Mahouka Volume 12 Chapter 12 Part 1
Disclaimer: I'm just a random translator and this novel isn't mine.
XXX
Di jalan pulang dari sekolah, setelah semua orang menaiki
mobil otomatis mereka masing-masing, Miyuki mulai bersikap aneh. Di luar
sikapnya memang terlihat biasa saja. Seorang teman dekat mungkin akan berpikir jika
dia sedang memikirkan sesuatu, tapi di mata Tatsuya, Miyuki terlihat sangat
khawatir. Keanehan itu terus berlanjut dan semakin memburuk saat mereka berjalan
mendekati loket tiket untuk mobil otomatis mereka.
“Mi…”
“Oniisama, bolehkan aku meminta sesuatu?”
Di saat Tatsuya ingin memanggil Miyuki, gadis itu langsung
memotongnya dengan sebuah pertanyaan.
“... Ya? Ada apa?”
Miyuki tidak menjawab pertanyaannya dan malah berdiri di
depannya agar mereka tidak melewati pintu loket.
“Anu, begini… Maukah kau menemaniku berbelanja sebentar hari
ini?”
“Tidak. Tentu saja aku tidak keberatan…”
Tapi kenapa? Tatsuya menelan pertanyaannya. Miyuki bukan tipe
gadis yang suka pergi berbelanja untuk bersenang-senang. Jika dia memang
membutuhkan sesuatu, dia bisa memesannya secara online dan barang pesanannya
akan datang esok harinya. Tapi, saat ini bukan waktu yang tepat untuk
menanyakan hal itu.
“Minami, maaf. Tapi maukah kau pulang dan menyiapkan makan
malam terlebih dulu?”
“Tentu saja, Miyuki-oneesama. Permisi, Tatsuya-oniisama.”
Tanpa menunjukkan wajah khawatir sedikitpun, Minami berjalan
cepat ke arah loket dan langsung menaiki mobil otomatis yang akan membawanya
pulang ke rumah. Mungkin Minami juga merasakan keanehan ini, meski tidak
sebanyak Tatsuya. Jika gadis itu mempercayakan Miyuki kepadanya, maka sikap
Minami sangat masuk akal. Tapi Tatsuya tidak bisa menghilangkan impresi anehnya
pada Minami.
XXX
Setelah Minami pergi, Tatsuya dan Miyuki langsung pergi ke
kafe terdekat. Tatsuya pun berpikir, jika apapun masalahnya dia akan bertanya
duluan pada Miyuki.
Saat Mereka berdua memasuki kafe, Miyuki terlihat lega. Hal
ini juga membuat Tatsuya curiga. Miyuki berkata jika dia ingin pergi
berbelanja, tapi kenapa sekarang dia membawanya ke sebuah kafe dengan wajah
yang seakan berkata jika dia telah berhasil melakukan sebuah misi penting. Tatsuya tidak mengerti
jalan pikiran adiknya itu.
Saat pelayan mengambil pesanan mereka, Tatsuya memesan
secangkir kopi. Miyuki berpikir selama beberapa saat dan memutuskan untuk
memesan teh hitam, bukan 1 cangkir tapi 1 teko penuh. Sepertinya dia tidak
berniat cepat-cepat pergi dari kafe ini. Tatsuya pun berpikir, mungkin Miyuki
ingin berbicara 4 mata dengannya.
“Miyuki?” panggil Tatsuya yang semakin khawatir. Dia ingin
memulai pembicaraan meski pesanan mereka belum sampai.
“Ya, oniisama?” timpal Miyuki seperti biasanya. Miyuki
tersenyum manis seakan dia merasa sangat bahagia saat Tatsuya menyebut namanya.
raut kelam di wajahnya langsung hilang dalam sekejap.
Tapi hal itu sama sekali tidak membuat Tatsuya tenang. Dia
mencoba untuk bertanya langsung pada adiknya itu. “Apa kau sedang
mengkhawatirkan sesuatu?”
“Apa? Oh, tidak. Aku baik-baik saja sekarang.”
