I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 157

 Disclaimer: novel ini bukan punya saya.

🐯🐯🐯

"Ini tempat serigala itu muncul." kata Henry-oniisama sambil membawa kami ke tempat di mana para murid melihat kemunculan hewan buas itu.

Aku melihat ke sekitar, tapi tidak ada yang aneh dari tempat ini. Hanya ada pepohonan seperti bagian hutan lain yang ada di belakang akademi.

"Mungkin ada sesuatu yang tertinggal di tanah?" gumam Gilles sambil mengamati tanah di sekitarnya dengan serius.

Aku ragu soal itu. Gilles memang kedengaran seperti sedang berharap, jadi dia pasti tahu jika kemungkinannya sangat kecil.

Aku bisa membayangkan jika serigala itu dipindahkan ke tempat ini dengan menggunakan sihir, dan sihir seperti itu biasanya tidak akan meninggalkan bekas apapun. Jika ini memang disebabkan oleh para bangsawan Duelkiss yang diasingkan ke Ravaal, maka mereka pasti tahu denah dari akademi ini.

"Ayo berkeliling sebentar." ucapku sambil melirik Henry-oniisama yang terlihat kesusahan.

"Aku tahu kalau ini tidak akan banyak membantumu, tapi... kumohon... jangan lakukan sesuatu yang berbahaya, oke?"

"... Aku sudah pernah melewati banyak bahaya, kok."

"Tapi kali ini kita mungkin harus berhadapan dengan kekuatan dari luar negeri. Kita serahkan saja semuanya pada Duke."

"Bukan pada raja, tapi pada Duke-sama?" tanyaku sambil memperhatikan wajahnya. "Henry-oniisama, apa Duke-sama mengatakan sesuatu padamu?"

Henry-oniisama terlihat gugup saat mendengar pertanyaanku.

"Apa lagi yang kulakukan sekarang" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul sambil tertawa pelan.

... Seperti biasanya. Dia selalu muncul di waktu yang tepat.

Aku membalikkan badanku dan melihat ke arah tamu baru kami.

"Tidak ada. Aku yakin itu." ujarku dengan nada songong.

Duke-sama terlihat terhibur, tapi beberapa saat kemudian wajahnya berubah serius dan tegas setelah mengamatiku dan tempat kami berada sekarang. Mata birunya menatapku lurus.

"... Kami sedang melakukan investigasi soal insiden serigala yang muncul di sini." kataku yang tidak tahan menerima tatapan mata Duke-sama.

Duke-sama sedikit membelalakkan matanya saat mendengar pernyataanku. Setelah itu dia menatap Henry-oniisama dan bertanya.

"Bukannya aku sudah bilang agar tidak mengatakan soal ini kepadanya?"

"Jangan salahkan aku. Ali duluan yang mengatakannya. Kau tahu bagaimana dia itu." kata Henry-oniisama yang tidak mau disalahkan.

"Dan harusnya kau tahu bagaimana bahayanya situasi ini."

"Ya, aku tahu. Tapi kalau kau ingin komplain, komplain saja ke Eric. Bagaimana aku bisa tahu kalau dia akan mengatakan hal itu saat bentrok dengan Ali?" kata Henry-oniisama dengan nada geram.

Dengan kata lain, mereka tidak mau aku mengalami kejadian berbahaya seperti beberapa tahun yang lalu, karena itu mereka merahasiakan masalah ini dariku.

Jahatnya. Aku juga lumayan berguna di situasi seperti ini! Tentu saja, dengan 1 mata mugkin aku akan sedikit lebih lemah dari yang dulu. Meski begitu aku adalah aset yang berguna di saat darurat.


"Kumohon. Tolong beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi."

"Tidak. Masalah kali ini terlalu berbahaya."

"Yah, yang kalian bicarakan ini aku kan...? Aku akan baik-baik saja."

"Kau pikir aku akan membiarkan wanita yang kucintai melemparkan dirinya sendiri ke dalam bahaya?" tanya Duke-sama dengan wajah yang sangat serius. Aku merasa tenggelam saat menatap mata biru itu.

Kenapa? Kenapa aku selalu dianggap lemah olehnya?

Aku menghela nafas lelah. Aku memang keras kepala, tapi aku tidak bodoh.

"... Jadi kau berpikir jika resiko insiden kali ini jauh lebih besar dari semua insiden yang sudah pernah kualami hingga sekarang?"

