NGNL Vol. 7 Chapter 1 Part 3
Disclaimer: Not mine
>>>>><<<<<
“Jadi menurutmu, apa yang kurasakan setelah menjadi
kelinci percobaan dan diancam olehmu? Jawab aku dengan 5 kata!”
Sora mengusap dagunya saat Steph terus berteriak ke arahnya.
Hmm… 5 kata? Itu lumayan sulit.
“…. ‘Aku sudah tidak kuat lagi’…. Mungkin.”
“Whooooa, Shiro! Benar-benar 5 kata!! Tidak aneh kau selalu
menang saat main TTS!!”
“Kau benar!.... Aaaaaah!! Aku mau meledak!”
Steph mengguncang gerobak tepat sebelum Sora mengatakan
jawabannya dan membuat keributan.
“Gaaaah! Tunggu, tunggu! Maksudku, pikirkan lagi: Menurutmu
apa yang akan kami katakan kecuali omong kosong ini!?”
“Ya, ya. Saat aku memikirkannya lagi, itu cukup normal,
kan…!?”
Steph menarik nafas dan kemudian berteriak:
“Lagipula, meski kau mengumpulkan semua dadu kau tidak bisa
pergi terpisah dari Shiro, iya kan Sora!? Hanya ada 1 orang yang cukup bodoh
untuk memakan umpan seperti itu! Tidak, tidak—tidak ada orang kecuali
akuuuuuu!!!”
Ya. Ada 2 peraturan yang tidak pernah disentuh Sora dan
Shiro.
4: BEPERGIAN DENGAN PEMAIN LAIN harus dikatakan di awal
permainan. Anggota kelompok tetap bisa maju sesuai dengan angka dadu yang
didapatkan oleh representatifnya.
5: Apabila jumlah
anggota lebih dari 2, saat representatif menggunakan dadu, maka jumlah dadu
yang menghilang sama dengan JUMLAH ANGGOTA DIKALI JUMLAH PENGIKUT YANG ADA DI
DALAM KELOMPOK.
Mereka menggunakan kata ‘anggota’ untuk maju. Dan
jika kau memiliki lebih dari 10 dadu, kau akan menjadi lebih tua. Jika Sora
mengumpulkan dadu semua orang dan mendapatkan 64 dadu dia akan berusia 115,2
tahun: Sudah pasti dia mati. Karena itu Sora mengambil 9 dadu dari Steph,
menambahkan 9 dadu milik Shiro dan sesuai dengan peraturan, berkata jika dia
akan pergi dalam kelompok dan menggunakan 28 dadu—2 dadu per orang, total 6
dadu.
“… Hei, hentikan rengekanmu…. Aku sudah mengembalikan
dadumu, iya kan?”
Sora membagikan dadu sekali lagi agar mereka bertiga
masing-masing memiliki 8 dadu, tapi…
“Kenapa kau membuat semua orang saling mengkhianati!!? Aku
akan terus seperti ini sampai kau memberitahuku!”
Sejak awal tujuan Sora tetaplah sama. Menang dari Steph…
…. Dan ya, dia ingin membuat mereka semua saling
mengkhianati. Steph terus berteriak karena ingin mengetahui alasan Sora membuat
semua itu terjadi, padahal dia bisa menghindarinya: Saling bunuh satu sama
lain. Bukannya mendapat jawaban, Sora malah mengatakan ini…
“Huh!? A-apa… ini?”
Sora meletakkan tangannya di pipi Steph dan memaksa gadis
itu untuk menatap matanya. Sora menatap gadis itu dalam-dalam hingga membuatnya
tersipu malu. Saat wajah Steph sudah tidak terlihat marah, dia berkata:
“Percaya padaku. Dengan kekuatan cinta, keberanian, dan
persahabatan… Kita akan menang.”
....
“…. Kau sedang menunggu punchline nya, kan? Kenapa tidak
mengaca pada masa lalumu?”
Saat bertanya kenapa dia berbohong soal pengkhianat itu,
Sora menjawab. “Percaya padaku.” Respon dingin Steph membuat Sora merasakan
dilema.
“Ka… karenanya kau tidak percaya!? Kenapa kau bisa meragukan
hatiku yang sangat, sangat, sangat bersih ini!?”
“Saat kau sedang akting begitu, kenapa kau tidak berkaca
pada yang terjadi saat ini!? Terutama di bagian saat kau menggunakanku sebagai
kuda!”
Skeptisisme Steph akhirnya berhasil mempengaruhinya dan Sora
menjatuhkan diri dengan dramatis. Dia memegang wajahnya dengan kedua tangannya
dan berkata dengan nada yang sangat tulus. Ya, itu kedengaran bagus dan
menyentuh, tapi yang dia lakukan hanya memaksanya untuk menoleh ke belakang dan
kembali menarik gerobak.
