Mahouka Volume 12 Chapter 6 Part 6

 Disclaimer: Novel bukan punya saya. copyright kembali pada author dan penerbitnya.

XXX

"Apa kau tahu siapa namanya?"

"Ernst Rosen. Sepertinya dia anggota keluarga utama Rosen."

"Ya. Koran-koran sudah ramai memberitakan hal itu sejak beberapa hari lalu."

Mikihiko sempat berhenti berbicara selama beberapa saat. Tapi setelah itu dia membuang keraguannya dan berkata pada Tatsuya dengan wajah yang sedikit kesusahan. Dia berbisik.

"Sepertinya dia adalah sepupu dari ibu Erika."

Tatsuya tidak bisa mempertahankan poker face nya saat mendengar berita besar itu. "Ibu Erika berhubungan dengan Rosen?" tanyanya dengan nada terkejut.

Mikihiko mengangguk perlahan. "Kakek Erika dari pihak ibu sepertinya kawin lari dengan seorang wanita Jepang."

"Kawin lari? Kedengarannya jadul sekali."

"Kurasa..." Mikihiko tersenyum kecut. Tatsuya sangat jarang merasa terkejut dengan sesuatu yang bukan poin utama sebuah pembicaraan, dan hal itu membuat Mikihiko merasa lebih tenang. Wajahnya terlihat lebih santai saat dia melanjutkan. "Dia pergi ke Jepang dan melawan keputusan keluarganya, jadi mereka sepertinya dicampakkan oleh keluarga utama Rosen. Neneknya--dari sisi ibu--sepertinya tidak memikirkan hubungan itu terlalu jauh. Tapi kudengar ibu Erika mengalami masa-masa berat karena itu."

"Aku juga turut sedih mendengarnya, tapi kenapa kau menceritakan semua ini padaku?"

Meski Tatsuya merasa jika masalah di rumah Erika sangat kompleks, tapi tujuan Mikihiko sepertinya bukan bersimpati pada gadis itu. Tatsuya pun mencoba menanyakan inti masalah ini pada temannya itu.

"... Sejak itu, Jepang tidak memiliki opini bagus pada Rosen, itupun jika dilihat dari hasil penjualan produk mereka. Mereka memang memiliki kantor utama di Jepang, tapi mereka tidak pernah mengutus anggota keluarga utama mereka ke sini."

"Kau tahu, perkataanmu ada benarnya." kata Tatsuya sambil mengingat nama-nama atasan eksekutif perusahaan Rosen yang ada di Jepang selama 10 tahun ke belakang. Mikihiko benar, tidak ada nama Rosen di daftar itu.

"Mungkin aku terlalu jauh memikirkan ini tapi... aku tidak bisa berpikir jika kedatangan Ernst Rosen tidak ada hubungannya dengan Erika."

Tatsuya juga berpikir jika Mikihiko sudah terlalu jauh mengira. Tapi yang lebih penting adalah alasan kenapa Mikihiko mengatakan ini kepadanya.

"Lalu, kau ingin aku melakukan apa?"

"Aku tidak memintamu melakukan apa-apa. Aku hanya ingin kau tahu, itu saja." Saat Tatsuya menatapnya dengan ragu, Mikihiko tersenyum kecut pada dirinya sendiri. "Tidak bukan itu... aku hanya merasa kalau ini sangat berat jika kubawa sendirian, jadi mungkin aku ingin melibatkanmu ke dalamnya." gumam Mikihiko yang terdengar marah pada dirinya sendiri. "Aku tahu aku ini jahat."

Jujur saja, impresi Mikihiko di mata Tatsuya sangat jauh dari kata jelek.

XXX

Setelah Tatsuya dan yang lainnya pulang, Azusa masih tinggal sendirian di ruang osis (Pixie ada di mode tidur). Osis memiliki banyak sekali pekerjaan di tahun baru setelah upacara penerimaan murid baru selesai digelar. Tidak aneh jika dia--ketua osis SMA 1--masih tinggal hingga malam menjelang. Akan aneh rasanya jika Azusa pulang sebelum anggota osis lainnya.

Lalu, apa Azusa melakukan pekerjaan untuk 5 orang sendirian? Tidak, dia tidak melakukannya. Untuk beberapa saat, dia hanya menatap ke arah jadwalnya untuk bulan ini. Kadang dia akan menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya agar bisa kembali fokus. Setelah itu dia menatap terminalnya dengan penuh antusiasme, beberapa saat dia kembali terdiam dan hanya menatap layar kembali. Hal itu terjadi beberapa kali.

