Mahouka Volume 12 Chapter 6 Part 1

Disclaimer: This novel is not mine, and so sorry if this translation is not too satisfying.

🦋🦋🦋🦋

Waktu: 8 April, pagi. Tempat: SMA 1 Afiliasi Universitas Sihir Nasional. Acara: Upacara penerimaan murid baru.

Tatsuya, Miyuki, dan Minami sampai di SMA 1 dua jam sebelum acara dimulai, dan kali ini mereka bisa berjalan tanpa tatapan tidak mengenakkan yang hampir tiap hari bisa mereka rasakan. Alasan kenapa mereka datang lebih pagi adalah untuk mempersiapkan upacara penerimaan murid baru yang akan segera dilaksanakan. Mereka bertiga langsung pergi ke ruang persiapan dimana rapat terakhir akan dilakukan. Minami merasa khawatir karena dia adalah orang luar, tapi Tatsuya (yang memiliki pengalaman serupa) memaksanya untuk tetap ikut.

Sesampainya di ruang rapat, ternyata Isori dan Honoka sudah sampai lebih dulu dari mereka berdua.

"Selamat pagi, Tatsuya-san!" sapa Honoka. "Kau juga, Miyuki!"

Selamat pagi, Shiba-kun." kata Isori. "Kau datang tepat waktu."

Saat Miyuki sedang bertukar sapa dengan Honoka, Isori melakukan hal yang sama dengan Tatsuya.

"Selamat pagi, Isori-senpai. Kau datang lebih pagi." kata Tatsuya.

"Yah, aku memang selalu begini. Aku tidak bisa tenang kecuali kalau aku datang pagi-pagi." jawab Isori sambil tersenyum. Dia melihat ke arah Minami yang sedang berdiri di belakang Miyuki dan kemudian bertanya. "Ngomong-ngomong, siapa dia? Murid baru?"

"Oh, ya. Minami?"

"Ya, Tatsuya-oniisama?"

Saat Tatsuya memanggilnya, Minami pun berjalan menghampiri. Isori terkejut dengan respon gadis itu. "Oniisama? Shiba-kun, aku tidak tahu kalau kau punya adik lain."

Tatsuya sudah menduga jika kakak kelasnya itu akan melemparkan pertanyaan itu. "Bukan. Dia sepupu kami." jawabnya sambil memberikan kebohongan yang sudah mereka rancang sebelumnya. "Minami, ini Isori-senpai."

"Senang berkenalan denganmu, Isori-senpai. Namaku Minami Sakurai." Minami mengingat instruksi Tatsuya agar tidak bersikap terlalu sopan.

Isori sepertinya tidak merasakan ada sesuatu yang aneh, karena itu dia membalas sapaan Minami. "Senang berkenalan denganmu juga, Minami-san."

"Sama-sama."

Saat Minami sedang membungkukkan badannya ke arah Isori, Azusa, Kanon, dan perwakilan murid baru, Takuma Shippo masuk ke dalam kelas (Kanon bilang kalau dia baru saja selesai mengecek kursi untuk para murid).

"Selamat pagi... Apa aku yang datang terakhir?" tanya Azusa dengan wajah takut-takut.

"Selamat pagi ketua. Kau datang tepat waktu." jawab Miyuki sambil tersenyum. Sebenarnya Azusa hanya terlambat 3 menit, tapi senyuman Miyuki mengatakan jika dia tidak akan menerima permintaan maaf dengan alasan apapun.

Azusa pun menelan permintaan maafnya. Takuma yang ada di belakangnya pun masuk ke dalam ruang rapat dan memberikan salam kepada mereka semua. "Selamat pagi, Isori-senpai, Shiba-senpai."

"Selamat pagi, Shippou-kun." jawab Isori sambil membungkukkan kepalanya.

Takuma berbalik menghadap Miyuki dan Honoka. "Selamat pagi, Shiba-senpai, Mitsui-senpai. Aku harap kita bisa bekerja sama hari ini."

Apa dia sedang gugup? begitu pikir Tatsuya. Sikapnya sudah lebih baik jika dibandingkan dengan 2 hari yang lalu.

"Selamat pagi Shippou-kun. Kuharap kau melakukan yang terbaik hari ini."

