Mahouka Volume 12 Chapter 6 Part 3
Dislaimer: This novel is not mine.
XXX
"Pixie?"
Setelah berpisah dari kakak beradik Saegusa, dia pergi ke
tempat yang lebih sepi dan mengeluarkan alat komunikasinya.
"Ya, master?"
Bisikan itu datang melalui telepati yang berasal dari
'Pixie' yang ada di dalam tubuh 3H tipe P-94.
"Hapus semua data sensor psion dari pintu masuk gedung
sekolah hingga di depan taman, kira-kira mulai dari 10 menit yang lalu."
"Tentu saja, master."
Mayumi sepertinya lupa, tapi sebenarnya Tatsuya tidak bisa
menutupi kesalahan Kasumi hanya dengan berdiam diri dan tidak melapor. Sensor
yang memantau penggunaan sihir sudah dipasang di seluruh area sekolah. Semua
penggunaan sihir diluar jam belajar dan kegiatan klub akan langsung dicatat
oleh mesin sensor tersebut.
"Penghapusan selesai dilakukan."
Tatsuya tidak membeli Pixie dari osis hanya untuk melakukan
pekerjaan maid. Mungkin Pixie memang melakukannya karena dia ingin dan Tatsuya
mengizinkannya, tapi tujuan Tatsuya membeli Pixie adalah untuk membantunya melakukan
hacking pada sistem pengawasan.
Hingga bulan Maret di mana Mayumi masih ada di sekolah ini,
dia bisa meminta kakak kelasnya itu untuk melakukan hal seperti ini
berkali-kali. Wanita itu memiliki kode yang bisa membuatnya masuk ke dalam sistem
pengawasan sekolah dan bahkan lebih jauh lagi (diluar batas kekuasaan siswa dan
osis biasa). Tidak mungkin dia bisa mendapatkan hal seperti itu lewat jalur
normal, karena itu bisa dipahami jika ketua osis selanjutnya tidak akan bisa
melakukan hal yang sama dengan Mayumi.
Tatsuya (yang juga sering melakukan banyak hal berbahaya)
harus mencari cara lain agar dia bisa memasuki sistem pengawasan sekolah tanpa
bantuan Mayumi. Dan disitulah Pixie berperan.
Saat ini, tubuh utama Pixie beroperasi di bawah kontrol otak
elektronik roboh 3H (Humanoid Home Helper), jadi dia memiliki potensi untuk
mengontrol sistem elektronik secara langsung tanpa ada hambatan apapun, itu
pendapat Tatsuya.
Karena itu, Tatsuya mengajari Pixie banyak teknik
hacking yang dia ketahui selama libur musim semi. Semua pengetahuan itu dia
dapatkan dari Fujibayashi, sang Electron Sorceress. Kerja kerasnya pun
membuahkan hasil, meskipun cakupan Pixie masih sebesar SMA 1 saja. Sekarang
robot itu bisa bebas melakukan infiltrasi ke dalam sistem, membacanya, dan mengganti
data di dalamnya.
XXX
Meskipun Tatsuya menyebut pekerjaannya kali ini sebagai
pengarah murid baru, sebenarnya tidak sulit menemukan tempat upacara penerimaan
murid baru dan sepertinya tidak akan ada yang tersesat jika mereka memiliki
alat yang sudah dilengkapi dengan LPS (Local Positioning System). Kasus seperti
Erika tahun lalu saat dia tidak membawa terminalnya dan tidak tahu harus pergi
ke mana, itu adalah pengecualian. Pekerjan Tatsuya, dan juga yang
lainnya, bukan untuk menunjukkan jalan dan arah untuk murid baru tapi untuk
mengingatkan para murid baru yang sepertinya akan terlambat.
"Maaf? Apa kakak tahu di mana gedung aula berada?"
Jadi Tatsuya sama sekali tidak menyangka jika dirinya akan
bertemu dengan seseorang yang benar-benar tersesat.
Posisi Tatsuya saat ini adalah persimpangan jalan di antara
perpustakaan dan gedung olahraga nomor 2 yang berada di arah berlawanan dengan
gedung aula di mana upacara penerimaan murid baru akan dilaksanakan. Di sana
Tatsuya bertemu dengan siswa baru yang sepertinya tidak tahu harus pergi ke
mana. Tatsuya pun memanggil siswa baru tersebut.
'Siswa baru ini lumayan mencolok juga ya.' begitulah pikir
Tatsuya. Beberapa teman sekelasnya memang ada yang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan orang Jepang kebanyakan misalnya seperti rambut merah, mata
biru, atau kulit tan gelap. Tapi di antara mereka semua tidak ada yang memiliki
karakteristik warna se-mempesona siswa baru yang ada di depannya saat ini.
Rambutnya berwarna platinum blonde, matanya berwarna silver,
dan kulitnya sangat putih. Yang membedakan siswa ini dengan murid lain di
sekolah ini bukan dari namanya saja, semua ciri fisiknya sama sekali tidak
menunjukkan jika dirinya adalah orang Jepang ataupun keturunan Jepang. Apa ini
disebabkan karena gen Kaukasia yang sangat kuat? Setelah mengamatinya selama
beberapa detik, Tatsuya bisa melihat kemiripan antara siswa ini dengan guru
barunya, bu Smith.
