I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 170

 Disclaimer: punya saya? pasti bukan.

XXX

"Kosong." ucapku saat melihat keadaan di dalam kelas.

"Makanya aku tidak bisa mendengar apapun dari dalam sana."

Mungkin mereka sedang melakukan pembelajaran di luar kelas. Padahal aku ke sini karena ingin meminta maaf pada Duke-sama, tapi sepertinya aku hanya membuang waktu.

"Hei, kau dengar suara tangisan tidak?" ucap Gilles sambil mengernyit ke arahku.

... Tolong berhenti, Gilles-san. Aku tidak percaya pada hantu. Meski begitu, aku bisa mendengar suara tangisan yang dikatakan oleh Gilles dengan jelas. Ah, sepertinya itu bukan hantu.

"Di sana."

"Huh?"

Gilles menunjuk ke arah belakang kelas dan aku mengikuti arah yang dia tuju. Rambut warna maroon... sepertinya aku pernah melihat gadis di suatu tempat, siapa dia? Aku tidak bisa melihat wajahnya karena kepalanya tertunduk menghadap lantai. Tapi aku juga tidak bisa dengan serta merta meminta agar dia mengangkat kepalanya.

"Siapa?" tanya si gadis sambil mengangkat kepalanya. Oh, aku tahu siapa dia. Kenapa dia bisa menangis sendirian di tempat seperti ini? Bukannya dia pengikutnya Liz-san? Kalau tidak salah ingat, namanya adalah Emma. Gadis ini dulu pernah mencoba mengerjaiku, padahal dia lebh tua dariku.

"Oh, kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Emma.

Tidak heran jika dia merasa bingung, kelasku memang bukan di sini. Sebagai seorang wanita jahat, seharusnya aku mengatakan sepatah dua patah kata yang menyakitkan untuknya, tapi aku tidak akan melakukannya sekarang.

Emma langsung berjalan menuju pintu sambil mengusap matanya. Wajahnya terlihat sedih dan marah.

"Tunggu, kau bisa tetap di sini, kami yang akan pergi." ucapku padanya.

Emma berhenti berjalan saat dia mendengar ucapanku, lalu dia menatapku dengan pandangan curiga.

"Semua ini salahmu.... kau pasti yang memberitahu mereka semua jika aku sedang menangis di sini, iya kan!?"

Nada suara Emma menjadi semakin kasar. Hei, apa salahku sampai kau marah-marah kepadaku?

"Kau sudah menghina penampilanku hari itu. Sejak saat itu aku selalu melasa malu saat berada di depan Liz-sama!"

Sepertinya dia memang marah kepadaku, tapi Liz-san tidak akan mengabaikan Emma hanya karena itu. Dia terlalu baik... apa mungkin ada seseorang yang mempengaruhinya? Yah, itu bukan urusanku.

"Ayo pergi Gilles."

"Apa-apaan ini? Simpati? 'Maaf sudah membuatmu menangis, jadi akan kubiarkan kau menangis sendirian'? Aku sama sekali tidak bahagia karena sudah menerima kebaikan darimu!" teriaknya marah.

Aku juga membenci diriku sendiri dan aku tidak tahu kenapa. Aku sedang berusaha menggapai impianku menjadi wanita jahat, tapi aku juga membenci diriku yang selalu menyakiti perasaan orang lain.

Aku berbalik dan berjalan ke arah Emma. Gadis itu sama sekali tidak mundur meski wajahnya menunjukkan rasa takut. Dia juga tidak bergeming meski aku sudah menatap matanya.

"Apa?" tanyanya dengan suara bergetar.

Bagian di sekitar matanya terlihat merah dan membengkak. Sepertinya dia baru menangis habis-habisan di belakang sana...

Kenapa dia menangis sampai seperti ini? Apa mungkin karena dia dianggap sebagai orang luar dan bukan seorang pengikut Liz-san?

"Aku tidak mendengar dan melihat apapun."

"Huh?"

"Kau tidak perlu menahannya jika kau memang ingin menangis."

Emma terbelalak saat mendengar kata-kataku.

"Aku sudah membuat dinding pembatas di sekitar kelas. Tidak akan ada orang yang bisa mendengar apa yang ada di dalam kelas ini dan mereka juga tidak bisa masuk. Tenang saja, dinding ini akan menghilang saat kau keluar dari kelas."

Setelah berkata seperti itu, aku pun berjalan pergi meninggalkannya sendirian.





Komentar

Postingan Populer