Mahouka Volume 12 Chapter 11 Part 1
Disclaimer: not mine
XXX
Tekanan publik terhadap penyihir menjadi semakin kuat dari waktu ke waktu, tapi sekolah tetap memiliki zona autonominya sendiri. Sekolah memang tidak memiliki kebebasan yang terlalu besar, tapi mereka tetap memiliki beberapa hak spesial. Sekolah adalah sebuah tempat yang kurang lebihnya terpisah dari dunia luar, SMA 1 juga seperti itu, untuk saat ini situasi di dalam sekolah masih aman terkendali. Tapi, Tatsuya yang sudah mendengar berita dari Fumiya yakin jika keadaan saat ini tidak ubahnya seperti tenang sebelum badai.
Prediksinya tepat saat dia mendapatkan telepon pada hari kamis tanggal 19 April.
"Tatsuya-san, terimakasih atas sambutan hangatmu meski
kami datang mendadak beberapa hari yang lalu."
"Sama-sama." lagipula sambutan hangat yang dimaksud hanyalah suguhan kue dan teh hangat saja. Tatsuya sadar jika Ayako mengatakannya hanya untuk basa-basi, tapi Tatsuya sama sekali tidak peduli dengan hal seperti itu. "Berita apa yang kau miliki hari ini?"
"Kau tidak pernah mau berbasa-basi ya, Tatsuya-san?"
"Mungkin lain kali "
Ayako bingung ingin memasang ekspresi seperti apa… marahkah atau terkejut? Tapi pada akhirnya dia hanya bisa menghela nafas. "Yah… tidak apa-apa. Toh ini juga bukan hal penting."
"Aku siap mendengarkan."
Pikiran Tatsuya selalu fokus pada masalah ini bahkan sebelum Ayako menghubunginya. Ayako (yang sekarang sedang menerima tatapan tajam dari Tatsuya) pun memalingkan wajahnya karena merasa sedikit malu.
"Jadwal pasti dari insiden yang dibicarakan oleh Fumiya beberapa hari yang lalu sudah ditetapkan." meski Ayako sedang merasa malu, dia tetap bisa menjalankan tugasnya dengan sempurna. Itu artinya dia punya kontrol yang kuat pada emosinya sendiri. "April tanggal 21… hari rabu minggu depan, seorang anggota dewan akan pergi mengunjungi SMA 1."
"Apa dia Kanda-san dari partai Hak Masyarakat (Civil Right Party)?"
"Ya… aku kaget karena kau sudah mengetahuinya."
"... Itu bukan sesuatu yang begitu mengejutkan."
Kanda adalah politisi muda yang lumayan terkenal di kalangan oposisi. Dia dikenal sebagai aktivis hak masyarakat yang sangat kritis pada kekuatan militer yang dimiliki oleh tentara Jepang. Dia tiba-tiba banyak muncul di berbagai media sejak awal minggu ini. Meski kata-katanya terkesan mendukung para penyihir, tapi yang sebenarnya dia inginkan adalah menyingkirkan para penyihir dari kemiliteran Jepang.
"Ya." jawab Ayako sambil tertawa pelan. Mungkin dia juga bisa merasakan sarkasme dalam kata-kata Tatsuya barusan. "Kanda-san ingin mendobrak pintu SMA 1 dengan para korespondennya."
"Mendobrak untuk melakukan apa?"
"Sayangnya kami tidak punya informasi mengenai itu."
"Artinya mereka tidak menyiapkan sesuatu yang terlalu besar." ujar Tatsuya sambil mengangguk yakin. Dia bahkan tidak berpura-pura untuk memikirkan jawaban dari sepupunya itu.
"Apa yang ada dalam pikiranmu sampai kau bisa sampai pada kesimpulan itu?"
Yang ada dalam percakapan itu hanya Tatsuya dan Ayako. Miyuki tidak ada di sebelah Tatsuya, begitu juga Fumiya yang tidak ada di sebelah Ayako. Mungkin gadis itu merasa lebih bebas sehingga dia bisa menunjukkan ekspresi yang tepat untuk gadis seusianya.
"Jika mereka merencanakan sesuatu yang besar, maka kau tidak mungkin tidak tahu soal itu, iya kan?"