Miyuki sepertinya sadar jika sikapnya hari ini terasa aneh,
karena itu dia menggelengkan kepalanya dengan cepat dan hal itu membuat Tatsuya
berpikir jika Miyuki memang sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Pelayan akhirnya datang membawakan pesanan mereka dan itu memaksa pembicaraan mereka berhenti untuk beberapa saat. Miyuki lalu membuka
penutup teko teh nya dan memeriksa helai teh yang ada di dalamnya, setelah itu
dia menutupnya kembali. Setelah menunggu selama beberapa menit, Miyuki pun
menuangkan tehnya ke dalam cangkir yang ada di depannya. Gerakannya terlihat
terlalu berhati-hati… bisa dibilang, gerakannya terlihat sangat lambat.
Miyuki sedikit menekuk lehernya untuk menyesap teh yang ada
di cangkirnya, lalu dia menambahkan setengah sendok gula ke dalamnya dan
mengaduknya perlahan. Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali… Saat jumlah
adukan itu mencapai hitungan ke 20, Tatsuya sudah tidak bisa tinggal diam.
Dengan nada suara yang masih terdengar tenang Tatsuya bertanya, “Aku sedikit
ragu, tapi apa hadiah dari Honoka mengganggumu?”
Sendok yang dipegang Miyuki jatuh ke dasar cangkir dan
menimbulkan bunyi nyaring. “Itu tidak benar. Tidak, aku tidak merasa seperti
itu!” bantah Miyuki dengan wajah yang memerah.
“Maaf, kau benar. Aku juga berpikir jika bukan itu
alasannya. Maafkan aku.” ucap Tatsuya dengan wajah canggung.
“Tidak… bukannya aku tidak suka, atau itu membuatku marah.
Aku hanya merasa dikalakan lagi olehnya… Ya, jadi ini bukan sepenuhnya salah
paham. Jadi oniisama tidak perlu membungkukkan kepala seperti itu.”
Kali ini Miyuki lah yang merasa bingung dan dia meminta
Tatsuya untuk mengangkat kepalanya. Tatsuya yang melihat kesungguhan Miyuki pun
hanya bisa menurutinya, tapi pertanyaan itu masih sedikit membekas di belakang
pikirannya. Seperti yang dia katakan tadi, dia tidak berpikir jika Miyuki
bersikap aneh karena merasa cemburu. Alasan perilaku anehnya masih belum bisa
dijelaskan. Tapi Tatsuya memutuskan jika pertanyaan lebih lanjut hanya akan
membuat situasi ini menjadi lebih canggung, jadi dia menyerah kali ini. Saat Miyuki melihat
wajah sang kakak yang terlihat serius, dia pun merasa agak khawatir, tapi saat mata
mereka bertemu, mereka pun tertawa di saat yang bersamaan.
XXX
Setelah berbelanja selama 1 jam, mereka berdua pun
memutuskan untuk pulang. Tatsuya tidak lagi bertanya soal apa yang membuat
Miyuki khawatir, tapi dia masih tetap memikirkannya. Meski begitu, sepertinya
Miyuki berhasil memecahkan masalahnya sendiri, jadi Tatsuya merasa tidak perlu
ikut campur lagi.
Apa yang sedang dikhawatirkan Miyuki? Sebuah panggilan dari
in-house line berbunyi saat dia sedang ganti baju di kamarnya. Tatsuya menjawab
panggilan itu dan langsung pergi menuju ruang makan. Di sana dia menemukan
jawaban yang dia cari selama beberapa jam belakangan ini.
Suara party popper menyambut kedatangannya. Beberapa saat
kemudian dia dihujani oleh potongan kertas dan pita aneka warna yang kemudian
jatuh ke lantai tanpa suara.
“Selamat ulang tahun, oniisama!”
Miyuki sudah melepas cardigan luar seragamnya dan sekarang
hanya menggunakan seragam one piece nya. Seragam tanpa lengan itu terlihat
sangat cocok dengan siluet badannya. Tatsuya sudah biasa melihat adiknya dengan
seragam sekolah, tapi saat cardigannya dilepas, impresi yang dia dapatkan
terasa berbeda. Rasanya Tatsuya seperti sedang melihat sebuah gaun yang memang didesain hanya untuk Miyuki seorang.
