Mahouka Volume 12 Chapter 10 Part 2

Disclaimer: Not mine.

XXX

"Katsuto-kun… apa kau tahu cara yang paling efektif untuk melawan opini publik?" tanya Kouichi dengan nada menggurui.

Katsuto tidak mau susah-susah menjawabnya, dia tahu jika Kouichi tidak mengharapkan jawaban darinya. Lawan bicaranya itu akan memberitahukan jawabannya meski dia tidak mengatakan apa-apa.

"Opini publik pada akhirnya adalah sebuah… pendapat, penghakiman. Ada beberapa orang yang memulainya dan beberapa orang yang lain menerimanya. Opini itu adalah sesuatu yang dimiliki oleh pembuatnya dan dia bertanggung jawab atas opini itu." 

Apa Kouichi sengaja mengubah nada bicaranya, atau mungkin itu hanya kebetulan? Ada jarak usia antara Kouichi dan Katsuto. Tapi, jika dilihat dari posisi mereka berdua (yang sama-sama pemimpin sebuah klan) harusnya Kouichi bisa memilih kata-kata yang lebih netral. 

"Jika kau tahu siapa orang yang membuat sebuah opini, maka kita bisa melawan opini itu dengan mudah. Kau bisa menanyakan sesuatu pada mereka, tunjukkan kontradiksi dalam logika mereka, dan buat mereka mengakui kesalahan mereka. Cara ini juga bisa digunakan untuk menunjukkan kelemahan opini seseorang dan memaksa mereka untuk berkompromi."

Karena alasan inilah Katsuto tidak keberatan saat Kouichi berbicara layaknya seseorang yang berada di atasnya.

"Tapi, melawan opini publik adalah sesuatu yang sulit. Itu karena kita tidak punya 'seseorang' yang bisa dijadikan sebagai objek."

Seorang Katsuto Juumonji bahkan bisa merasa bosan dengan pembicaraan seperti ini.

“Opini itu mungkin sudah menjadi milik publik, tapi pada dasarnya itu hanyalah satu opini. Jadi hanya ada 1 orang yang membuatnya dan hal itu pasti berhubungan dengan keuntungan orang tersebut. Siapapun dia, dia sudah memilih untuk bersembunyi dalam bayang-bayang masyarakat dan tidak ingin muncul untuk memperdebatkan pendapatnya. Pihak media yang hanya menyampaikan permintaan dari masyarakat dan para politikus pun mengikuti opini negara ini. Meski media tahu siapa yang membuat opini seperti ini… dan mereka tahu apa keuntungan dan kerugian yang bisa ditimbulkan, mereka akan tetap tampil sebagai corong publik. Sebagai master dari opini ini, mereka pasti harus bertanggung jawab atas segala resikonya.”

Meski sudah mendengarkan penjelasan panjang lebar itu, Katsuto tetap tidak bisa berhenti memikirkan kenapa Kouichi sengaja membuat pembicaraan ini jadi berputar-putar.

“Opini publik sebagian besar berdasar pada siapa yang bisa mempengaruhi publik dengan lebih cepat.”

Mungkin wajah Katsuto menunjukkan jika dia tidak terlalu suka dengan pilihan kata Kouichi yang terlalu keras, karena itu Kouichi hanya bisa menghela nafas dan tersenyum tipis. Setelah itu nada bicaranya berubah menjadi lebih lembut dan sopan.

“Opini publik yang mendapatkan dukungan tercepat akan menjadi keadilan itu sendiri, lalu ‘kebenaran’ itu akan berubah menjadi tekanan bagi orang-orang yang tidak setuju. Meski para pengkhianat itu mengatakan kebenaran, meski opini yang mereka utarakan memiliki kelemahan yang sangat besar, kau tidak akan bisa melawan mereka hanya dengan menunjukkan kesalahan itu secara langsung. Lagipula, tidak ada satu orangpun yang bisa kita ajak berdebat mengenai persoalan ini.

“Apa ayah ingin bilang jika para demonstran anti sihir itu lebih cepat dari kita?”

Mayumi yang sedari tadi hanya duduk manis dan mendengarkan pun sekarang angkat bicara. Nadanya terdengar kesal.

“Benih dari pergerakan anti sihir ini sudah ditanam sejak 1 tahun yang lalu. Mereka melakukan hal ini karena tahu jika kita tidak akan bisa melawan melalui posisi yang kita miliki.”

Setelah Kouichi berhasil memadamkan amarah putrinya, dia menatap Katsuto sekali lagi.

