syarat untuk mencapai kemenangan, dan ya... ini adalah sebuah permainan…”

“Dan semua akan ditentukan dengan peta ini—papan ini. Kalau begitu… mari kita pilih bidak yang akan kita mainkan.”

Setelah sang pemimpin berhasil mengumpulkan semua perhatian para hantu, dia mengeluarkan satu bidak.

“Ini adalah kita.”

Raja putih.

“Bidak terlemah. Bidak yang tidak pernah bisa menjadi apapun. Tapi ini adalah bidak paling penting. Jika bidak ini berhasil dikalahkan, maka permainan akan selesai.”

Dia meletakkan bidak itu di atas peta—bukan, tapi papan permainan—di bagian pinggir dan melanjutkan penjelasannya.

“Kita adalah raja, tapi di saat yang sama kita adalah hantu.”

Mereka tidak ada di dunia ini. Mereka tidak boleh ada di dunia ini. Dan mereka tidak bisa terlihat oleh makhluk apapun.

“Kita tidak ada dimanapun, tapi kita bisa pergi ke mana saja. Kita memanipulasi segala yang ada di balik layar.”

Dan kemdudian sang pemimpin mengeluarkan lebih banyak bidak.

“Kita tidak akan mengambil satu bidak pun, tapi kita akan memenangkan permainan ini. Karena semua ras… adalah bidak putih.”

Dengan begitu, papan permainan diisi oleh beberapa bidak putih.

“Ini adalah Werebeast.”

Sang pemimpin meletakkan sebuah bidak putih di wilayah kekuasaan Werebeast.

XXXXX

3 Werebeast sedang menjelajahi hutan sambil bersembunyi dan mulai mencari mangsa. Di dunia ini, di zaman ini, mencari makanan bukan perkara mudah, bahkan bagi Werebeast sekalipun. Pertama, tidak ada banyak hewan yang masih tersisa. Akan tetapi ada beberapa ras yang bisa mereka buru tanpa resiko tinggi. Mereka menajamkan indera dan mulai mengikuti suatu bau—setidaknya mereka berhasil mendapatkan mangsa hari ini.

Itu adalah manusia. Bukan hewan yang lezat, tapi cukup untuk menghilangkan rasa lapar yang mereka miliki. Mereka bertiga mulai mengkoordinasi serangan dengan menggunakan suara yang hanya bisa didengar para Werebeast. Meski mereka hanya melawan manusia, mereka tidak boleh lengah. Mereka mulai mengelilingi dua orang itu, menyerang salah satu dari mereka dan membuka rahang lebar-lebar untuk menerkamnya…

“….!?”

Tidak. Di saat-saat terakhir, mereka melompat menjauh.

“Kalian para Werebeast lumayan tajam juga. Jika kau mau memakanku, silahkan saja—tapi kuberitahu saja, rasaku sangat tidak enak.”

“…. Siapa kalian ini!?”

3 Werebeast itu mulai menginterogasi sosok mirip manusia yang berbicara dengan bahasa Werebeast itu, dan tidak menyembunyikan perasaan was-was yang mereka rasakan terhadap sosok itu. Bau. Sosok itu sudah terkontaminasi racun dalam jumlah besar dan dia bisa menjawab pertanyaan mereka dengan menggunakan bahasa Werebest.

“Kau pasti tahu hutan yang kalian tempati, kan? Hingga ke barat…? Para Dwarf merencanakan uji coba bom di sana.”

“…. Apa yang kau katakan?”

Ketiganya mulai menilai sosok itu dengan semua indera yang mereka miliki secara bersamaan, dari detak jantung hingga suara aliran darah dalam pembuluh nadi mereka.

Suhu tubuhnya tidak normal, sama seperti detak jantungnya. Keduanya menunjukkan tanda-tanda teracuni. Pupil matanya…

“Jika kau tidak percaya, coba cek titik di peta ini. Kau… kau bloodbreaker, kan? Kau harusnya bisa menyusup ke dalam fasilitas Dwarf dengan mudah. Izinkan aku memberi satu nasihat…”

Tanda berbohong… tidak ada. Saat 3 Werebeast itu mencapai kesimpulan tersebut, manusia yang ada di depan mereka memberikan dorongan terakhir.

“Mereka menyebutnya E-bomb dan senjata itu bahkan bisa membunuh Old Deus—sebuah senjata untuk pemusnahan masal.”

“””….!!!!”””

Mereka mengecek detak jantung, pupil mata, dan aliran darah sosok mirip manusia itu sekali lagi…. Dan dia—tidak berbohong!?

“Lihat saja. Curi dokumen mereka, atau kalian bisa menghancurkan semuanya beserta alat-alat yang mereka miliki. Tapi jangan hancurkan senjatanya, oke? Karena saat kau menghancurkan senjata itu, ada kemungkinan jika bom itu akan meledak di tempat dan menghancurkan kalian semua—aku tidak mau bagian barat benua Lucia ini hancur sia-sia.”