Kau butuh kebaikan yang lebih besar daripada itu untuk bisa menggerakkan Miyuki. Senyumnya hari ini terlihat sangat anggun, dan nada suaranya terdengar sangat lembut. Wajahnya juga memperlihatkan apa itu artinya menjadi seorang Yamato Nadeshiko*... tapi itu semua adalah topeng tak tertembus yang Miyuki gunakan saat berbicara dengan orang lain. Takuma memang sudah merubah sikapnya, tapi dia belum meminta maaf atas sikap kasarnya 2 hari yang lalu. Selama dia belum meminta maaf pada kakaknya, Miyuki sama sekali tidak ada niatan untuk mengalah.
*)Yamato Nadeshiko: personifikasi wanita ideal yang ada di Jepang.

Senyum Miyuki terlihat dingin, tapi tidak ada yang mengeluhkan hal itu, di sisi lain Isori dan Azusa terlihat sedikit stress dan mereka tidak bisa membiarkan suasana seperti ini terus berlanjut. Azusa yang tidak tahu apa yang harus dia lakukan pun berpaling pada Tatsuya untuk meminta bantuan.

"Sepertinya semua anggota sudah datang, jadi mari kita mulai review program untuk hari ini." Tatsuya memilih untuk melanjutkan rapat mereka seakan tidak ada yang terjadi.

Kanon langsung mengiyakan dengan berkata, "Ya. Tidak ada gunanya membuang-buang waktu." Sepertinya dia juga sadar jika mereka semua harus mengubah momentum rapat ini.

"Mari kita mulai dengan posisi masing-masing di 30 menit sebelum acara dimulai. Miyuki bertugas untuk mengarahkan para tamu, dan Honoka akan menangani ruang broadcasting..."

Sebenarnya memimpin rapat adalah tugas Azusa, tapi Tatsuya tidak menghiraukanya dan terus melanjutkan rapat. Keberadaan Minami yang bukan anggota osis pun terlupakan.

'Gladi resik' sebelum upacara dimulai akhirnya berjalan dengan lancar, udara terasa menjadi lebih tebal dan menekan saat waktu acara menjadi lebih dekat. Azusa misalnya, sekarang gadis itu sedang menghela nafas lega karena rapat mereka sudah selesai dan sekarang dia sedang bersantai (atau mungkin tersungkur) di kursi sambil menunggu 30 menit sampai acara dimulai. Di mata Tatsuya, Azusa terlihat terlalu santai, tapi dia tidak punya kewajiban untuk mengingatkannya. Lagipula dia berfikir akan lebih baik jika ketuanya bisa bersantai sejenak daripada nantinya dia tidak bisa mengatakan apa-apa saat berada di atas panggung. Tatsuya pun memutuskan untuk melakukan tugasnya.

"Aku akan pergi ke halaman untuk mengarahkan para murid baru."

"Sampai ketemu lagi nanti, oniisama."

"Oh ya... terima kasih."

Setelah diantar oleh Miyuki dan Azusa, juga Minami yang membungkukkan badannya, Tatsuya pun segera menuju ke pos nya.

Tugasnya adalah mengarahkan para murid baru yang tidak tahu di mana tempat acara dilakukan. Dia pertama kali bertemu dengan Mayumi tahun lalu saat kakak kelasnya itu melakukan tugas yang sama dengannya. Saat Tatsuya sedang merapatkan pembagian tugas mereka di bulan Maret lalu, dia merasa jika ini bukanlah tugas yang harus dilakukan sendiri oleh seorang ketua osis. Tapi sekarang dia merubah pandangannya. Mungkin tugas ini bisa dijadikan alasan untuk menenangkan syarafnya yang sedang tegang.

Sebenarnya Tatsuya tidak merasa gugup atau apa. Tapi Tatsuya merasa sedikit bebas saat melakukan tugas seperti ini. Mungkin memang beginilah dirinya, dia merasa lebih nyaman berada di luar, di tempat di mana dia bisa merasakan angin daripada berada di dalam kungkungan tembok beton. Mungkin Mayumi memikirkan hal yang sama dengannya.

Dan mungkin itu adalah alasan kenapa dia langsung bertemu Mayumi saat dia keluar dari gerbang depan sekolah.

"Oh, Tatsuya-kun?"

"Saegusa-senpai? Selamat pagi."

"Aku ingin bilang lama tidak ketemu... tapi sepertinya itu tidak pas. Apa kau sedang menunjukkan jalan untuk para murid baru?"

"Ya, kurang lebih begitu."