"Aku akan mengantarmu."
Mesipun otaknya sedang penuh dengan pikiran, jawaban Tatsuya
keluar dengan lancar. Siswa baru itu terlihat lega dan kemudian dia
membungkukkan tubuhnya. "Terima kasih. Um... namaku Kento Sumisu."
"Sumisu... Smith..?" gumam Tatsuya. Sepertinya
siswa ini punya nama yang sama dengan seseorang yang ada di dalam benak
Tatsuya. Tapi, Smith sendiri adalah sebuah nama yang umum digunakan di negara
yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar resmi. Mungkin ini hanya
sebuah kebetulan, begitu putusnya.
"Oh, ya. Nama margaku ditulis dengan huruf dengan arti
pojok dan pertahanan. Orang tuaku sudah dinaturalisasi menjadi warga Jepang
sejak aku belum lahir. Saat mereka melakukannya, mereka menggunakan kanji itu
untuk merubah nama Smith... aku tahu, namaku pasti kedengaran aneh."
Sepertinya, Kento salah paham saat melihat reaksi Tatsuya.
Suaranya semakin mengecil di akhir. Mungkin dia sudah sering digoda saat SD dan
SMP karena namanya yang unik.
"Tidak. Kupikir nama itu sama sekali tidak aneh."
Jika murid SMP menggoda Kento karena mananya itu bisa
dipahami, tapi jika anak SD yang melakukannya... itu adalah sesuatu kejahatan
yang tidak dipikir dua kali oleh pelakunya, dan Tatsuya sama sekali tidak
kepikiran untuk menggoda Kento karena nama uniknya. Dia hanya berpikir
jika merubah nama lama dengan menggunakan huruf Jepang adalah hal biasa jika
kedua orang tuanya sudah melakukan naturalisasi sejak lama.
"Ngomong-ngomong..." kata Tatsuya saat menyadari
sesuatu yang lebih penting dari nama keluarga Kento. "Sumisu, bukankah
terminal informasi milikmu memiliki sistem LPS?"
Saat Tatsuya melihat Kento, pemuda itu sedang melihat ke
arah layar terminalnya dengan wajah yang hampir menangis. Jika terminalnya
memiliki fungsi LPS, dia tidak akan tersesat seperti ini.
"Oh... kakak bisa memanggilku Kento. Untuk sistem LPS
nya... aku memang punya, tapi..."katanya sambil melepas terminal informasi
berukuran besar dari sakunya. Pemuda itu hanya setinggi dada Tatsuya. Jika
dilihat dari karakteristik etnis, pemuda itu bisa dibilang lumayan pendek tapi dia
tidak akan dibilang pendek jika dibandingkan dengan pemuda Jepang yang seusianya.
Karena tingginya yang tidak seberapa itu, Kento merasa jika Tatsuya kesulitan
melihat terminalnya, karena itu dia mengangkat terminalnya lebih tinggi dan
menunjukkan masalahnya pada Tatsuya.
Terminal yang digunakan Kento adalah model yang cukup lama.
Yang Tatsuya tahu, model seperti itu sudah berusia 20 tahun lebih. Dan terminal
itu juga bukan buatan lokal, tapi model lama yang sempat nge-trend di USNA.
"Yang kupunya hanya terminal virtual, jadi aku meminjam
terminal milik ayah yang sudah lama tidak digunakan untuk hari ini... tapi LPS
yang digunakan punya standar berbeda, jadi..."
'Ah.' pikir Tatsuya. LPS adalah infrastruktur publik dan semua jenis terminal bisa menggunakannya LPS sejak update versi pertamanya, tapi itu hanya berlaku untuk terminal domestik. Jepang dan USNA melakukan proses pengolahan data yang sedikit berbeda. Terlebih lagu, LPS milik USNA adalah sistem tambahan dalam GPS, bukan sistem terpisah seperti di Jepang.
"Boleh aku meminjamnya sebentar?"
Tatsuya mengambil terminal milik Kento dan memeriksa
processing power dan kapasitas penyimpanannya. Modelnya memang sudah lama, tapi
terminal itu sudah dijaga dengan baik. Mungkin ayah Kento adalah seorang
teknisi listrik. Setelah selesai memeriksanya,Tatsuya menyambungkannya dengan
terminal miliknya dan mengirim aplikasi informasi ke dalam terminal milik
Kento.
"Aku sudah menginstal GPS map sekolah ini. Mungkin ini
tidak akan sedetail LPS, tapi setidaknya kau bisa tahu ke mana kau harus
pergi." Setelah selesai menginstal GPS, Tatsuya mengembalikan terminal itu
pada Kento.
"Terima kasih banyak!" jawab Kento sambil melihat Tatsuya dengan tatapan kagum.
"Tapi sepertinya lebih baik kau membeli terminal baru.
Ini cuma solusi sementara saja."