Duke-sama terus menatapku tanpa mengatakan apapun.

"Apa raja tahu soal ini?" tanya Gilles."

"... Tidak." jawab Henry-oniisama sambil menggelengkan kepalanya.

Bahkan raja tidak tahu soal ini... Apa mungkin Duke-sama melakukan semua investigasi ini sendiri?

Memang benar kata pepatah. Ketidak tahuan adalah sebuah berkah. Semakin cerdas dirimu, semakin kau dipaksa untuk menyaksikan hal-hal tidak mengenakkan seperti ini. Aku mulai berpikir, apa sebenarnya pengetahuan itu adalah berkah? Atau mungkin malah sebuah kutukan?

Terkadang, menjadi orang yang tidak tahu apa-apa itu lebih baik.

Meski begitu, aku tidak bisa berhenti belajar. Ada banyak hal menakjubkan di luar sana yang belum kuketahui. Bagaimana bisa aku membiarkan semua itu begitu saja? Aku ingin mengetahuinya! Aku ingin mengalaminya! Kurasa itu memang sudah sifatku dari awal.

"Ada 1 hal lagi yang ingin kutanyakan. Apa ada orang di luar sana yang tahu soal siapa itu Liz-san yang sebenarnya?"

"Itu, aku masih belum tahu." jawab Duke-sama sambil mengernyitkan alisn.

"Aku mengerti... baiklah. Kalau begitu aku permisi dulu."

"Alicia."

Aku berbalik saat mendengar Duke-sama memanggilku dengan suara yang sangat lembut.

Itu hanya namaku, tidak ada yang spesial, dan aku sudah banyak kali mendengarnya memanggilku dengan nama itu! Meski begitu... kenapa mendengarnya memanggil namaku membuat jantungku berdebar dengan sangat cepat...?

Aku berbalik dan menatap Duke-sama tepat di matanya. Di sana aku bisa melihat rasa sayang yang selalu dia berikan untukku.

"Suatu hari nanti, kuharap kau bisa mengatakan perasaanmu kepadaku."

Matanya menatap tajam dan suaranya terdegar sangat serius. Untuk sesaat, kami hanya saling tatap satu sama lain, tapi pada akhirnya dia berbalik dan berjalan menjauh.

Awalnya akulah yang ingin pergi dengan penampilan mencolok, tapi dia malah mengalahkanku lagi.

Dengan wajah kosong, aku hanya bisa melihatnya berjalan menjauh sambil memikirkan kata-kata Duke-sama.

"Perasaanku...?"

Perasaanku soal apa? Aku mencoba bertanya pada Gilles. Saat dia melihat wajahku, sepertinya dia tahu apa yang sedang kurisaukan.

"Kau bisa menjadi sangat cerdas dan bijak saat memikirkan insiden berbahaya seperti ini. Tapi saat kau menghadapi masalah cinta, kau malah jadi seperti anak kecil." gumam Gilles yang hanya bisa memutar mata dengan kesal.

"Bisakah aku meminta hal yang sama? Ali, tolong kami dengan mengatakan perasaanmu yang sesungguhnya pada Duke." ucap Henry-oniisama sambil tertawa keras.

"Ya, Alicia. Kau tidak pernah menjawab pernyataan cinta Duke kepadamu..."

"Dia langsung menyatakan perasaannya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ali kepadanya... Aaah, betapa malang nasibnya~."

Hei, kenapa kalian malah mengeroyokku? Tidak adil!

"Pangeran tampan yang sempurna dan populer itu sekarang sedang dipermainkan oleh seorang wanita jahat..." ucap Gilles yang langsung menutup mulutnya dengan tangan seakan ingin menelan kata-kata itu kembali.

... Sudah terlambat Gilles~ Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Aku bisa merasakan bibirku yang mulai membentuk sebuah seringaian.

Di saat yang sama, wajah Gilles terlihat sangat menggelikan. Wajahnya terlihat kaku seakan dia ingin menyembunyikan rasa malunya jauh di dalam perut bumi.

Aku tidak pernah menyangka jika si sombong Gilles akan memanggilku sebagai wanita jahat dengan mulutnya sendiri... Hari ini benar-benar membuatku gembira.

"Ali, kau mungkin satu-satunya nona besar yang merasa bahagia saat orang lain memanggilmu wanita jahat, aku yakin itu." kata Henry-oniisama dengan senyum canggung. Gilles hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan wajah muram.





Komentar

Postingan Populer