ORV CHAPTER 57. EPISODE 12 – FIRST PERSON PROTAGONIST’S POINT OF VIEW (4)

 Disclaimer: Masih s a m a. Bukan punya saya.

XXXXX

{Apa yang terjadi? Semuanya berubah dalam sekejap. Skill apa yang kau miliki? Kenapa aku tidak bisa mengakses informasimu meski sudah memintanya ke bagian pengawasan?}

Aku juga ingin tahu soal itu. Kau pikir aku tidak ingin melihat jendela atributku sendiri?

‘Jadi apa yang terjadi? Apa aku akan kena penalti?’

{Darimana kau dengar itu? Hei, apa kau tahu perjuangku untuk melindungimu? Administrator, tolong dengarkan aku. Kim Dokja bukan penipu ulung atau orang aneh! Dia hanya seorang pekerja keras!}

Bihyung mengucapkannya dengan nada yakin.

{Untungnya, perkataan sungguh-sungguhku dijadikan bahan pertimbangan. Aku sudah menganalisa skenario terdahulu dan menemukan jika kau hanya menggunakan beberapa skill saja. Itu tidak cukup untuk menghancurkan ekologi skenario yang sudah kami tentukan.}

Aku sudah menduganya. Aku tidak mempelajari skill pasif bukannya tanpa alasan. Semakin bagus skill yang kumiliki, semakin gampang aku mendapatkan perhatian dari Adminstration Bureau.

{Lagipula, ada beberapa orang berisik di area lain... kantor cabang sedang sibuk menangani hal itu.}

‘Kalau begitu, semua berjalan lancar?’

{Sebenarnya ada beberapa cecunguk... Tapi ada instruksi dari manajemen tingkat atas, tapi ‘dokkaebi tingkat tinggi’ berkata untuk tidak menghiraukannya.}

Aku takjub dengan kata-kata tidak terduga itu. Ada dokkaebi tingkat tinggi yang menginterferensi skenario ini?

{Hh... menurut perintah kata-kata dokkaebi tingkat menengah, aku tidak boleh berada di sini. Ada banyak mata yang melihat pergerakanku. Kau harus hati-hati. Ini adalah jurisdiksi dokkaebi tingkat menengah dan dia punya dendam padamu.}

‘Dendam?’

{Kau tidak tahu? Plausibility request itu sama dengan investigasi pajak. Ngomong-ngomong... kau akan mengalami hal berat untuk sementara waktu.}

Setelah itu Bihyung langsung menghilang. Ada percikan besar di udara dan dokkaebi tingkat menengah muncul dengan setelan jas lengkapnya. Dia melihat ke sekitar dan kemudian berkata dengan nada kesal.

{... Maaf semuanya. Ada beberapa masalah yang menyebabkan penundaan pemberian kompensasi. Ini memang terlambat, tapi sekarang aku akan memberikan hadiah yang berhasil kalian dapatkan.

[3.000 koin berhasil ditambahkan karena berhasil menyelesaikan hidden scenario.]

[Kau mendapatkan 15.000 koin sebagai kompensasi karena telah membunuh fire dragon grade 5.]

[Kau berhasil mendapatkan ‘Protection Syambol of the Imyuntar’ karena telah menjadi orang pertama yang mencegah disaster.]

[Di masa depan, kau akan mendapatkan kebaikan dari orang-orang Imyuntar.]

Untungnya, kompensasi kami dibayarkan dengan normal, dan sebagai tambahannya aku berhasil mendapatkan Protection Symbol of the Imyuntar. Karena aku sudah berhasil mendapatkannya, skenario kelima di masa mendatang tidak akan terlalu sulit bagiku.

Ini memang tidak terlalu banyak, tapi wajah dari anggota kelompokku terlihat lucu saat mereka melihat kompensasi yang mereka terima.

Ngomong-ngomong... dasar pelit. Aku berhasil mengalahkan disaster dan dia hanya memberikan hadiah seperti ini saja?

