ORV CHAPTER 24. EPISODE 6 – JUDGMENT TIME (2)

Disclaimer: novel ini bukan punya saya.

Peringatan: ada beberapa bagian cerita yang rada gore, jadi hati-hati ya.

☕☕☕☕☕

Saat aku ingin membuka mulutku, aku bisa mendengar suara Cheon Inho.

“Oh, Dokja-ssi! Kau datang tepat waktu.”

Cheon Inho tersenyum saat dia menemukan kami. Aku punya perasaan jika laki-laki itu memang sengaja menyapa dengan suara keras.

“Dokja-ssi punya banyak koin, iya kan? Kau mungkin orang terkaya diantara kami, aku benar kan?”

[Karakter ‘Cheon Inho’ mengaktifkan skill ‘Incite’ Lv. 2.]

Kerumunan orang itu mulai menatapku.

“Ka-kau Dokja-ssi?”

“Tolong selamatkan aku!”

Mereka semua berlarian mendekatiku sampai terengah-engah. Jumlah mereka kurang lebih 20 orang. Jika aku memberikan semua orang ini koin yang mereka perlukan, aku bisa kehilangan 2.000 koin dalam sekejap. Tapi jika aku tidak memberikan koinku pada mereka. Aku akan menjadi orang jahat di stasiun Gumho.

[Pengertianmu pada karakter ‘Cheon Inho’ semakin meningkat.]

“Haha, Dokja-ssi. Aku tidak memiliki koin yang cukup untuk membantu orang-orang ini tapi… bukannya Dokja-ssi berbeda? Apa kau hanya akan diam dan menonton saja?”

Aku menghela nafas panjang. Aku sudah pernah melihat trik ini sekali atau dua kali sebelumnya.

[Konstelasi dari sistem kebaikan absolut melabeli Cheon Inho sebagai ‘orang jahat’.]

Aku sudah tidak mau berurusan dengannya.

“To-tolong aku!”

“Kumohon, selamatkan aku!”

Orang-orang itu memperlihatkan wajah memelas mereka, beberapa bahkan sampai meneteskan air mata.

{Hahahaha! Cerita ini menjadi semakin menegangkan! Ngomong-ngomong waktu yang tersisa tinggal 10 menit lagi.}

Bihyung mengatakannya dengan nada gembira dan tatapan yang aneh ke arahku. Aku menghela nafas sekali lagi dan menutup mataku. Beberapa saat kemudian aku membukanya kembali.

“Aku mengerti. Kalian ingin koin?”

Lalu aku tertawa.

“Kenapa aku harus memberikannya?”

Aku menatap orang-orang itu. Skenario pertama adalah dosa awal, karena itu tidak ada orang baik-baik di tempat ini.

Dan semua itu membuat mereka menjadi semakin menjijikkan. Mereka sendirilah yang membunuh orang lain demi bertahan hidup, kenapa mereka tidak bertanggung jawab atas hidup mereka sendiri?

“Ke-kenapa!?”

“Kau punya banyak koin kan!? Tidak bisakah kau memberi kami beberapa?”

Di dalam kericuhan itu, Cheon Inho tertawa dengan keras.

“Sudah kuduga, Dokja-ssi!”

“…”

“Sejak awal kau datang ke tempat ini, bukannya kau menjual makanan demi koin? Jika kau tidak membuat mereka membayar makanan, bukannya mereka masih bisa bertahan hidup sekarang?”

“Ya! Dia benar!”

“Sialan! Kembalikan koinku!”

Tekanan orang-orang itu kepadaku menjadi semakin berat. Mungkin ini yang diinginkan oleh Cheon Inho.

“Tunggu sebentar! Sikap kalian ini….!”

“Dokja-ssi bukan orang seperti itu!”

Yoo Sangah dan Lee Hyunsung mencoba meredam kemarahan orang-orang itu, tapi mereka malah balik membalas kata-kata kasar orang-orang itu. Beberapa saat kemudian Cheon Inho kembali berkata.

“Dokja-ssi. Aku akan memberimu kesempatan terakhir. Beri orang-orang ini koin.”

“Kalau aku tidak mau?”

“Makah hal terburuk akan terjadi padamu.”

Kerumunan 20 orang itu mulai merangsek maju.

“He-hei… ayo! Beri kami koin!”

Tapi tidak ada yang berani menyerang kami terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, anggota kelompok Cheoldoo tampil ke depan.

“Dasar bajingan! Apa yang kau lakukan? Bunuh dia! Kenapa kau ragu-ragu saat kau bisa mendapatkan semua koinnya setelah dia mati?”

Laki-laki yang berteriak ke arah orang-orang itu memiliki tubuh berotot. Aku mengaktifkan Character List untuk melihat informasinya.

+

[Penjelasan karakter]

Nama: Han Minsung

Atribut pribadi: Bully (general)

Keseluruhan stat: Stamina Lv. 8, Agility Lv. 8, Magic Power Lv. 2]

+

Dia adalah karakter yang memiliki kemampuan pas sebagai seorang ‘perundung’. Di novel asli, stat miliknya tidak setinggi ini…. Sepertinya dia sudah melakukan’nya’. Dia bersikap percaya diri karena percaya pada stat yang dia miliki.

“Bunuh bajingan itu!”

Pipa besi yang ada di tangannya mulai mengayun. Itu adalah sebuah pipa besi dengan stat Strength Lv. 8. ‘Kim Dokja’ yang dulu mungkin akan ketakutan setengah mati saat menghadapi ini, tapi… aku yang sekarang malah menganggapnya sangat lucu.