“Melawan opini publik bukanlah langkah yang efektif. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk melawannya, Katsuto-kun?”

“Kita bisa membaginya.”

Katsuto menjawab pertanyaan itu dengan mudah. Jawaban itu sama sekali tidak mengandung keprihatinan ataupun arogansi. Meski begitu, itu adalah jawaban yang harusnya bisa dijawab oleh para anggota 10 Master Clan. Jawaban itu bukan satu-satunya jawaban dan tentu saja jawaban itu tidak absolut. Itu adalah jawaban yang paling mendekati kebenaran.

“Kau benar.” Mereka berdua tahu jika jawaban itu bukan satu-satunya jawaban, karena itu Kouichi pun melanjutkan penjelasannya. “Jika ada sesuatu yang bisa disetujui dari opini yang kubuat, itu adalah masalah ini tidak akan berakhir dengan perburuan penyihir. Perbedaan diantara kedua macam artikel ini bukan hal yang terlalu besar, tapi itulah yang bisa memecah belah opini publik dengan mudah. Opini publik yang terbelah akan kehilangan kekuatannya dan pada akhirnya mereka akan terlupakan begitu saja. Tentu saja selama tidak ada orang yang menyuplai opini itu dari balik layar.”

“Bukankah penjelasan anda mengenai hal ini bertentangan dengan definisi opini publik itu sendiri, Saegusa-sama?” tanya Katsuto.

Kouichi mengangguk dengan senyum puas. “Tepat sekali, Katsuto-kun. Selama orang itu menyembunyikan identitasnya, dia tidak akan bisa mempertahankan opini publik yang sudah kehilangan momentumnya. Jika dia mencoba untuk menyalakan api opini itu sekali lagi dengan identitas yang tetap dirahasiakan seperti itu, maka masyarakat akan bisa mengenalinya dengan mudah dan menolak opini itu. Masyarakat kita memang bodoh karena sudah masuk ke dalam jebakan mereka, tapi masyarakat yang bijak tidak akan mau jatuh di lubang yang sama 2 kali.”

“Karena itu anda mengarahkan kampanye anti sihir ini pada fokus lain?”

“Anggap saja ini sebagai bentuk pelampiasan, Katsuto-kun. Orang-orang yang tidak memiliki sesuatu akan merasa iri pada orang yang memilikinya…tidak ada yang bisa kita lakukan soal itu. Kekuatan bernama sihir juga bukan pengecualian. Seseorang tidak akan bisa menahan rasa iri yang sudah terlanjur bangkit, tidak peduli kau mau mengatasinya dengan cambuk atau permen. Yang bisa mereka lakukan adalah melampiaskan perasaan mereka pada sesuatu. Memadamkan api besar yang sudah dibagi-bagi akan jauh lebih mudah untuk dilakukan.”

Kouichi menghentikan penjelasannya. Mayumi memasang wajah tidak yakin, tapi dia juga tidak bisa melawan pendapat ayahnya.

“Beberapa api yang lebih kecil itu lebih baik daripada 1 api besar. Saya mengerti… ternyata kita bisa melihatnya dengan cara seperti itu.” gumam Katsuto. Beberapa saat kemudian dia menatap Kouichi dan berkata, “Tapi, api kecil juga dapat memakan korban. Jika memisahkan api berarti tidak cukup orang untuk memadamkannya, maka api kecil itu tidak akan berhenti hanya sebagai api kecil… mereka bisa menjadi sebuah insiden yang membahayakan nyawa manusia.”

“Tapi, kata-katamu itu masih berdasar pada asumsi semata.”

“Begitu juga dengan semua penjelasan anda.”

Katsuto terus menatap Kouichi, dan saat dia yakin Kouichi tidak akan mengatakan apa-apa lagi dia pun berdiri dari kursinya.

“Saegusa-sama…” panggilnya dengan sangat sopan, mengingat apa posisi mereka berdua dalam 10 Master Clan. “Keluarga Juumonji menyatakan tidak setuju dengan manipulasi media yang dilakukan keluarga Saegusa. kami meminta agar anda segera menghentikan seluruh kegiatan anda dalam kampanye anti sihir ini.”

“Keluarga Saegusa meminta dengan hormat agar keluarga Juumonji menyatakan keberatan mereka dalam bentuk surat resmi. Saya akan menanggapi hal ini dengan prosedur formal.”

Kouichi ikut berdiri dan kemudian menanggapi perkataan Katsuto dengan kata-kata yang tidak kalah sopan.

“Saya mengerti. Saya akan segera membuat surat tersebut.”