Minami sekarang berdiri di belakang Miyuki, baju yang dia
kenakan adalah baju maid dan apron yang biasa dia kenakan tiap harinya. Di atas
meja sekarang terdapat banyak makanan yang sepertinya membutuhkan banyak waktu
untuk membuatnya.
“Jadi kau mencegahku pulang lebih awal karena ingin
menyiapkan semua ini…”
Tatsuya menatap Miyuki dengan mata menyipit. Miyuki hanya
bisa menoleh untuk menghindari tatapan Tatsuya.
“Yah… aku senang dengan usaha kalian. Terima kasih.”
Awalnya, Miyuki ingin membuat kejutan untuk Tatsuya. Miyuki
merasa yakin dia bisa melakukannya tahun ini, apalagi sekarang mereka tidak
hanya berdua saja. Tatsuya merasa jika ide ini agak kekanakan, tapi dia tahu jika Miyuki melakukan semua ini karena dia menyayanginya.
“Silahkan duduk, oniisama. Aku akan mengambil kuenya.”
Saat Tatsuya tersenyum, wajah Miyuki terlihat bersinar.
Gadis itu mulai menyiapkan semuanya dengan penuh semangat. Minami yang ada di
belakangnya hanya bisa pasrah saat melihatnya. Beberapa saat kemucian Miyuki datang dengan membawa kue
dan meletakkannya di atas meja, lalu dia meletakkan lilin di atasnya, menaruh
piring dan garpu di depan Tatsuya, menyalakan lilinnya, dan menyuruh Minami
untuk duduk di kursinya, setelah itu Miyuki pun duduk di kursi yang tersisa.
“Oniisama, tiup lilinnya.”
Tatsuya yang selama ini diam dan hanya memperhatikan
kesibukan adiknya itu hanya membalas dengan meniup 17 lilin yang ada di atas
kue itu.
XXX
Meski ulang tahunnya ini hanya dirayakan oleh 3 orang,
suasana dalam ruang makan ini terasa sangat meriah. Tatsuya juga ikut andil
dalam membuat beberapa keributan seperti bertepuk tangan saat Miyuki
menyanyikan lagu ulang tahun, tapi sekarang dia sedang bersantai sendirian di
dalam kamarnya.
Acara malam ini sangat pas untuk relaksasi sebelum
demonstrasi yang akan dilakukan besok. Adiknya itu terlalu baik kepadanya,
jadi dia pasti juga memikirkan hal itu. Beberapa saat kemudian Tatsuya teringat
dengan hadiah yang diberikan oleh Honoka.
Tatsuya pun mengambil kotak ramping itu dari dalam tasnya.
Hadiah itu memiliki berat yang lumayan jika dibandingkan dengan ukurannya yang tidak terlalu besar.
Tatsuya mengira jika itu adalah sebuah alat mekanik, jadi dia membuka kertas
pembungkusnya dengan hati-hati. Tapi ternyata yang ada di dalamnya adalah sebuah kotak yang
terbuat dari sebuah kayu yang tidak dipernis, dan dari teksturnya Tatsuya bisa
tahu jika bahannya berkualitas tinggi. Saat Tatsuya membuka kotaknya, dia
melihat sebuah jam saku antik di sana. Zaman sekarang, jam saku hanya
digunakan sebagai aksesoris dan dianggap sebagai barang antik yang banyak
dikoleksi.
“Jam ini pasti mahal…” gumamnya sambil membalik kotak kayu
itu untuk melihat logo pembuatnya.
Tatsuya mengenali logo itu sebagai salah satu perusahaan
yang dimiliki oleh keluarga Shizuku. Dengan kata lain, jam ini adalah pemberian
Shizuku.
Jam saku itu dibuat agar penggunanya bisa meletakkan foto di
dalamnya, tapi tempat foto itu masih kosong seperti yang dia duga. Shizuku
mungkin akan meletakkan foto Honoka di sana, tapi mungkin gadis itu menolak ide
sang sahabat. Tatsuya tersenyum saat dia mengingat kejadian yang terjadi di
ruang osis beberapa jam yang lalu.
Saat Tatsuya sedang memperhatikan jam saku tersebut, tiba-tiba ada ketukan pelan dari pintu kamarnya.
<<<Previous Daftar Isi Next>>>
Komentar
Posting Komentar