"Jadi akhirnya kau bergabung juga dengan osis."

Ada beberapa anggota non-osis yang juga bertugas untuk mengarahkan para murid baru. Anggota komdis bertugas untuk menjaga tempat acara, dan demi keamanan beberapa anggota mereka diharuskan untuk berpatroli. Mayumi harusnya tidak bisa menyimpulkan jika dia benar-benar menjadi anggota osis atau tidak hanya dari jawabannya. Tapi Tatsuya tidak mempermasalahkan hal itu. Daripada fakta jika dirinya bergabung dengan osis tahun ini, ada sesuatu yang lebih mengganggunya saat ini.

Mayumi baru lulus bulan lalu dan sekarang dia tidak menggunakan seragam sekolah SMA 1, hal ini masuk akal. Tapi Tatsuya tidak menyangka jika menggunakan baju lain bisa merubah penampilan seseorang hingga sejauh itu. Mayumi yang ada di depannya terlihat seperti wanita dewasa.

Ini bukan kali pertama Tatsuya melihat Mayumi mengenakan baju bebas. Gaun musim panas yang dia kenakan tahun lalu juga terlihat cocok untuk kakak kelasnya itu. Tapi pada saat itu, meski gaunnya sedikit terbuka, Mayumi tidak terlihat berbeda dengan Mayumi yang biasanya.

Tapi sekarang, saat dia mengenakan pakaian semi-formal, dia terlihat seperti orang lain yang sangat berbeda dari dirinya bulan lalu. Mayumi mengenakan jaket pendek di atas blouse yang berhiaskan pita di atas dadanya, rok ketatnya memanjang hingga bawah lutut, bisa dibilang bajunya kali ini sangat berbeda dengan seragam SMA 1. Sepatu yang dia pakai... apa itu high heels cardinal merah? Make up nya terlihat tipis, tapi apa dia menambahkan beberapa warna di wajahnya? Lalu, apa dia mengganti pita besar yang biasa dia gunakan dengan sebuah barrette? Mungkin kombinasi dari semua itu lah yang memberikan efek berbeda pada Mayumi... ini adalah bukti jika Mayumi sudah menapaki langkah pertama untuk menjadi wanita dewasa.

"Belum sebulan sejak upacara kelulusan... tapi aku hampir tidak bisa mengenalimu, Tatsuya-kun."

Tatsuya tidak bisa menghindari percakapan dengan kakak kelasnya itu saat dia mengatakan hal serupa dengan apa yang ada di dalam pikirannya, dia tidak jadi mengatakannya karena itu Tatsuya hanya bertanya dengan sedikit terkejut "Benarkah?"

Mayumi memberinya senyum hangat. "Ya. Seragam mu... itu emblem jurusan magical engineering kan? Sangat berbeda dengan tahun lalu."

"Hanya seragamnya yang berubah." Tatsuya tidak menyembunyikan rasa malunya, dia hanya berkata jujur. Itulah yang dia percaya.

"Tidak, tidak. Kau mungkin tidak tahu, tapi wajahmu benar-benar berbeda dengan saat kau masih menggunakan seragam jurusan 2. Kau terlihat lebih... bebas daripada tahun lalu." ucap Mayumi.

Tatsuya tidak bisa membantah kata-kata Mayumi.

Fakta yang tidak dia sadari. Kebenaran yang tidak bisa dia lihat.

Tatsuya berpikir jika dia tidak pernah memikirkan hal itu dengan serius, tapi sepertinya dia memang membiarkan inferioritas orang lain membelenggunya.

"Aku menyerah. Kurasa mengenali diri sendiri memang sesuatu yang sangat sulit dilakukan."

Tatsuya mengangkat tangan tanda menyerah. Kata-kata itu bukan sekedar lip service belaka. Dia benar-benar mengambil nasehat kakak kelasnya itu. Meskipun kau pikir kau bisa memahami dirimu sendiri, sebenarnya kau tidak bisa melakukannya sebaik orang lain, itu adalah peringatan untuknya. Tapi saat dia melihat Mayumi yang terlihat bangga, benih pemberontakan pun tumbuh di hatinya.

"Aku bisa mengatakan hal yang sama pada senpai. Kau terlihat berbeda dari bulan lalu."

"Apa? Benarkah?"

"Ya. Senpai terlihat seperti anak kuliahan. Kau terlihat dewasa."