Untuk sesuatu yang menginspirasi kepercayaan dalam situasi
ini….
“Ya. Itu dia. Kau mengerti.”
…. Sora merentangkan tangannya dan menyombongkan diri.
“Semua orang setuju untuk memainkan game dimana kita semua
bisa menang dengan saling mempercayai satu sama lain dan bekerja sama, meski
aku yang bermain!? Semua orang setuju untuk memainkan game dimana nyawa
Miko menjadi taruhannya, mempercayai cinta, persahabatan dan tetek
bengeknya? Meski faktanya orang pertama
yang mencapai garis finish lah yang menang dan seseorang akan memastikan jika
Kuuhaku yang akan menang—karena aku disini!? Hmmmm!?”
Sora menekankannya 2 kali: Kau pikir semua orang akan
mempercayaiku? Sejak awal ini adalah game yang membuat semua orang tidak
mempercayainya. Saat Steph menyadari bagaimana tidak mungkinnya bagi mereka
untuk mengkhianati satu sama lain, dia melihat langit dan menggerutu.
“Apa yang harus kulakukan…? Argumenmu sangat tidak masuk
akal…”
Game dengan banyak poin aneh dan peraturan rumit ini
sebenarnya sangat sederhana. Sesuai dengan sumpah kelima dari 10 sumpah
‘Kelompok yang ditantang memiliki hak untuk menentukan permainannya’. Karena
mereka tidak mengingat apa yang terjadi sebelum game dimulai, mereka juga tidak
tahu apakah yang memberikan tantangan itu Old Deus atau Sora. Meski begitu game
membutuhkan ‘persetujuan’ agar bisa dimulai. Apakah mereka benar-benar setuju
untuk memainkan game dengan taruhan nyawa Miko dan hilangnya ingatan mereka?
Kenapa kondisi seperti ini masih diperbolehkan?
“Jika kondisinya tidak memungkinkan? Maka mudah saja,
lihat…?”
Sora berguling sekali lagi di atas gerobak sambil tertawa
dan meletakkan Shiro di atas dadanya. Jika peraturan didasarkan pada ‘kondisi
yang mustahil’ maka…
“Itu artinya peraturan itu semua palsu.”
“… Ada yang dijelaskan…. Pertama kalinya, tapi…. Tidak yang
kedua.”
“Ke…. Dua?”
“Kita bersumpah atas nama 10 Sumpah untuk memulai game ini.
Kita pasti sudah mempelajari peraturan sebelum memulainya, tapi ingatan kita
sudah dihapus—karena itu ada peraturan yang berkata jika pengkhianat tidak
kehilangan ingatannya, dan ada peraturan dimana dia memberitahu kita. Tapi keduanya
tidak cocok.”
Jawaban Sora terdengar riang. Tapi tidak setelah game
dimulai dan ingatan mereka yang berisi peraturan yang sebenarnya dihapus.
Tambahannya, orang yang masih mengingat semua itu adalah ‘sang pengkhianat’.
Bagaimana caranya kau memperkirakan siapa dia?
“Tapi kau tahu, siapa yang peduli dengan semua itu?”
Tidak peduli siapa pengkhianatnya. Lebih tepatnya, mereka
memulai game ini dengan kesepakatan bersama—dan sekarang Sora dan yang lainnya
sedang menggunakan ransel. Mau mereka memiliki ingatan atau tidak, fakta
mengatakan semuanya. Sora menyeringai. Daripada berasumsi jika semua orang akan
bekerja sama…. Bukannya ini skenario yang paling mungkin?
“Semua orang memulai game ini sambil berpikir jika kami
akan saling mengkhianati, dan karena itu…”
Jika mereka menyetujui sesuatu, bukankah ini yang mereka
setujui?
“…. Semua orang menulis naskah dimana merekalah yang akan
menang!”
Sora menyeringai dan berkata dengan suara keras:
“Karena itu! Dengan kemurnian, kesungguhan, dan keindahan!
Meluap-luap dengan ketulusan! Budakmu yang rendah hati, Sora, perjaka usia 18
tahun—dengan 8 dadu dan usia 14,4 tahun—aku memiliki hak istimewa atas nama
kelompok ini!”
Sora berdiri, melambaikan tangannya dengan sangat dramatis.
”Katakan saja ‘Aku bersumpah, demi kebaikan bersama, sesuai
dengan peraturan, kami akan saling mengkhianati.’ Oke?”
Diatas semua itu, mereka yakin jika mereka akan saling
mengkhianati. Sora menggoda mereka sebagai sebuah peringatan.
Steph berhenti menarik gerobak, berbalik, dan berteriak:
“Aku tidak bisa menerimanya…. Semua itu berarti kita akan
saling bunuh…. Aku tidak pernah menyetujuinya!!”
