I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 162

 Disclaimer: This novel isn't mine

😎😎😎

Tawa Gilles menghancurkan kesunyian di tempat ini.

"Alicia, kau selalu bertindak diluar perkiraanku." suaranya bergema di dalam kafetaria yang senyap ini.

"Oh, apa itu pujian?"

"Tentu saja." jawab Gilles sambil tertawa lebar. Senang rasanya bisa melihatnya tertawa bahagia seperti ini.

... Ah, aku akan merapikan rambutku dengan sihir nanti.

Aku menghampiri Carol dan mengulurkan tanganku.

"Terima kasih, Carol."

Saat aku berkata seperti itu, Carol membelalakkan matanya, dan sepertinya ada air mata menggenang di sana.

Apa dia merasa tersentuh... tapi kenapa?

"Nama saya..." ucap Carol dengan suara bergetar.

Oh, kupikir dia merasa sangat bahagia karena apa... ternyata itu karena aku memanggil namanya.

"Dia terlihat sangat bahagia saat kau memanggilnya, Alicia." kata Gilles sambil menyeringai ke arahku.

Ya. Sepertinya Carol memang sangat mengagumiku.

"Apa Gilles juga kagum padaku?" tanyaku dengan nada mengejek. Belakangan ini aku banyak dijaili oleh Gilles, jadi aku ingin membalasnya sedikit.

Gilles terdiam mendengar pertanyaanku. Beberapa saat kemudian dia tersenyum dan berkata. "Itu pertanyaan bodoh."

Dia menjawab dengan nada yang sangat serius, tapi aku bisa mengerti semua yang ingin dia sampaikan hanya dengan 1 kalimat itu.

Aku tidak menyangka jika dia akan menjawabnya dengan serius.

Aku memalingkan wajahku dari Gilles dan menatap Carol.

"Menangis adalah hal yang tidak berguna*. Aku akan pergi."
*)sama kayak di chapter sebelumnya. MTLnya bikin bingung, jadi kusesuaikan sedikit.

"Baik." jawab Carol dengan nada bersemangat.

Bagus, suaranya sudah tidak gemetaran lagi dan dia menatapku dengan wajah yang ceria.

Tapi aku yakin jika aku tidak pernah menolong Carol jika yang berdiri di sini adalah aku yang masih kecil... begitu pikirku sambil berjalan keluar dari kafetaria.

Seperti yang kuduga, semua orang membukakan jalan untukku. Hm... karena aku diperlakukan seperti ratu begini, mungkin aku harus menggunakan sebutan Yang Mulia Ratu Kegelapan agar kedengaran lebih keren.

XXX

Beberapa saat setelah aku keluar dari kafetaris, aku bertemu dengan Mel.

"Ali-Ali~~! Apa kau memotong rambutmu?" tanya (baca: teriak) Mel sambil berjalan ke arahku.

"Ya. Ada banyak hal yang terjadi."

"Hm! Kelihatan imut! Sangat imut! Aku tidak pernah melihat gadis berambut pendek secantik dirimu!" Mel terus berjalan mendekat dengan wajah penuh dengan kegembiraan.

Aku tahu Mel sedang memujiku, tapi aku merasa tidak senang.

"Ya ampun, sikapmu sungguh kekanakan*." kata Gilles dengan wajah kecewa, tapi sepertinya Mel tidak mendengarnya.

"Ali-Ali memiliki wajah yang kecil dan karena sekarang rambutnya pendek, wajah itu terlihat semakin jelas! Gadis cantik berambut pendek memang yang terbaik!"

Meski Mel bilang aku memiliki wajah kecil... kurasa wajahnya lebih kecil dariku. Dan lagi, berapa lama waktu yang kubutuhkan agar Mel bisa kembali tenang?

"Mel, sikapmu tidak sopan pada Alicia-sama." Mungkin Gilles tidak melihatnya, tapi sekarang Carol mengingatkan Mel dengan tatapan yang sangat tajam.

... Oh, apa Carol benar-benar tahu soal aku?

Mel menatap Carol yang sedari tadi tidak dia hiraukan.

"Eh? Carol. Apa-apaan rambut mengerikan itu? Apa ini ada hubungannya dengan Ali-Ali?" nada Mel berubah saat bertanya pada Carol.

"Apa hubungan kalian berdua?" tanyaku.

"Aku saudara jauhnya." jawab Carol cepat. Untuk beberapa alasan, aku merasa jika Carol sedang bersikap seperti anjing penjaga yang sangat loyal kepadaku.

"Jangan sampai sakit hanya karena kau 1 tahun lebih tua dariku." ucap Mel sambil menatap Carol.

... 1 tahun lebih tua? Bukankah sekarang usia Mel 18 tahun?

Apa itu artinya Carol sudah berusia 19 tahun? Kau lebih tua 4 tahun dariku!? Bagaimana ini, aku sudah memanggilnya tanpa suffix -san sama sekali.

... Tapi sepertinya Carol juga tidak peduli soal itu. Jadi mungkin aku bisa tetap memanggilnya seperti itu.

Aku menatap 2 gadis itu. Sekarang Mel dan Carol sedang saling tatap dengan mata tajam. Kalian benar-benar tidak akur ya...

Yah, untuk saat ini ayo rapikan rambut Carol yang sangat berantakan ini.

Aku menjentikkan jariku saat kedua gadis itu sedang sibuk beradu mata. Dalam sekejap rambutku dan rambut Carol kembali rapi seperti sedia kala.

Sihir benar-benar sangat berguna. Dengan ini aku bahkan tidak perlu pergi ke salon.

"Indahnya."

"Alicia-sama... terima kasih banyak! Saya sangat bahagia sampai tidak bisa berkata-kata."

"Kalau begitu kau tidak perlu banyak basa-basi." timpal Mel dengan nada sengit.

"Kau hanya merasa iri karena rambutku dirapikan oleh Alicia-sama, iya kan?" timpal Carol.

"Apa~~? Tentu tidak. Aku selalu menghabiskan waktu bersama Ali-Ali~. Aku bahkan pernah diculik oleh Ali-Ali." ucap Mel dengan nada sebal.

" Ah, itu memang penah terjadi." ujarku.

Carol menatap Mel dengan tatapan tidak percaya saat mendengar kata-kataku.

"Ngomong-ngomong, kenapa Mel ada di sini?" tanya Gilles sebelum Carol memberikan tanggapan lain.

Mel menatapku seakan dia beru teringat pada sesuatu saat mendengar pertanyaan Gilles.

"Duke sedang tidak bisa datang ke sini sekarang, jadi dia bilang untuk pergi dan melihat keadaan Ali-Ali... tapi sepertinya semua sudah selesai!" jawab Mel dengan nada gembira.

Aku tidak tahu apa situasi di sana bisa disebut selesai atau tidak, tapi aku bersyukur Mel tidak datang saat kami sedang ada di dalam sana.

Aaahh... memikirkan kombinasi kericuhan yang mungkin terjadi antara Jane dan Mel membuatku hampir gila...





Komentar

Postingan Populer