Mahouka Volume 12 Chapter 5 Part 2
Disclaimer: saya hanya bertanggung jawab untuk terjemahan yang ada di blog ini. All rights reserved for the author.
💮💮💮
"Ngomong-ngomong..." kata Erika. "Dia
benar-benar menatapmu dengan tajam ya, Tatsuya."
Tatsuya mengangkat bahunya dengan pasrah. Sebenarnya Erika
tidak perlu mengatakannya, Tatsuya sudah sadar dengan tatapan penuh benci yang
diarahkan kepadanya itu.
Tatsuya tahu siapa pemilik tatapan itu. Jika dia tidak tahu
kenapa anak itu menatapnya seperti itu, mungkin dia sudah merasa terganggu
sekarang. Tapi Tatsuya tahu jika memang dia dibenci dan alasan kenapa dia sampai dibenci. Tatsuya biasanya akan membiarkan hal seperti itu.
Selama dia hanya menatap dan tidak melakukan apa-apa, Tatsuya juga tidak akan
melakukan apapun. Tapi sepertinya Erika tidak bisa melakukan hal yang sama.
Kata-kata gadis itu terdengar tidak senang.
"Setelah menyebabkan semua masalah tahun lalu, dia
masih tidak mengerti dan terus meluapkan kemarahannya tanpa alasan apapun?"
"Dia mungkin sudah tahu, tapi kurasa dia tidak akan
bisa menghilangkan rasa marahnya dengan mudah."
"Tidak mudah... ini hampir setengah tahun loh."
"Masih setengah tahun." jawab Tatsuya sambil
melirik gadis yang dari tadi menatapnya dengan tajam itu.
Chiaki Hirakawa yang sedang menatapnya dengan penuh benci
pun memalingkan mukanya. Beberapa saat kemudian (mungkin dia merasa marah pada
dirinya sendiri karena terlihat lemah di depan Tatsuya) dia kembali menatap
pemuda itu dengan tatapan yang tidak kalah tajam.
Sikap gadis berkepang itu membuat Erika semakin sebal.
Berbeda dengan Sayaka (yang memang ditipu agar mau bergabung dengan kelompok
teroris, dan kemudian meminta maaf pada semua orang setelah insiden selesai),
Chiaki melakukan semua kejahatannya tahun lalu atas dasar keinginannya sendiri.
Gadis itu tahu jika dirinya dijadikan mata-mata pihak asing dan melakukannya
dengan niat untuk balas dendam, dia juga tidak meminta maaf pada
Tatsuya setelah itu.
Erika merasa kesal. Dia tidak bisa memaksa Tatsuya untuk
melabrak gadis itu karena temannya itu tidak keras kepala seperti dirinya. Tapi jika situasinya
benar-benar memaksanya untuk bertarung, dia akan menerima tantangan itu dan
menggantikan Tatsuya (atau mungkin dialah yang akan memulai pertarungan sendiri).
Sekarang Erika merasa jika Chiaki memang sengaja mencari masalah.
Mata Erika terlihat liar dan tajam. Daripada menyipitkannya, gadis rambut
merah itu memilih untuk membukanya lebar-lebar. Erika yang biasanya terlihat seperti
kucing sekarang kelihatan lebih mirip seperti macan atau panther.
Tatsuya merasa terhibur saat melihat wajah temannya itu selama beberapa saat,
tapi jika ini dibiarkan dia pasti akan terseret ke masalah baru. Baginya, kerugian karena
membiarkan hal seperti ini lebih besar daripada keuntungan yang akan dia
dapatkan.
"Erika, kau sudah keterlaluan."
Erika terlihat tidak puas. Jika laki-laki lemah iman melihat
tatapan Erika saat ini, mereka pasti akan berlutut dan meminta maaf kepadanya. Tapi
sayangnya Tatsuya tidak selemah itu.
Tatsuya menunjukkan senyum dingin. Setelah Erika melihat
ekspresi Tatsuya, dia sadar jika temannya itu tidak punya untuk berteman
dengan Chiaki. Wajah Erika pun melembut dan dia tersenyum malu-malu. Mungkin
dia sadar jika kelakuannya sudah berlebihan.
Lalu, mereka tiba-tiba mendengar suara lain yang tiba-tiba
masuk ke dalam pembicaraan mereka.
"Hai, kau punya waktu?"
Suara itu datang dari belakang Tatsuya, jadi dia memutar
badannya. Seorang siswa yang baru masuk ke dalam kelas sekarang sedang
menatapnya dengan wajah yang tersenyum.
"Sepertinya kita belum sempat berkenalan, iya kan? Aku
Hagane Tomitsuka. Senang berkenalan denganmu, Shiba."