Dokkaebi tingkat menengah itu mulai berkata.

{Ngomong-ngomong, kau sudah bekerja keras meski ada sedikit masalah dalam skenario ini.}

Nadanya terdengar sangat sarkastik dan menakutkan.

{Setelah mendiskusikannya dengan pihak kantor cabang, dilaporkan jika skill rata-rata dari inkarnasi lokal tidak sesuai dengan tingkat kesulitan skenario yang disediakan. Karena itu, aku menyesuaikan tingkat kesulitan yang ada di areaku menurut perhitunganku sendiri.}

... Apa? Penyesuaian secara random?

{Batas waktu dari skenario keempat telah dikurangi.}

Mulut dokkaebi itu melengkung ke atas dan dia melihatku dengan tatapan aneh.

... Tidak mungkin. Dokkaebi sialan ini...?

{Ada 48 jam yang tersisa hingga skenario keempat dinyatakan selesai.}

{Semua representatif kelompok dan anggotanya yang belum mendapatkan stasiun yang ditentukan dalam 48 jam ke depan akan mati.}

Jadi itu yang dia rencanakan sejak awal? Jung Minseob melirikku dari tempat dia berdiri. Sepertinya mereka semua mendengar informasi yang sama.

“Siapa yang menguasai Changsin?”

“Ty-Tyrant King.”

Salah satu dari 7 raja Seoul, Tyrant King...

Aku menghela nafas dan berkata, “Ayo kembali ke Chungmuro dulu.”

Ngomong-ngomong, aku tidak tahu apa Yoo Joonghyuk baik-baik saja atau tidak. Ayo selesaikan skenario keempat ini.

XXX

Jarak dari stasiun Anguk ke Chungmuro lebih jauh dari dugaanku. Selama perjalanan kami bertukar cerita.

Jung Heewon dan Lee Hyunsung berjalan di depan sedangkan aku berada di belakang bersama dengan Lee Sungkook dan Jung Minseob.

Aku tidak bisa membawa keseluruhan tubuh naga itu, jadi aku menjual separuh tubuhnya di tas dokkaebi. Separuh bagian lainnya juga kujual, tapi aku sengaja mematok harga yang sangat tinggi untuk bagian kedua. Aku melakukannya bukan karena ingin menjualnya. Itu adalah satu trik agar aku bisa menggunakan tas dokkaebi sebagai pengganti kantongku. Bihyung menggerutu saat mengetahuinya, tapi aku tidak menghiraukannya. Jung Minseob akhirnya membuka mulutnya.

“Ngomong-ngomong, representatif...”

Aku merasa aneh saat mendengar panggilan seperti itu.

“Apa namamu Kim Dokja?”

“Ya.”

“Ah... itu nama aslimu...”

“Apa aneh?”

“... Ya. jujur saja, kau lebih cocok menjadi Prophet daripada kami berdua.”

Suaranya terdengar lirih.

“Hh... jika saja aku tidak berhenti membacanya...”

Rasa penyesalan selalu datang terlambat. Di saat ini, aku merasa sedikit ragu. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan, tapi aku sudah melupakannya.

“Jung Minseob-ssi, aku ingin bertanya.”

“Silahkan.”

“Bagaimana bisa para Prophet berkumpul secepat itu?”

Itu adalah sesuatu yang sangat aneh bagiku. Belum satu bulan berlalu sejak skenario pertama, tapi kenapa mereka sudah bisa bekerja dalam satu kelompok yang lumayan solid?

Terlebih lagi adanya keberadaan para Apostle. Berdasarkan sudut pandang protagonis, mereka memiliki senjata yang cukup kuat dan semuanya tidak bisa didapatkan tanpa menguasai banyak stasiun.

Itu adalah pertumbuhan yang tidak bisa kuikuti dengan akal sehatku.