“Saya minta maaf karena sudah membuat anda datang jauh-jauh kemari. Mayumi, Master Juumonji akan segera pulang, tolong antar dia ke pintu depan.”

Katsuto membungkukkan badannya ke arah Kouichi dan laki-laki itu melakukan hal yang sama pada Katsuto. Setelah itu Mayumi pun berjalan di depan untuk mengantar Katsuto ke pintu depan rumah keluarga Saegusa.

Saat Mayumi kembali setelah melakukan tugasnya, ternyata sang ayah masih bersantai di ruang tamu. Wanita muda itu memasang wajah kesal dan berjalan ke arahnya.

"Ada apa Mayumi? Duduklah, kau bisa berbicara kepadaku."

Kouichi bersikap layaknya orang kaya. Dia duduk dan menyilangkan kakinya dengan santai. Mayumi pun langsung duduk di kursi seberang ayahnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Aku tahu apa yang mau kau katakan… tapi kau boleh mengatakannya sendiri."

"Aku percaya jika idemu itu benar, ayah. Tapi aku juga merasa jika Juumonji-kun tidak sepenuhnya salah."

Kouichi tersenyum saat melihat kontrol emosi yang ditunjukkan oleh putrinya itu. Dia bisa merasakan amarah dan kekesalan dari tatapan anaknya itu, tapi dia berhasil menahan diri dengan baik. Kouichi mengangguk dan berkata, "Aku tidak menyalahkanmu karena berpikir begitu. Baik Katsuto dan aku hanya membicarakan bagian permukaan dari masalah ini."

Saat ini ayahnya kedengaran seperti sedang pamer. Mayumi pun mengepalkan tangannya dan bertanya, "Ada sesuatu dibalik semua ini, begitukah?" 

"Kau tidak bisa menebaknya? Sepertinya Katsuto-kun sudah menyadarinya."

Mayumi menggelengkan kepalanya dan menggigit bibirnya untuk menekan rasa frustasi yang sekarang dia rasakan.

"Ternyata aku benar. Katsuto-kun berada di level lebih tinggi jika dibandingkan dengan Hirofumi."

Hirofumi adalah anak lelaki tertua dan juga pewaris keluarga Itsuwa. Keluarga tersebut bermaksud untuk menjodohkan Hirofumi dengan Mayumi. Jika Kouichi membandingkan Katsuto dan Hirofumi sekarang, itu artinya dia sudah memikirkan hal ini sejak lama. Tapi untungnya kata-kata itu tidak sampai ke telinga Mayumi.

"Mayumi, Kudou-sensei juga tahu mengenai insiden kali ini dan dia tidak melawan ideku."

Saat ruang itu masih dalam keadaan hening, Kouichi memilih untuk menjatuhkan bom tersebut pada sang anak.

"Master Kudou…?" seperti yang Kouichi duga, Mayumi merasa kaget saat mendengar fakta itu tapi sepertinya anaknya masih bisa menenangkan dirinya. "Aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh master Kudou… yang kutahu, mencampuri kehidupan penyihir lain tanpa alasan yang jelas adalah tindakan yang salah, bahkan jika itu adalah kehidupan para penyihir yang ada di negeri ini."

Kegigihan Mayumi membuat Kouichi kaget, tapi laki-laki itu belum menyelesaikan penjelasannya. "Masalah ini akan bertahan selama sebulan, kurang lebih. Aku juga tidak berniat untuk membiarkan masalah ini menjadi sesuatu yang berlarut-larut hingga mencampuri kehidupan orang lain."

"Mau 1 bulan atau 1 minggu, tuduhan tidak masuk akal itu akan menjadi luka bagi orang lain. Menggunakan pena untuk kejahatan bisa menimbulkan luka yang lebih parah daripada luka ayunan pedang. Kurasa kalimat 'pena lebih kuat daripada pedang' tidak hanya digunakan dalam hal baik saja."

Mayumi yang dulu akan langsung menarik diri sejak tadi. Kelakuan anaknya sekarang ini terlalu keras kepala dan gigih… Kouichi pun mulai merasa ragu.

"Mayumi… sebenarnya kau ini marah demi siapa?"

"Hm…?"

Pertanyaan mendadak dari ayahnya itu berhasil memberikan damage pada Mayumi.

"Bukan… itu, bukan…"

Mayumi yang bahkan tidak merasa takut saat mendengar nama Retsu Kudou, sekarang langsung terbata-bata setelah mendengar pertanyaan itu.

 

<<<Previous     Daftar Isi     Next>>>


Komentar

Postingan Populer