"Kau benar... aku sudah tahu namamu, tapi ini memang
kali pertama kita berbicara seperti ini. Aku Tatsuya Shiba. Senang berkenalan
denganmu Tomitsuka."
Tatsuya membalas perkenalan itu dan menjabat tangan
Tomitsuka. Jujur ini adalah hal baru bagi Tatsuya, tapi dia tidak
membiarkan perasaannya muncul di wajahnya. Dia tetap terlihat tenang dan tidak
kaget saat Tomitsuka menghampirinya.
Tapi teman-teman Tatsuya yang lainnya sama sekali tidak bisa
menjaga ekspresi mereka. Mizuki misalnya, dia terus menatap Tomitsuka yang
duduk tepat di belakang Tatsuya. Dia tiba-tiba tersadar dan wajahnya memerah.
Dia mungin merasa malu karena dia sudah menatap Tomitsuka untuk beberapa lama.
Gadis itu pun tersenyum malu-malu.
"Senang berkenalan denganmu. Namaku Mizuki
Shibata."
"Ya, senang berkenalan denganmu juga."
Tomitsuka tersenyum dan itu membuat Mizuki menjadi lebih
rileks. Percakapan mereka bisa dianggap cukup normal untuk ukuran anak SMA dan
sepertinya mereka berdua sudah tidak terlihat sekaku di awal.
"Aku terkejut... bukannya Tomitsuka ada di peringkat 5
tahun lalu? Tapi kenapa dia memilih jurusan magical engineering?"
Kata-kata Erika sebenarnya tidak ditujukan pada siapapun, dia hanya menunjukkan rasa terkejutnya saja.
Tatsuya tidak menyalahkan gadis itu. Seperti yang Erika katakan,
Hagane Tomitsuka ada di peringkat atas tahun lalu. Dia berhasil mendapatkan
peringkat 5 untuk nilai ujian akhir. Urutan dari nomor 1-4 adalah Miyuki,
Honoka, Yousuke Igarashi, dan Eimi Akechi, Shizuku tidak termasuk karena gadis
itu sedang ada di USNA tahun lalu. Rangkingnya sudah lebih dari cukup untuk
ukuran murid jurusan 1, jadi tidak ada yang berpikir jika dia akan pindah ke
jurusan magical engineering.
"Kau Chiba-san kan? Kau mungkin tahu karena keluargamu
termasuk dalam 100 Klan, tapi keluargaku lebih condong ke arah magical
engineering daripada ke arah pertarungan dan penyelamatan. Dan aku... punya
beberapa isu soal kemampuan praktikku."
Meski pertanyaan Erika sebenarnya tidak ditujukan kepada
Tomitsuka, tapi pemuda itu masih tetap menjawabnya sambil tersenyum kecut ke
arah Erika. Lalu Erika (dan juga Leo) ingat beberapa rumor yang melekat pada
nama panggilan Tomitsuka.
Range Zero. Nama panggilan itu menunjukkan seberapa kuatnya
Tomitsuka pada pertarungan jarak dekat, tapi nama itu juga menunjukkan ketidak
mampuannya melakukan sihir jarak jauh. Tomitsuka paham akan hal ini.
Erika lalu mengedarkan pandangannya sekali lagi karena tidak
punya kata-kata untuk membalas Tomitsuka. Tatsuya pun menimpali. "Semua
orang punya kelebihan dan kekurangan."
Tidak ada yang tahu apakah 'quote kehidupan' dari Tatsuya
itu bertujuan untuk menghibur atau hanya menyampaikan fakta semata, tapi Leo
setuju dengan itu. "Aku tidak bisa tidak setuju jika orang seperti Tatsuya
yang mengatakannya."
Senyum Tomitsuka semakin terlihat kecut.
"Tomitsuka! Ketemu!"
Beberapa saat kemudian, sebuah suara yang terdengar sangat ceria
terdengar di seluruh ruang kelas 2E.
"Akechi-san?"
Tomitsuka menoleh dan melihat Eimi (panggil dia Amy) yang
sedang berdiri di pintu belakang kelas dengan wajah sumringah. Dia adalah kenalan
Tatsuya karena dia adalah salah satu peserta dalam kompetisi 9 sekolah tahun
lalu. Gadis itu berhenti di depan meja Tomitsuka dan menunjukkan senyum
lebarnya.
"Pagi, Tomitsuka!"