“Ada seseorang yang mengumpulkan kami.”

“Mengumpulkan kalian?”

“Ya. Setelah skenario pertama berakhir, dia datang ke stasiun tempatku berada.”

Menarik. Bagaimana mungkin? Saat itu stasiun-stasiun pasti masih dipisahkan dengan barrier.

“Dia memperkenalkan dirinya sebagai Apostle dan berkata jika dia sudah membaca buku wahyu. Dia merekrut para Prophet untuk mengikutinya. Anehnya, perekrutan itu hampir terjadi di semua stasiun di waktu yang lumayan berdekatan. Aku tidak percaya jika hal itu hanya dilakukan oleh satu orang...”


“Kita berkumpul karena Apostle itu. Dialah yang menyatukan kami dalam satu kelompok.”

“Ya. kita akan menyebutnya Apostle pertama.”

“Apa dia raja dari para Prophet? Orang yang tidak suka disebut sebagai ‘yang berhenti membaca’?”

“Ah... kau sudah tahu rupanya. Ya, dia lebih suka dipanggil dengan nama lain.

Nama lain?

“Dia menyebut dirinya sendiri sebagai ‘pembaca yang sesungguhnya’.”

... Apa?

“Ada banyak spekulasi kenapa dia memanggil dirinya dengan nama sepertiitu. Tapi kami tidak bisa sampai pada sebuah kesimpulan. Dia berkata jika dia sudah membaca keseluruhan kitab wahyu, tapi...”

Dengan berjalannya waktu, identitas orang ini menjadi semakin meragukan. Saat aku memikirkan informasi yang dia manfaatkan, dia tidak terasa seperti seorang ‘pembaca’...

Aku sedang sibuk memikirkannya dan tidak sadar jika stasiun Chungmuro sudah dekat. Rasanya memang belum lama, tapi aku merasa seperti pulang kampung saat menginjakkan kakiku di Chungmuro.

Aku menahan empat orang yang ikut bersamaku saat kami sampai di pintu masuk stasiun.

“Tunggu sebentar.”

Aku ingat kalau aku masih telanjang. Kenapa tidak ada yang bilang apa-apa soal itu?

Aku berkata pada Lee Sungkook. “Lee Sungkook-ssi, tolong lepaskan celanamu.”

Aku memimpin mereka memasuki stasiun Chungmuro dan Lee Sungkook terpakasa berjalan di belakang kami hanya dengan menggunakan boxer.

Aku bisa melihat Yoo Sangah yang melambaikan tangan di kejauhan. Dari mata sembabnya, aku bisa tahu seberapa berat dia sudah berusaha.

Seseorang berlari ke arahku, dan tidak lama kemudian aku bisa melihat Lee Gilyoung menempelkan badannya ke kaki kananku.

“Apa kau sudah lebih baik?”

Lee Gilyoung menganggukkan kepalanya.

Lee Jihye menderita luka serius dan belum bangun hingga sekarang. Gong Pildu mendengus dan memalingkan kepalanya saat dia melihatku.

[Konstelasi ‘Defense Master’ mencela keterlambatanmu.]

Itu adalah reaksi normal yang bisa kumengerti, apalagi inkarnasiku hampir mati saat serangan beberapa saat yang lalu.

“Yoo Sangah-ssi!”

Lee Hyunsung dan Jung Heewon yang tidak tahu mengenai apa yang terjadi di Chungmuro langsung berlari ke arah orang-orang yang terlihat lesu itu. Mereka semua terluka cukup parah di beberapa bagian tubuh. Bahkan bahu Yoo Sangah juga diikat dengan kain perban yang cukup kuat.

Beberapa rel kereta terlihat merah karena darah dan ada beberapa bekas pertarungan sengit yang tersebar di seluruh stasiun. Jung Minseob bertanya, “A-Apostle...?”