"K-kau berpikir begitu? Upacara penerimaan kami baru dilakukan beberapa hari yang lalu."

Mayumi memberikan respon negatif pada pendapat Tatsuya, tapi sikap santainya menunjukkan jika dia tidak 100% menolak pendapat pemuda itu. (fun fact: upacara penerimaan mahasiswa baru Universitas Sihir Nasional dilakukan tanggal 6 April).

"Ya. Barrette dan high heels itu sangat cocok untuk senpai. Kau terlihat seperti orang lain."

"Ehehehe... kau pikir begitu? ... tunggu." wajah Mayumi sedikit mengeras saat dia menyadari ada sesuatu dalam perkataan Tatsuya. "Tatsuya-kun... apa maksud dari kata-katamu itu...?"

Mayumi menyadari jika adik kelasnya itu mengatakan sesuatu.

"Aku tidak mengerti maksud senpai."

"Kau bilang aku terlihat dewasa, seperti orang lain."

Ternyata Mayumi sadar jika Tatsuya sedang menggodanya.

"Maksudmu selama ini aku selalu terlihat kekanakan...?"

"Senpai berpikir terlalu jauh." Tatsuya mencoba berkelit dari kenakalan kecil yang baru saja dia perbuat. Saat Mayumi menatapnya dengan kesal, dia tetap mempertahankan wajah datarnya dan kemudian berkata, "Aku tidak pernah berpikir kalau wajah senpai itu sangat baby face, atau kalau senpai punya tubuh seperti anak kecil."

"Baby face... tubuh anak kecil..."

Mayumi shock saat mendengarnya. Secara objektif, tubuh Mayumi memang pendek, tapi dia tidak punya baby face atau tubuh yang mirip anak kecil. Menurut Tatsuya, wajah kakak kelasnya itu terlihat lebih ke arah imut daripada cantik, tapi itu tidak berarti kalau kakak kelasnya itu kekanakan. Dan proporsi tubuhnya yang ideal membuatnya terlihat lebih dewasa dari gadis sebayanya.

Tapi, sepertinya tubuh pendeknya (meski tidak terlalu pendek juga) menyebabkan perasaan yang kompleks dalam hatinya. Tatsuya sudah berusaha menghibur Mayumi, tapi sepertinya si kakak kelas terlanjur menganggap jika semua kata-kata Tatsuya adalah candaan belaka.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Tatsuya yang terdengar khawatir.

"Ya. Aku tidak apa-apa." jawabnya dengan wajah yang dibuat tegas. Beberapa detik kemudian dia bertanya. "Lalu apa maksudmu dengan 'terlihat seperti orang lain'?"

"Aku tidak bermaksud menggoda. Itu hanya pendapat semata."

Saat melihat Mayumi terus-menerus menanyainya, Tatsuya berpikir apakah dia sudah melakukan kesalahan. Dia tidak ingin membicarakan topik ini lebih panjang lagi. Tatsuya tidak ingin membuat Mayumi marah dan dia juga tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan kakak kelasnya itu. Sekarang dia bertanya, kenapa Mayumi datang ke almamaternya ini?

"Benarkah? Kurasa kau memang sedang menggodaku." gumamnya sambil menapak tanah beberapa kali. Mayumi menatap Tatsuya dengan tajam dan sepertinya dia tidak sadar jika apa yang dilakukannya bisa membuat orang lain di sekitar mereka salah paham.

"Tidak, aku serius... ngomong-ngomong, kenapa senpai ada di sini?"

Tatsuya bisa melihat wajah Mayumi yang sedikit kaget saat mendengar pertanyaannya. Tapi, sebelum Mayumi bisa menjawab, Tatsuya mendengar seseorang berteriak dengan keras. "Hey!"

"Menjauh dari kakakku, dasar playboy!!"

Awalnya Tatsuya tidak tahu jika teriakan itu ditujukan kepadanya. Dia merasa jika orang lain tidak punya alasan untuk menyebutnya seperti itu. Tapi, saat dia melihat seorang gadis yang terlihat mungil dengan suara tinggi sedang berlari kerahnya Tatsuya sadar jika gadis itu sudah salah paham kepadanya. Mungkin gadis itu mengira jika Tatsuya sedang menggoda Mayumi karena perbedaan tinggi badan mereka yang sangat kentara.


     <<<Previous     Daftar Isi     Next>>>



Komentar

Postingan Populer