"... Aku akan menganggap itu sebagai pujian." jawab Ayako yang sudah kehilangan ketenangannya (atau mungkin itu hanya perasaannya saja).
"Tentu saja itu pujian."
Setelah Ayako menerima balasan yang tidak kalah serius, dia benar-benar terkesiap.
"Tatsuya-san… kau sengaja melakukan ini, iya kan?"
"Apa yang kulakukan?"
"Jika orang sepertimu… ah, tidak apa-apa. Tidak usah dipikirkan."
Ayako ingin mengatakan sesuatu, tapi saat dia melihat wajah serius milik Tatsuya dia berhenti. Dia masih punya hal lain yang harus dia katakan pada sepupunya itu.
"Seperti yang sudah kau katakan, kami percaya jika mereka tidak akan melakukan sesuatu dalam skala besar. Mungkin mereka akan melakukan beberapa hal biasa, tapi selalu ada kemungkinan jika para jurnalis itu akan memutar balikkan fakta yang sebenarnya, iya kan?"
"Ya, aku mengerti. Mereka mungkin akan melakukannya." untuk pertama kalinya di malam ini, Tatsuya terlihat memikirkan jawaban Ayako dengan serius. Tapi hal itu hanya terjadi selama beberapa detik dan setelah itu dia menata gadis itu dengan senyum apresiatif. "Terimakasih sudah meneleponku. Ini akan menjadi bantuan besar untukku."
"Aku menantikan hasil observasimu yang luar biasa, Tatsuya-san."
Ayako melemparkan sebuah senyuman, membungkukkan badannya, dan kemudian memutus percakapan mereka.
Esok harinya, jum'at 20 April, Tatsuya memanggil Azusa dan Isori ke ruang osis sebelum bel pagi berbunyi.
"Huh!? Bukannya itu masalah yang serius!?" setelah Azusa mendengar berita dari Tatsuya, dia langsung berdiri dari kursinya dan berteriak.
"... Apa kau benar-benar harus merasa seresah itu?" tanya Kanon yang terus menempel pada Isori.
"Tidak. Ini masalah serius, Kanon." jawab Isori. "Di permukaan, opini Kanda-san mungkin terlihat seperti mendukung para penyihir, tapi dia juga berpendapat jika pihak militer telah melakukan kejahatan karena telah menerima para penyihir sebagai prajurit. Yang sebenarnya dia inginkan adalah memutuskan hubungan antara penyihir dan kemiliteran."
"Aku juga mengerti soal itu. Tapi yang dia serang itu pihak militer dan sekolah kan? Bukan kita." jawab Kanon dengan wajah jengkel. Sepertinya dia tidak suka jika Isori mendukung pendapat Azusa dan Tatsuya.
"Meski itu artinya kehilangan kebebasan yang kita miliki sekarang?" tanya Isori.
Kanon terkesiap. Dia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang dikhawatirkan oleh tunangannya itu.
"Jika orang yang ingin mencegah pihak militer mempekerjakan para penyihir berkuasa, mereka pasti akan melarang murid SMA sihir seperti kita untuk memilih Akademi Pertahanan setelah lulus. Mereka juga akan melarang para lulusan Universitas Sihir untuk menjadi prajurit. Mereka mungkin juga akan membatasi keinginan kita untuk ikut terlibat dalam urusan pertahanan negara.
"Maksudmu mereka ingin membatasi jalan pikiran kita?" tanya Kanon dengan nada tidak percaya.
Isori menurunkan pandangannya dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak membantah pertanyaan Kanon, tapi dia tidak terlalu senang saat melihat ekspresi tunangannya itu.
"Prinsip pasifisme tidak menginginkan adanya analisa ancaman militer pada negara tersebut dan debat mengenai persiapan pertahanan suatu negara. Mereka ingin menghilangkan semua pembicaraan yang mengarah pada pengerahan pasukan bersenjata. Mereka mungkin juga akan menggunakan kekerasan untuk menegakkan aturan seperti itu. Mereka juga tidak punya alasan untuk tidak melakukan sensor pada berita seperti itu. Meski mereka memberi klaim jika mereka akan menyamakan hak para penyihir dengan warga biasa… disaat yang sama mereka ingin mengambil kebebasan para penyihir dalam menentukan pekerjaan yang mereka inginkan."