Apostle nomor 2,3,4,dan 7 dijejerkan begitu saja di rel kereta. Ekspresi ada di wajah-wajah itu seakan menunjukkan jika mereka tidak sadar dengan kematian mereka sendiri. Aku tahu siapa yang sudah membunuh mereka.

Karena itu aku bertanya pada Lee Gilyoung.

“Dimana Yoo Joonghyuk?”

Setelah aku mengatakannya, aku bisa merasakan aura menyeramkan dari arah terowongan Hoehyeong. Aku tahu meski ada jarak yang cukup jauh diantara kami berdua. Hero arogan kami sedang mempraktekkan Alone Under Heaven and Earth Scripture.

“Yoo Joonghyuk?”

Dia menatapku dengan ekspresi yang sama. Aku berpikir dia akan mengatakan sesuatu soal apa yang kukatakan di Theatre Dungeon... tapi apa ini?

Dia masih membawa kepala seseorang di tangannya. Beberapa orang langsung berteriak saat Yoo Joonghyuk melempar kepala itu ke arah kami.

Kepala itu berputar beberapa kali seperti mainan dan ada angka 1 di kain yang membelitnya. Dia adalah Apostle pertama.

Yoo Joonghyuk benar-benar hebat. Dia mengejar orang itu hingga akhir dan membunuhnya dengan kejam.

Aku merasa lega sekaligus was-was. Aku masih memiliki beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan, tapi karena Apostle itu sudah mati...

Di saat yang sama, sesuatu yang menggelikan terjadi di depanku.

“Kau! Kau orang yang sudah menghancurkan rencanaku! Iya kan!?”

Kepala itu mulai berteriak sambil menatapku.

“Waaa!! Apa itu!?” jung Minseob berteriak karena kaget.

Mata kepala itu melihatku dengan tatapan sombong. Tidak mungkin.

Skill yang bisa digunakan meski kepalanya sudah terlepas dari badan adalah sesuatu yang sangat jarang ditemukan, bahkan dalam novel Cara Bertahan Hidup itu sendiri. Hal itu mungkin bisa dilakukan jika Apostle itu memiliki skill Immortal Delay, tapi meski dia menggunakan skill itu... dia tetap tidak bisa bertahan dalam kondisi kepala terputus seperti ini.

Dan lagi, tidak ada darah yang mengalir dari lehernya...

Tunggu. mungkinkah...?

Informasi yang kudapatkan dari Lee Sungkook dan Jung Minseob mulai muncul dalam kepalaku.

Seorang laki-laki menunjukkan dirinya dihadapan semua Prophet dan mengaku sebagai ‘pembaca yang sesungguhnya’. Dia muncul di seluruh Seoul setelah skenario dimulai dan terus mengumpulkan orang-orang. Sebagai tambahan, dia bisa menembus barrier dan dia tidak masti meski kepalanya terpenggal... dan tidak ada darah yang mengalur dari luka itu....

“Atribut Avatar...”

Aku yakin. Kepala laki-laki yang ada di depan kami hanya boneka tiruan.

Kepala itu terus berbicara.

“Wow, aku benar-benar kagum. Berpura-pura menjadi Yoo Joonghyuk, mengalahkan para Apostle dan naga itu... Siapa kau sebenarnya?”

Aku mengerti. Dia tidak tahu identitasku?

“Siapa kau?”

Sejauh pengetahuanku, hanya ada beberapa orang yang bisa menggunakan atribut ‘Avatar’ dalam novel Cara Bertahan Hidup.

Pekerjaan yang bisa menerima atribut seperti itu biasanya sudah ditentukan. Itu adalah pekerjaan yang berhubungan dengan kreativitas dan biasanya berhubungan dengan dissociative personality disorder karena stress yang berlebih.

Aku menatap kepala itu selama beberapa saat dan kemudian bertanya, “Apa mungkin kau ini seorang penulis?”


Chapter 56     Daftar Isi     Chapter 58


Komentar

Postingan Populer