I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 161

 Disclaimer: this ovel is not mine.

🦋🦋🦋

Di saat yang sama, Jane tiba-tiba tidak bisa bisa bernafas dan jatuh ke lantai sambil memegangi dadanya. Dari sini, aku bisa mendengar desis nafasnya dengan sangat jelas.

Yang baru saja kugunakan adalah sihir hitam yang bisa mempengaruhi organ dalam tubuh manusia. Perapalnya baru bisa menggunakan sihir ini jika mereka berhasil mencapai level 91... Yang seperti ini yang namanya sihir hitam!

Di level ini, ada banyak mantra yang memang terlihat seperti sihir hitam yang sesungguhnya. Misalnya, saat kau menggunakan mantra yang bisa menghentikan kerja paru-paru seseorang, maka keadaannya akan jadi seperti Jane saat ini.

Aku memang jarang menggunakan sihirku pada orang lain, tapi kali ini aku tidak punya pilihan lain. Alasan 'aku tidak punya pilihan lain' memang sangat hebat.

Beberapa saat kemudian aku menjentikkan jariku sekali lagi dan menon-aktifkan mantra yang baru saja kugunakan. Jane, jika aku terus mengaktifkan mantra ini, kau bisa mati loh. 

Jane hanya bisa menatapku sambil berusaha untuk menarik nafas banyak-banyak. Dia juga terlihat sangat kesakitan.

Bisa dibilang, Jane adalah orang pertama yang kalah 2 kali dariku.

"... Apa... yang kau... lakukan..." ucap Jane dengan nafas tersengal-sengal, sepertinya dia masih kesulitan untuk menghirup udara di sekitarnya.

"Aku hanya menghentikan paru-parumu sebentar. Apa rasanya sangat sakit?" tanyaku dengan wajah tidak bersalah.

Saat itu juga tatapan marah dari semua orang yang ada di kafetaria berubah menjadi tatapan takut. Suasana di tempat ini terasa sangat mencekam dan jika kau memperhatikan mereka dengan baik, kau bisa tahu jika mereka mulai bernafas dengan sangat hati-hati. Kalau sudah begini, kurasa mereka tidak akan berani menghinaku lagi.

Ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan kemampuan sihirku. Kalian harus tahu betapa menakutkannya seorang wanita jahat saat mereka marah.

Mungkin Gilles sudah memperhitungkan semua ini, pikirku saat melirik ke arah anak laki-laki itu.

Oh... ternyata Gilles juga kaget. Sepertinya perkiraanku salah.

"Sebaiknya kau tidak banyak bergerak." kataku pada Jane. Setelah itu aku berjalan menghampiri gadis berambut lilac yang berdiri tidak jauh dari Jane.

Meskipun gadis itu sudah melihat salah satu sifatku yang mengerikan, dia tetap menatapku dengan penuh rasa kagum dan hormat.

"Siapa namamu?" tanyaku.

"Nama saya Miller Carol, Alicia-sama." jawabnya sambil menatap mataku. Sikap yang dia tunjukkan terlihat sangat elegan.

"Sihir apa yang kau gunakan?" tanya Gilles.

"Saya pengguna sihir racun." jawabnya dengan bahasa yang tidak kalah sopan.

... Sihir racun?

Sihir racun adalah sihir yang cukup lemah, tapi itu adalah sihir yang langka. Aku pernah membacanya sekali di buku dan sejak saat itu aku ingin bertemu dengan salah satu penggunanya.

Tapi setelah kulihat sekali lagi... Carol ini mungkin tidak akan bisa menggunakannya.

Aku kagum pada gadis ini, sama seperti aku kagum pada Gilles... Tapi, mungkin rasa kagumku pada Gilles lebih besar karena dia adalah asistenku. Meski begitu aku kagum pada gadis ini karena tidak ada bangsawan lain yang akan berbicara dengan bahasa sopan kepada Gilles, dan semua itu hanya karena Gilles hanya rakyat biasa yang tidak memiliki darah bangsawan seperti mereka.

"Hei, Alicia." panggil Gilles. Tatapannya itu seolah berkata jika dia yakin jika gadis lilac ini bisa menggunakan sihirnya. Aku pun merubah pikiranku dan mengangguk kecil kepadanya*
*)for this part, maybe agak beda sama terjemahan MTL nya. But, intinya Gilles dan Alicia sama-sama berpikiran sama untuk membuat Carol menjadi sekutu mereka.

"Kau bilang, kau ingin bertemu denganku?" tanyaku pada gadis lilac itu.

"Ya! Saya ingin menjadi seperti Alicia-sama yang memiliki kekuatan untuk menatap kenyataan tanpa rasa takut. Lalu saya sangat menyukai mata emas anda yang indah dan rambut panjang anda yang terlihat berkilauan." jawab Carol dengan penuh semangat.

Aku tidak pernah manyangka akan ada orang lain yang menyanjungku hingga seperti ini.

"Saya berniat memanjangkan rambut agar bisa semakin dekat dengan Alicia-sama, tapi..." ucapnya dengan wajah sedih.

Aku melihat rambutnya yang masih tersisa... ya, sekarang rambutnya jadi lumayan pendek. Jane suah terlalu berlebihan. Masa dia tega memotong rambut seorang gadis hingga sependek...

"... Maaf aku tidak bisa banyak membantumu soal ini." setelah itu aku berjalan ke arah Jane yang hanya bisa menatapku dengan mata ketakutan.

"Jangan khawatir, aku tidak ada urusan lagi denganmu." kataku sambil merebut gunting yang dia pegang.

Aku sudah berniat untuk memotong rambutku sejak beberapa hari yang lalu, lagi pula aku sudah bosan dengan model seperti ini.

Tapi, memotong rambut bukan urusan mudah bagiku. Jika aku bilang aku mau memotong rambutku, ayahanda pasti akan menentang habis-habisan. Yah, mungkin sebaiknya aku melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.

Dan lagi, Nate pernah memotong rambutku sebelum ini... meski dia tidak sengaja, sih.

Aku berbalik ke arah Carol dengan sebuah gunting di tanganku. Gadis itu hanya terlihat bingung melihat kelakuanku.

Sesaat kemudian aku memegang rambutku sendiri dengan 1 tangan dan kemudian memotongnya dengan menggunakan gunting milik Jane. Seketika, rambut hitam berkilauku pun jatuh bertebaran ke lantai.

Carol dan Gilles hanya bisa menatapku dengan mata terbelalak. Saking lebarnya kelopak mata mereka terbuka, rasanya kau bisa mengambil bola mata yang ada di dalamnya dengan sangat mudah.

"Sekarang rambutku sama pendeknya denganmu. Bukankah itu artinya kau sudah menjadi lebih dekat denganku?" kataku sambil tersenyum manis pada Carol.




Komentar

Postingan Populer