Tatsuya memberinya nasihat seperti itu karena dia merasa
sedikit kaget dengan tatapan penuh kekaguman dari Kento. Beberapa saat kemudian
Tatsuya sadar dengan alasan kenapa Kento memberikan reaksi yang berlebihan.
"U-um... jika kau tidak keberatan dengan pertanyaanku,
kakak ini Tatsuya Shiba-senpai kan?"
"Ya... kau pernah mendengar namaku?"
"Ya! Aku melihatmu di kompetisi 9 sekolah tahun
lalu!"
Tatsuya tidak kaget dengan jawaban Kento. Tidak ada yang
aneh soal siswa sekolah sihir (meski dia adalah murid jurusan 2) yang melihat
kompetisi 9 sekolah. Monolith Code adalah event utama, meskipun yang diikuti
Tatsuya hanya pertandingan rookie. Kento mungkin mengingat wajahnya saat itu.
Itu yang dipikirkan Tatsuya...
"Taktik brilian! Tuning genius! Aku memilih SMA 1
karena kau ada disini, Shiba-senpai!"
Tapi sepertinya tebakan Tatsuya hanya setengah benar. Kento
mengenal dirinya sebagai seorang teknisi, bukan sebagai atlet.
"Aku berencana masuk ke SMA 4, tapi aku berubah pikiran
sejak melihat kompetisi tahun lalu. Aku tidak begitu bagus dalam kemampuan praktek.
Tapi saat aku melihat teknik super milik kakak, aku memutuskan untuk masuk ke
dalam sekolah yang sama denganmu!!"
Tatsuya mendengarkan kata-kata bersemangat dari Kento dengan
wajah datar.
"Seperti yang bisa kakak lihat, aku masih di jurusan 2
sekarang. Tapi aku akan bekerja keras agar bisa masuk ke jurusan magical
engineering tahun depan, sama sepertimu!"
"... Aku mengerti. Selamat berjuang kalau begitu.
Dengan semangat yang kau miliki, aku yakin kalau kau akan baik-baik saja."
"Terima kasih!!"
Niatnya memang berbeda. Tapi bagi Tatsuya, Kento terlihat
seperti Honoka versi laki-laki. Saat Kento menyapanya bak seekor anak anjing,
Tatsuya bingung harus melakukan apa.
XXX
Setelah meninggalkan Mayumi di pintu aula, Kasumi dan Izumi
memilih untuk duduk di barisan depan. Kasumi langsung duduk dan Izumi terlihat
lebih sopan daripada kembarannya itu. Kasumi lalu mendekatkan wajahnya kepada
Izumi.
"Izumi, apa kau kenal playboy itu?"
Masih ada 20 menit sebelum upacara dimulai. Sudah ada banyak
murid yang memenuhi aula, mereka duduk membentuk kelompok-kelompok kecil dan
saling berbicara sendiri. Izumi (yang sudah tahu jika saudarinya ini akan
membicarakan hal itu) hanya menatapnya dengan mata yang berkata jika dia
mengerti apa tujuan Kasumi.
"Ya... Kasumi. Apa kau benar-benar tidak tahu
siapa dia?" saat Izumi sadar jika Kasumi bertanya dengan serius, gadis itu
terlihat semakin kaget.
"... Apa dia terkenal?"
"Ya, bisa dibilang." Izumi menghela nafas pendek
dan menatap adik kembarnya itu. "Namanya Tatsuya Shiba. Dia siswa jurusan
2 tahun lalu, tapi tahun ini dia pindah ke jurusan magical engineering."
"Huh... Kalau dia pindah dari jurusan 2 ke jurusan
magical engineering dia pasti lumayan pintar."
Reaksi Kasumi bisa dibilang biasa saja. Dia tidak merasa
kagum, tapi dia juga tidak menghina Tatsuya. Izumi menatapnya seakan sedang
berkata 'apa yang harus kulakukan kepadamu?'
"Apa?"
"Ya, dia memang pintar... tapi aku tidak yakin jika kepintaran
orang biasa bisa disejajarkan dengan dia."
Izumi memasang pose orang bingung, dengan tangan di pipinya.
Kasumi merasa kesal saat melihat tingkah kakak kembarnya itu, tapi jika dia
marah dia hanya akan memberikan keuntungan yang lebih besar pada Izumi. Kasumi tahu itu karena dia
selalu bersama dengan Izumi sejak mereka berdua lahir. Semua kecenderungan
mereka dan balasan untuk segala jenis situasi mereka sangat sempurna. Kasumi
memilih untuk menutup mulutnya dan menunggu Izumi melanjutkan penjelasannya.
"Tahun lalu, dia adalah teknisi yang bergabung dalam
kompetisi 9 sekolah, tidak hanya sebagai murid baru tapi sebagai murid jurusan
2. Para atlet yang ditangani olehnya berhasil mendapatkan juara 1 hingga 3 pada
pertandingan rookie Speed Shooting dan Ice Pillars Break, juara 1 dan 2 untuk
pertandingan rookie Mirage Bat, dan juara pertama di pertandingan Mirage Bat
utama."
<<<Previous Daftar Isi Next>>>
Komentar
Posting Komentar