“Benar kan? Karena itu kami tahu ada sesuatu yang
salah dalam peraturan game ini.”
Sora kembali duduk sambil tertawa dan menjawab dengan nada
sarkas. Peraturan yang tidak pernah disetujui oleh mereka adalah kepalsuan—itu
artinya…
“Kita setuju untuk saling mengkhianati. Faktanya, itu adalah
ide kita.”
…. Tapi.
“Kita tidak setuju untuk saling membunuh. Itu saja.”
……
Suara roda gerobak yang melewati padang tandus terus
bergema. Steph terdiam dan tidak bisa memberi bantahan lagi, meski begitu dia
masih tidak yakin. Sora tertawa pelan. Ya, inilah yang terjadi. Normal saja
jika orang seperti Steph tidak mudah diubah pemikirannya. Lagipula, jika kau
menganalisa klaim Sora…
Dengan nama kakek Steph, Sora
bersumpah dengan mata berbinar.
”Aku sudah mengetahui
semuanya—pelakunya adalah kita semua.”
Ya, saling percaya dan kerjasama tidak akan berhasil dengan
kelompok seperti ini. Tapi melompat dari semua itu menjadi pengkhianat terlalu
berat untuk Steph.
“Lihat, kita harus mengkhianati satu sama lain. Itu
harusnya menjadi sesuatu yang mirip dilema tahanan.”
Steph kembali menarik gerobak dan menolehkan wajahnya untuk melihat
Sora yang terlihat puas dan sarkastik.
“…. Dilema… Tahanan?”
Jika sebuah kelompok bekerja sama, seseorang akan menang,
dan nyawa orang lain mungkin bisa terselamatkan.
Tapi orang yang mengkhianati anggota kelompok yang lain akan
menang sendirian.
Itu artinya, jika semua orang memikirkan game ini seperti
itu, kemungkinan jika semua orang kalah akan semakin besar…
“Itu adalah skenario terkenal dari dunia lama kami…
Gampangnya…”
Seorang detektif menawarkan pada tahanan A dan B sebuah
kesepakatan dengan syarat:
1: Jika mereka tetap diam, mereka akan dipenjara selama 2
tahun.
2: Jika salah satu mengaku, dia akan bebas, tapi yang tidak
mengaku akan dipenjara selama 10 tahun.
3: Tapi, jika mereka berdua mengaku, mereka akan dipenjara
selama 5 tahun.
Jika 2 tahanan itu saling percaya dan tetap diam, mereka
bisa mendapatkan hasil terbaik: dipenjara selama 2 tahun. Tapi jika mereka
mengejar keuntungan diri sendiri, mereka pasti akan dipenjara selama 5 tahun.
Jika salah satu dari mereka berkhianat, dia akan bebas sedangkan temannya akan
dipenjara selama 10 tahun. Itu artinya pilihan untuk tetap diam pada dasarnya
tidak ada sama sekali. Satu orang harus mengaku, bertaruh pada kemungkinan jika
temannya akan tetap diam. Jika mereka melakukan itu, mereka bisa menghindari
kemungkinan terburuk—dipenjara 10 tahun dan mendapatkan skenario terbaik untuk
mendapatkan kebebasan mereka.
Karena itulah skenario itu disebut dilema tahanan.
Terlebih lagi, dalam game ini, Old Deus yang seharusnya
menjadi lawan mereka sudah mengatakan jika ada 1 orang pengkhianat diantara
mereka. Dalam situasi seperti ini, dia seakan berkata ‘Tapi ada seseorang
yang sudah mengaku padaku’. Saling percaya dalam situasi dimana mereka
sudah dikhianati bahkan sebelum game dimulai sama sekali tidak masuk akal.
“Kalau begitu, maksudmu kita harus saling mengkhianati?
Bukannya itu yang diinginkan si detektif!?”
Oke. Jadi saling percaya sama sekali tidak berguna dan hanya
menyisakan pilihan saling mengkhianati untuk mereka. Tapi jika begitu, bukannya
mereka sudah jatuh ke dalam tangan si detektif: Old Deus yang sedang mereka
lawan?
Tidak seperti biasanya, kali ini Steph bisa menyadari inti
dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Gadis itu terlihat khawatir, tapi
Sora hanya tersenyum dan membetulkan pernyataannya.
“Tidak. Ini adalah yang kita inginkan. Karena skenario ini
bukan dilema yang valid.”
“…. Maaf?”
“Jika kau percaya semua orang akan mengkhianatimu, kau bisa
mendapatkan hasil yang lebih bagus daripada hasil terbagus!”
Senyum Sora dan Shiro saat itu terlihat sangat menyeramkan
di mata Steph.
Chapter 1-2 Daftar Isi Chapter 1-4
Komentar
Posting Komentar