Sekali lagi Azusa menghela nafasnya, dia tidak tahu sudah berapa banyak dia melakukannya hingga akhirnya ada sebuah perubahan yang terjadi. Bunyi beep kecil menandakan sebuah pesan masuk. Pesan itu memberitahunya jika dia kedatangan seorang tamu. Azusa langsung menyalakan layar dan melihat Hattori di sana. Gadis itu pun menekan beberapa tombol untuk membuka kunci ruang osis.

"Aku masuk, Nakajou... tunggu, hanya ada kau di sini?"

"Oh, um, ya. Aku ingin memikirkan beberapa hal sendirian." kata Azusa yang langsung mempersilahkan hattori duduk.

Hattori menerima tawaran itu dan duduk di kursi yang ditunjuk Azusa.

"Padahal kau hanya perlu menggunakan ID mu untuk masuk ke ruangan ini. Kau tidak perlu memintaku untuk membukakan pintu." ujar Azusa sambil mengambilkan teh untuk tamunya.

Hattori memberi tanda jika gadis itu tidak harus melakukannya. "Aku bukan anggota osis lagi. Aku lebih suka untuk menjaga hal itu tetap terpisah."

"Kau memang seperti itu." Azusa tertawa pelan dan kemudian kembali ke kursinya. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi Hattori adalah salah satu laki-laki yang bisa dia ajak bicara dengan normal layaknya teman dekat. "Ngomong-ngomong, ada perlu apa?"

"Ini soal wakil murid baru tahun ini."

Salah satu sifat bagus dari Hattori adalah dia tidak akan basa-basi dengan berkata 'Aku cuma ingin melihatmu' atau 'Apa aku tidak boleh datang kalau tidak ada perlu?'

Tetap saja, Azusa masih merasa jika Hattori terlalu to the point, dan dia tidak bisa diajak basa-basi. "Maksudmu Shippou-kun...?"

Saat melihat senyum kecut Azusa, Hattori tahu jika dia sudah menginjak ranjau. Sayangnya dia sudah terlalu terlambat. Pilihan untuk menghentikan pembicaraan ini sudah tidak ada lagi, karena itu Hattori melanjutkan. "Ya... kudengar dia menolak tawaran osis."

Azusa tahu seberapa saklek dan seriusnya Hattori. Dia tidak ingin membuatnya marah atau merasa bersalah. "Ya. Dia bilang dia ingin mengembangkan dirinya lewat kegiatan klub."

"Sepertinya begitu. Ngomong-ngomong, aku merasa kalau aku harus menjelaskan sesuatu kepadamu." ucap Hattori tanpa berhenti, dia berpikir akan tidak sopan jika dia mengakhiri topik ini dengan tiba-tiba.

"Huh? Menjelaskan apa?"

"Komite tahun ini, sama seperti osis, kami sudah memilih calon anggota baru dari kelas 1. Karena aku sudah meneruskan posisi Juumonji-senpai, aku jadi sadar jika aku juga harus melakukan hal yang sama."

"Orang seperti Juumonji-senpai hanya ada 1 di dunia ini. Tapi kurasa kau sudah melakukan tugasmu dengan baik..."

Hattori tersenyum saat mendengar ucapan Azusa, tidak ada ekspresi tidak berdaya atau rasa bersalah di wajah pemuda itu. Azusa merasa lega, sepertinya temannya itu tidak merasa depresi soal masalah Shippou.

"Aku akan mengingatnya. Karena itu kami memutuskan untuk memulainya dari sekarang."

Akhirnya Azusa menyadari maksud dari kata-kata Hattori. "Kau ingin menjadikan Shippou-kun sebagai kandidat penerusmu, iya kan?"

"Ya. Aku merasa sudah merebut anak itu dari osis, tapi..."

"Dia sudah menolak ajakan kami, jadi aku tidak merasa seperti itu." kata Azusa sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Oh, syukurlah." kata Hattori. Dia merasa berterima kasih pada Azusa.

"Sungguh, kau tidak perlu khawatir soal itu. Aku punya perasaan jika Shippou-kun akan menolak tawaran kami dari awal... oh iya!" Azusa menepukkan kedua tangannya dengan wajah cerah. "Karena kau ada disini, bisakah kau memberikan pendapat pada sesuatu?"

"Pendapatku? Untuk apa?"

Azusa tidak menjawab pertanyaan Hattori dan langsung menunjukkan data murid baru padanya.

"Data murid baru?"

Data itu berisi informasi mendetail dari seluruh murid baru, termasuk nilai mereka di tiap mata pelajaran.