Itu adalah kritik yang lumayan tajam, bahkan Kanon (yang katanya paling mengenal Isori) dibuat malu setelah mendengarnya. Tatsuya juga merasa terkesima… mungkin ini tidak aneh. Apa Isori punya kenangan buruk dengan prinsip pasifisme?
"... Jadi kita harus berpikir jika hal ini memang berhubungan dengan kita, Kanon. Dan Shiba-kun… apa rencanamu untuk mengatasi masalah ini?" mungkin Isori merasa jika dirinya menjadi terlalu serius dan bersemangat, karena itu dia berusaha mengalihkan pembicaraan kepada Tatsuya dengan senyum canggung di wajahnya. "Aku yakin kau memanggil kami karena sudah memiliki beberapa ide."
"Ya." Tatsuya berbalik dan melirik Miyuki. Miyuki yang terus menunggu di belakang Tatsuya pun menyerahkan sebuah terminal pada Azusa dan Isori. Tatsuya melanjutkan penjelasannya saat mereka berdua melihat papan tipis itu dengan seksama.
"Mereka ingin mengkritisi SMA sihir dan berkata bahwa sekolah-sekolah telah melakukan edukasi militer dan memaksa para murid untuk bergabung dengan pasukan pertahanan. Kalau begitu yang kita butuhkan adalah menunjukkan hasil edukasi sihir yang tidak berhubungan dengan militer."
Tatsuya menyampaikan semua itu tanpa basa-basi. Tidak ada yang membantah atau menyetujuinya… mereka bahkan tidak menanyakan apapun padanya.
"Karena itu aku ingin membuat sebuah demonstrasi yang terkesan spektakuler saat Kanda-san datang ke sekolah kita."
"... 'terkesan spektakuler'?"
"... Yang seperti ini hanya 'terkesan'?"
Akhirnya Tatsuya mendapat reaksi dari Azusa dan Isori… sebuah penolakan tidak langsung, jika dilihat dari ekspresi wajah mereka. Tapi nada suara mereka tidak separah ekspresi mereka, sepertinya penolakan yang mereka sampaikan tidaklah sekuat dugaan pertamanya.
"Persiapannya memang agak menyusahkan, tapi demonstrasinya sendiri tidak lebih dari pelepasan listrik atau implosion experiment yang sudah sering dilakukan. Setidaknya di luarnya."
"Mungkin jika hanya dilihat secara sekilas… tapi," meski Azusa mencoba menentang, ekspresinya masih tetap sama seperti beberapa detik yang lalu. Dia masih berusaha bertahan di bawah seringaian Tatsuya.
"Mereka terlihat sama di luar, tapi kurasa demonstrasi ini memiliki sesuatu yang sangat berbeda… dan kurasa hal inilah yang membuatnya menjadi senjata terbaik untuk mengatasi masalah ini.. Tapi, Shiba-kun…" Isori yang sudah sadar dari rasa kagetnya pun berkata dengan wajah tertekuk. "Apa kita benar-benar bisa membuat ini? Sebuah reaktor termonuklir dengan program gravity-controlling magic adalah salah satu dari 3 puzzle dalam sihir beban."
Isori sudah menanyakan inti dari rencananya, dan saat itu wajah Tatsuya terlihat tidak terlalu yakin.
"Kita masih tidak bisa membuat yang asli sekarang."
Tapi dia yakin dengan praktikalitas rencana ini, dan sekarang Tatsuya sedang berpikir tentang bagaimana caranya untuk menjawab pertanyaan itu.
"Kita bisa menyebutnya sebuah reaktor eksperimental karena itu bukan yang reaktor yang asli. Kita mungkin bisa menunjukkannya dengan cara yang lebih mudah dipahami dan spektakuler daripada kompetisi tesis tahun lalu waktu kita mengatakan jika fusi nuklir bisa dibuat dengan menggunakan sebuah reaktor."
<<<Previous Daftar Isi Next>>>
Komentar
Posting Komentar