Setelah mengatakan semua yang perlu dia katakan, sosok misterius itu langsung berjalan pergi tanpa menghiraukan ketiga Werebeast itu.

 

…..

“…. Shuvi, apa ada sesuatu?”

“…. Tidak… tidak ada… apa-apa…”

Shuvi langsung memperhatikan spirit kompas—atau pura-pura menggunakannya untuk mencari tanda-tanda kehidupan makhluk lain saat dia mendengar pertanyaan Riku. Setelah mereka berdua memastikan tidak ada siapapun di sana, para hantu langsung menyelinap ke dalam fasilitas milik Dwarf.

“Serius jendral… jangan suruh aku untuk ‘berbicara’ dengan makhluk gila yang bisa melakukan hal mengerikan seperti ini lagi.”

Hantu yang dulunya bernama Alei itu menatap area di sekeliling mereka dan langsung terkesiap. Struktur besi dari bekas fasilitas Dwarf ini terlihat penuh dengan bekas cakaran. Di beberapa tempat bahkan terdapat lubang sebesar tubuh mansia, meski begitu…

“Aku akan membuatmu melakukannya sebanyak yang diperlukan. Kau adalah satu-satunya orang yang bisa berbicara dengan bahasa Werebeast dengan sempurna. Serumnya bekerja, kan?”

“Ya. Aku bisa dibilang sembuh setelah dua hari merasakan kejang-kejang di seluruh tubuhku.”

Hantu itu membalas cacian Riku dengan senyum sarkas.

Tidak ada apapun yang tersisa di sini. dengan sedikit ‘aplikasi’ strategis pada peta yang ditinggalkan oleh Ivan, mereka berhasil masuk ke dalam bangkai kapal Dwarf yang sudah menghancurkan desa mereka dan mengganti beberapa ‘communiqués’. Yang perlu mereka lakukan setelah itu adalah membocorkan informasi itu pada Werebeast—informasi jika rumah mereka akan dibuat menjadi lahan uji coba peledakan bom mematikan.

 

“Berapa banyak ‘bloodbreaks’ yang mereka kirim ke sini? setelah mereka menghancurkan tempat ini hingga separah ini… apakah benar-benar tidak ada korban, jendral?”

“Tidak, tidak ada mayat di sini.  aku juga tidak melihat darah dan sebagainya…. Para Werebeast itu ternyata cerdik juga.”

Indera monster milik para Werebeast mampu mengetahui berapa jumlah Dwarf yang ada di fasilitas ini dari jarak jauh.

Dan yang mereka lakukan setelah itu hanya mengirim para ‘bloodbreks’ dengan jumlah yang mencukupi.

Para Dwarf juga tidak bodoh. Mereka tidak bisa menggunakan bom yang bisa memusnahkan segalanya semudah itu. Jadi, jika ada banyak bloodbreaks yang muncul? Pilihan apa yang mereka miliki selain lari dari sini?

Para Werebeast juga tidak bodoh. Para Dwarf yang pergi tidak akan mereka anggap sebagai ancaman serius…

“Sepertinya semua E-bomb sudah menghilang. Salah satu dari dua ras itu mungkin sudah mengamankannya.”

“Itu ulah Werebeast. Ras apalagi yang bisa meninggalkan jejak seperti itu di lantai dan dinding besi seperti ini?

Mereka pasti menarik bom-bom itu secara paksa. Tapi itu lebih baik. Intuisi milik para Werebeast pasti sudah mendeteksi seberapa berbahayanya bom itu. jadi pilihan terbaik yang mereka miliki adalah mematikan bom-bom itu dan kemudian—lari.

“Karena itu aku memberitahumu. Ini adalah permainan.”

Dengan kondisi yang benar, kau bisa membuat sebuah ras tidak bisa melawan ras lain. Itulah alasan kenapa pertarungan ini terus berlanjut.

“Tapi para Dwarf tidak akan meninggalkan tempat ini sepenuhnya. Kita punya waktu 15 menit untuk keluar. Kita akan mengumpulkan semua informasi yang kita butuhkan dan langsung keluar dari sini. Hantu…”

 “Tidak ada di dunia ini—aschent—

Para hantu itu mulai berhamburan untuk mendapatkan informasi yang mereka cari. Shuvi yang sejak tadi terus berada di samping Riku pun bertanya.

“…. Apa ini yang namanya… promosi… bidak…?”

“Kita belum melakukannya sampai sejauh itu. Tapi…”

Alasan kenapa dia memberi bidak pion untuk Werebeast—adalah karena pion yang berhasil masuk ke dalam wilayah musuh bisa dipromosikan menjadi ratu. Riku menyeringai saat memikirkannya.

“Pion saja sudah cukup kuat untuk mengalahkan menteri. Kira-kira begitu.”


Chapter 3-5     Daftar Isi     Chapter 3-7


Komentar

Postingan Populer