"Shipppu-kun memang sudah menolak kami, tapi aku merasa kami masih harus memasukkan 1 orang murid baru menjadi anggota osis."

"Dan kau bingung harus memilih yang mana?"

Ini adalah hal yang dibicarakan Tatsuya cs di Einebrise tadi. Memang mubazir rasanya saat tahu mereka mengkhawatirkan hal yang sama di tempat yang berbeda, tapi ini hanya terjadi jika kau menggunakan sudut pandang mata burung saat melihatnya. Redundant seperti ini terjadi di seluruh dunia, kapan saja dan di mana saja.

"Mm... kurasa mereka semua memiliki bakat yang bagus..." kata Azusa yang sepertinya tidak tahu harus berbuat apa.

"Apa kau memang harus memikirkannya hal sebanyak itu?" tanya Hattori yang memotong gumaman Azusa. "Jika murid dengan peringkat tertinggi menolakmu, kau hanya perlu memilih murid yang ada di peringkat di bawahnya. Peringkat 2 tahun ini... coba lihat."

Saat Hattori melihat nama itu, wajahnya menjadi sedikit kaku.

"Kurasa adik Saegusa-senpai juga bagus... Hattori, ada apa? Kau tidak terlihat sehat."

"Tidak, tidak apa-apa. Kurasa itu juga pilihan terbaik." jawab Hattori sambil berdiri dari kursinya. Dia lalu mengucapkan salam dan langsung berjalan keluar dari ruang osis.

"Apa ada yang salah ya..." gumam Azusa saat melihat temannya pergi tiba-tiba. Alasan kenapa Hattori bersikap aneh masih tidak jelas untuknya.

XXX

10 April 2096. Waktu makan siang bagi murid baru, hari ke-3.

Tatsuya duduk di depan Kasumi dan Izumi di ruang osis. Dia tidak mau melawan mereka sendirian, karena itu dia memilih ruang osis untuk bertemu dengan keduanya.

Untuknya, situasi ini terasa seperti deja vu. Dia pernah dipanggil ke ruangan ini musim semi tahun lalu, di hari ke-3 juga. Tidak hanya dirinya yang diundang, dan dia bukan tamu kehormatan. Dia hanya menemani Miyuki saat itu. Dan entah karena kesalahan apa, dia lalu ditunjuk menjadi salah satu anggota komdis.

Sejak saat itu, kehidupan SMA nya berubah 180 derajat dari rencana awalnya. Jika dia tidak datang ke ruangan ini di hari itu, mungkin sekarang dia bisa menjalani kehidupan SMAnya dengan tenang. Setidaknya itu yang dia pikirkan... meski begitu Tatsuya tidak yakin jika dia bisa membuat orang lain setuju dengan pendapatnya.

Saat itu, Mayumi lah yang mengundang dirinya dan Miyuki untuk makan siang di ruang osis, dan sekarang gilirannya mengundang adik-adik Mayumi untuk makan siang di ruang osis. Mungkin ini sudah takdir, pikir Tatsuya.

"Lalu, siapa yang akan menjadi anggota osis dari kami berdua?"

Izumi menanyakan alasan mereka dipanggil ke ruang osis, dan Tatsuya kembali fokus pada masalah di tangannya. Seperti biasanya, Kasumi menatapnya dengan tajam seakan dia ingin memulai perkelahian. Itu alasan kenapa Tatsuya ingin melarikan diri dari kenyataan ini.

"Bisa bekerja sama dengan Miyuki-senpai... rasanya seperti mimpi."

Izumi menyentuh pipinya dengan kedua tangan dan kemudian mendesah. Miyuki hanya menatap adik kelasnya dengan senyum tak tertembus dan Tatsuya bisa tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh adiknya itu. Kasumi dan rasa permusuhannya yang dia tunjukkan dengan gamblang, dan Izumi dengan hasratnya. Bahkan Azusa, Isori, dan Honoka merasa tidak bisa mengimbangi perasaan 2 murid baru itu. Sebagai hasilnya, Tatsuya dan Miyuki lah yang ditunjuk untuk melakukan negosiasi dengan mereka.

"Jika kalian berdua sama-sama ingin, kami akan menerima kalian berdua dengan senang hati."

 Tatsuya merasa seperti ada yang salah dengan situasi ini. Dia adalah negosiatornya, tapi dia juga adalah target mereka berdua. Meski begittu Tatsuya tidak bisa membiarkan Miyuki menerima serangan dari kembar Saegusa secara langsung, karena itulah dia mengajukan diri sebagai juru bicara osis untuk saat ini.

"Aku tidak punya keinginan untuk bergabung dengan osis."