Sapaannya terdengar sangat bersemangat dan bahkan bisa
membuat orang lain merasakan hal yang sama. Tidak seperti Erika yang terlihat
bersemangat tapi punya banyak pikiran kelam di dalam kepalanya, Eimi memang
memiliki sifat periang luar dalam. Dia adalah tipe orang yang sangat berharga
(karena saat kau melihatnya, kau akan merasa bodoh karena terlalu banyak
memikirkan hal tidak penting). Sekarang juga sama, kedatangannya sudah
menghempaskan semua rasa canggung yang menggantung di atas kepala mereka.
"Ah, selamat pagi, Akechi-san."jawab Tomitsuka dengan
tujuan untuk sekedar basa-basi. Sebenarnya, jika dilihat dari ekspresi di wajah
pemuda itu, Tomitsuka terlihat seperti akan diterkam oleh Eimi.
"Selamat pagi, Shiba-kun."
"Pagi, Amy. Benar juga... kau sekelas dengan Tomitsuka
tahun lalu, iya kan?"
"Yep! Kau tahu banyak ya." kata Eimi sambil
membulatkan matanya.
"Yah, aku tahu beberapa hal umum saja." kata Tatsuya
dengan senyum lelah. "Amy, ini Mizuki Shibata, yang itu Erika Chiba, dan
itu adalah Leonhard Saijou. Mereka bertiga adalah teman sekelasku tahun
lalu."
Dia tahu jika Mizuki dan lainnya sama sekali belum pernah
berbicara secara langsung dengan gadis periang itu, dan perkiraannya tidak
salah.
Setelah perkenalan itu, Eimi pun menjawab. "Senang
berkenalan dengan kalian semua. Aku Eimi, tapi kalian bisa memanggilku
Amy."
"Oke, Amy kan?" respon Erika dengan bersemangat.
"Kau boleh memanggilku Erika."
"Panggil aku Leo."
"Senang berkenalan denganmu, Akechi-san."
Setelah Leo memperkenalkan dirinya, Mizuki membungkukkan
kepalanya ke arah Eimi.
Untuk beberapa alasan, Eimi malah menggembungkan pipinya
dengan sebal. "Amy."
"Huh?"
"Aku sudah bilang untuk memanggilku Amy kan?"
Mizuki mengedipkan mata dengan bingung, dia tidak paham
kenapa Eimi marah kepadanya. Dari sudut orang ke-3, kekeras kepalaan Eimi
terdengar hampir tidak sopan, tapi ada banyak kasus di mana energi berhasil
mengalahkan logika di dunia ini. Selain Erika dan Leo (mereka merasa agak kaget
saat mengetahui sifat asli Amy), Tatsuya yang bahkan mengenalnya lebih lama
sama sekali tidak berniat untuk membantu Mizuki. Tomitsuka yang juga tahu sifat
teman sekelasnya itu sepertinya juga merasa terlalu terkejut hingga tidak bisa menanggapi perkenalannya yang meledak-ledak.
"Umm... senang berkenalan denganmu, Amy. Kau bisa
memanggilku Mizuki."
Mizuki yang sedikit bingung pun memutuskan untuk menuruti
permintaan gadis itu.
"Yap! Senang berkenalan denganmu, Mizuki."
Saat Mizuki menurutinya, Eimi memberinya sebuah senyum polos
yang lebar. Itu adalah senyum manisnya yang normal. Sebuah senyum bahagia
yang bahkan bisa membuat Mizuki merasa tidak nyaman karena tadi dia menolak
permintaan gadis itu untuk memanggilnya Amy.
Eimi mengangguk puas dan menolehkan wajahnya kembali pada
Tomitsuka. "Selanjutnya giliranmu, Tomitsuka."
"Maaf?" semuanya terjadi sangat cepat hingga
Tomitsuka tidak mengerti kenapa tiba-tiba Eimi berbicara kepadanya, dan dia tidak tahu apa
yang harus dia lakukan.
"Amy." Eimi menyebutkan nama panggilannya sekali
lagi.
Tomitsuka masih tidak mengerti dengan permintaan gadis itu.
Dia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan bingung, lalu dia menatap Tatsuya yang
sedang berusaha menahan tawanya.
Dia menggunakan matanya untuk minta tolong, tapi Tatsuya
malah memasang wajah serius dan berkata, "Dia tidak suka saat kau memanggilnya dengan nama Akechi, benar kan?"
Deduksi Tatsuya sepertinya benar. Eimi menganggukkan
kepalanya tanda setuju.
"Kupikir dia ingin kau memanggilnya dengan nama
Amy."
Eimi yang frustasi pada Mizuki adalah sebuah petunjuk.
Tatsuya sudah menduga hal ini akan terjadi, karena itu dia tidak mengatakan
apa-apa.
Komentar
Posting Komentar