Kerja kerasnya mendapatkan penolakan langsung dari Kasumi. Kekuatan penolakan gadis itu bisa mereka rasakan dari pilihan kata-kata (yang masih terdengar sopan tentunya) yang dia gunakan pada Tatsuya. Mungkin Kasumi masih menunjukkan sikap sopannya di muka umum, tapi semua orang masih bisa melihat sekelebatan dari sikap liarnya.

"Kasumi, jangan bersikap kasar pada Shiba-senpai." Izumi bahkan merasa jika kata-kata saudarinya itu terlalu tajam, dan karena itu dia mengingatkan Kasumi dengan tegas. Alasan kenapa dia tidak mengatakannya  dengan suara lembut mungkin karena dia ingin membuat alibi untuk dirinya sendiri.

Semua anggota osis lain merasa kaget saat melihat Miyuki tidak melakukan apa-apa. Rasa sayangnya yang amat besar pada Tatsuya biasanya akan membuat gadis itu membalas semua niat jahat (pada Tatsuya) dengan kemarahan yang bisa membuat seluruh ruangan menjadi beku. Tapi yang terjadi saat ini adalah Miyuki melihat Kasumi dengan tatapan yang lebih lembut. Hal ini membuat mereka bertiga curiga dan takut. Rasanya seperti sedang menyaksikan ketenangan sebelum badai datang.

Tentu saja mereka bertiga terlalu jauh berpikir. Miyuki memiliki sensitivitas tinggi terhadap perasaan seseorang  yang ditujukan pada Tatsuya, karena itu dia tahu jika Kasumi bukan ingin menyakiti kakaknya... gadis itu hanya merasa cemburu dan berhati-hati pada Tatsuya. Miyuki merasa jika dia bisa mengerti apa yang dirasakan Kasumi. Gadis berambut pendek itu merasa sangat sayang pada kakaknya (Mayumi) hingga dia tidak suka jika ada laki-laki mendekati kakaknya. Kasumi yang mungkin tidak akan banyak berhubungan dengan Tatsuya di masa depan adalah adik kelas yang imut di mata Miyuki, dan dia merasa sangat lega.

"Oh. Sayang sekali." di sisi lain, Kasumi yang menolak menjadi anggota osis memang sangat disayangkan, padahal Miyuki lumayan menyukainya. "Kalau begitu, apa kau mau bergabung dengan osis, Izumi-san?"

Dengan topeng sempurna, dan tanpa membuat semua orang menyadari jika dia sebenarnya ingin menjauh dari Izumi, Miyuki bertanya dengan senyum lembut di wajah.

"Dengan senang hati!"

Senyum lembutnya sama sekali tidak bergeming meskipun Izumi menatapnya dengan mata penuh cinta.

XXX

Sepulang sekolah dan setelah menghabiskan waktu di perpustakaan, Kasumi pergi sendirian ke kafe. Masih ada setengah jam sebelum dia harus bertemu dengan Izumi yang tadi langsung pergi ke ruang osis. Kasumi tahu jika menunggu sendirian sangat membosankan, karena itu Izumi bilang jika dia bisa pulang duluan saat sudah lelah menunggu. Tapi, karena Kasumi tidak ingin pulang sendirian, sekarang dia sedang memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk menghabiskan waktu luang yang dia miliki…

"Ada apa? Kau kelihatan kurang sehat."

Tiba-tiba sebuah suara menyapanya. Kasumi mengangkat kepalanya dan melihat seorang staf wanita yang menggunakan pantsuit.

"Ah, tidak, saya tidak merasa sakit sama sekali." jawab Kasumi yang sedang tidak ingin diganggu. Tapi suara yang keluar dari mulutnya terdengar tidak yakin dan hal itu membuatnya sedikit terkejut.

Staf wanita itu tersenyum seakan dia paham apa yang sedang dikhawatirkan Kasumi. Dia duduk di depan Kasumi tanpa permisi. Kelakuan wanita itu membuat Kasumi sedikit gugup, tapi saat dia melihat wanita itu hanya tersenyum Kasumi pun tidak memikirkannya lagi.

"Aku guru BK di sini. Namaku Haruka Ono."

"Saya Kasumi Saegusa, murid kelas 1."

Haruka sudah menunggu saat Kasumi merasa lebih tenang, jadi gadis itu bisa menjawab pertanyaannya tanpa berpikir lebih dahulu.

"Kalau tidak salah, kau ada di kelas 1C kan?"

"Iya, tapi..." setelah langkah pertama sudah diambil, Kasumi akhirnya terpaksa mengikuti ritme Haruka.

"Aku tidak ditugaskan untuk kelas 1C, tapi kalau kau punya kekhawatiran pada sesuatu, aku bisa menjadi pendengar yang baik untukmu."

"Saya tidak benar-benar khawatir, tapi..."

Kasumi yang tidak punya waktu untuk membangun pertahanan psikologinya pun menjawab pertanyaan Haruka dengan jujur. Dia menjelaskan jika dirinya sekarang memiliki waktu luang lebih banyak sejak saudaranya bergabung dengan osis, dan dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Aku mengerti. Perasaanmu pasti sedang campur aduk." kata Haruka setelah mendengarkan cerita Kasumi.

'Apanya yang campur aduk?' pikir Kasumi, tapi Haruka melanjutkan perkataannya sebelum kasumi bisa bertanya.

"Apa kau tertarik untuk menjadi anggota komdis, Saegusa-san?"

Bagi Kasumi, permintaan seperti itu sangatlah mendadak dan tidak dia duga sebelumnya. Gadis itu terdiam saat mendengarkan permintaan Haruka.

Haruka menatap mata Kasumi dan kemudian tersenyum manis. "Apa kau tahu soal sistem anggota komdis SMA 1?"

Kali ini pertanyaan yang diberikan hanya perlu jawaban ya atau tidak. "Ya... saya sudah mendengarnya dari kakak saya." Kasumi masih belum bisa lepas dari rasa terkejutnya, tapi dia tetap menjawab pertanyaan Haruka.

"Baguslah. Masalah ini bisa selesai dengan cepat."

Haruka tidak bertanya siapa kakak Kasumi. Nama keluarga Saegusa sangat terkenal, jadi guru itu merasa jika dia tidak perlu bertanya. Lagipula dia sudah tahu siapa Kasumi sebelum dia memperkenalkan dirinya pada gadis itu.

"Sebenarnya masih ada 1 tempat kosong untuk rekomendasi dari guru." jelasnya. "Beberapa hal terjadi dan kami memutuskan untuk mengisi tempat itu dengan memilih salah satu murid kelas 1."

"Dan anda ingin memilih saya? Saya tidak bermaksud kasar, tapi bukannya hal seperti ini tidak boleh diputuskan tanpa memberitahu guru lain?"

"Jika kau menerima posisi ini, tidak akan ada yang mengeluh." Kasumi sudah kembali normal dan dia bisa menanyakan hal paling penting pada Haruka. Wanita itu hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. "Kurasa kau bisa melakukan tugas komdis sebaik yang dilakukan Shiba-kun tahun lalu."

Haruka mengatakan hal itu seakan dia sedang mengatakan hal biasa, tapi Kasumi mulai merasa tertarik saat mendengar fakta kecil itu. "Shiba-kun itu... apa maksud Ibu Tatsuya Shiba-senpai?"

"Ya." Haruka akhirnya berhasil memancing Kasumi, tapi gadis itu sama sekali tidak menyadarinya. "Shiba-kun adalah anggota komdis yang direkomendasikan osis, dan dia sama mencoloknya dengan Watanabe-san, ketua komdis tahun lalu. Morisaki-kun yang masuk sebagai rekomendasi para guru juga memiliki hasil yang bagus, meski hasilnya tidak sebagus Shiba-kun. Lalu ada masalah dengan keanggotaan komdis tahun lalu dengan masuknya 1 anggota rekomendasi guru. Jika ini terus terjadi, orang-orang akan mulai menyalahkan para guru, jadi ku harap kau mau menerima tawaran ini."

Haruka mungkin tidak perlu mengatakan alasan kedua kenapa  dia sampai meminta Kasumi menjadi anggota komdis. Setelah Kasumi mendengar jika Tatsuya adalah anggota komdis yang paling mencolok, dia langsung terbakar api pertarungan dan kompetisi.

"Saya mengerti. Jika ibu mengizinkan, saya ingin bergabung dengan komdis." kata Kasumi dengan berapi-api.

"... Terima kasih. Aku akan langsung menghubungi ketua komdis. Dia akan menghubungimu besok."

Dia tahu jika Kasumi memiliki sedikit masalah dengan Tatsuya di hari upacara penerimaan, karena itu Haruka menggunakannya untuk memanipulasi Kasumi. Tapi wanita itu tidak menyangka jika nama Tatsuya bisa memberikan efek sebesar ini pada gadis Saegusa itu, dia pun mulai bertanya... apa yang sebenarnya terjadi hari itu?

 

<<<Previous     Daftar Isi     Next>>>


Komentar

Postingan Populer