Slash!

Tangan laki-laki itu terpotong dalam sekejap dan jatuh ke lantai beserta pipa yang dia pegang.

“AAAAAARRGH!”

Darah yang mengotori Blade of Faith memancarkan pendar putih. Aku menatap orang-orang yang mengerumuniku tanpa mengatakan apa-apa.

“U…uh…”

Mereka semua pucat pasi saat melihat salah seorang anggota kelompok Cheoldoo bisa dikalahkan dalam satu serangan saja. Sekarang, karena aku sudah memperlihatkan kemampuanku, ini adalah waktu yang tepat untuk memulai pertunjukan.

“Menyedihkan… apa kalian percaya jika semua situasi ini disebabkan olehku?”

Aku menatap semua wajah itu dari kiri ke kanan. Di lain pihak, Cheon Inho terlihat sedikit kebingungan.

“Jujur saja. Kalian tahu jika semua bukan salahku.”

Mulut orang-orang itu mulai terbuka lebar seperti ikan mas yang sedang sakit. Aku mengatakan semua ini seakan sedang memberi makanan pada mereka.

“Kalian semua melakukan ini karena merasa takut. Kalian tahu, dan meski kalian tahu apa yang salah dan kenapa kalian kesusahan… kalian selalu merasa takut pada mereka.”

“Haha. Tunggu sebentar, Dokja-ssi! Apa yang kau katakan…?”

“Itu karena mereka semua lebih kuat dari kalian! Stat mereka lebih tinggi dari stat kalian dan mereka punya banyak koin! Tapi apa kalian tahu?”

Aku mengambil selangkah mendekat. Semua orang itu memasang wajah terkejut seperti ikan mas, tapi mereka sudah berada di dalam tangki ikanku.

“Kenapa mereka bisa lebih kuat dari kalian?”

Aku mengambil satu langkah lagi.

“Satu lagi, kenapa mereka bisa memiliki koin lebih banyak dari kalian? Apa karena mereka itu preman? Mungkin saja.”

[Semua karakter yang berada di sekitarmu merasa terguncang.]

Meski mereka merasa ketakutan, ada beberapa macam emosi yang bisa terlihat sangat jelas. Pertanyaan mulai muncul dalam kepala mereka.

“C-Cheon Inho-ssi… berapa banyak koin yang kau punya…?”

“Haha, bukannya kau sudah tahu? Yah, aku sudah menjual beberapa dan…” ucap Cheon Inho.

“Kalian pikir mendapatkan stat setinggi itu dengan sangat mudah itu mungkin? Benarkah?”

Cheon Inho menutup mulutnya. Aku menoleh ke kanan dan kiri, lalu menatap mereka satu-per-satu.

“Saat aku datang ke stasiun Gumho, ada 87 orang di tempat ini.”

“…”

“Berapa banyak yang tersisa hari ini? Kurasa tidak sampai 50 orang. Apa kalian tahu kenapa?”

“Me-mereka pergi mencari makanan dan para monster…”

“Monster? Kalian percaya itu?”

“Ka-kalau begitu…”

“Bodoh. Coba pikir dengan otak kalian. Apa orang-orang itu benar-benar mati karena serangan para monster? Kalau begitu kenapa tidak ada anggota kelompok Cheoldoo yang mati?”

Mereka semua langsung terdiam.

“Kenapa hanya mereka yang kembali dengan kekuatan yang semakin besar?”

[Konstelasi ‘Secretive Plotter’ mengangguk saat mendengar alasanmu.]

“Ja-jangan bilang…”

Orang-orang itu mulai menatap Cheon Inho. Kelompok Cheoldoo juga mulai terlihat ragu. Sekarang adalah saat yang tepat untuk memberi dorongan terakhir.

“Mereka sudah bilang. Jika kalian membunuhku, kalian akan mendapatkan koinku.”

[Konstelasi ‘Prisoner of the Golden Headband’ menarik rambutnya karena merasa bersemangat.]

“Kenapa mereka bisa tahu kalau membunuh seseorang bisa membuat mereka mendapatkan koin orang itu?”

“Ka-kau… Inho-ssi! Jangan bilang…!”

“Diam! Itu semua hanya tuduhan!”

Saat Cheon Inho mulai mundur, kelompok Cheoldoo mulai mempersiapkan senjata mereka.

{Hahaha! Masih tersisa 7 menit lagi!}

Aku berhenti tepat di depan orang-orang itu.

“Jika kalian punya rasa bangga yang masih tersisa, bertarunglah dengan tanganmu sendiri.”

Blade of Faith mulai meraung. Kemarahan mulai memenuhi mata orang-orang itu.

“Setidaknya dapatkan kembali apa yang mereka rebut dari kalian.”

Saat aku sedang menunggu, para anggota kelompok Cheoldoo langsung berlari ke arahku. Aku juga berlari menyambut mereka.

“Saat ini, dunia memang sudah berubah.”

Cahaya putih mulai bergerak dan orang-orang mulai berteriak. Kemudian seseorang berkata:

“Ya, sialan!”

“Dasar bajingan!”

Mereka juga mulai bergerak. Bisa dibilang, semua orang yang ada di sini saling bunuh dengan orang lainnya.

“I-ibu!”

“Dayoung, kemari! Lakukan ini! Sama seperti yang kau lakukan di kereta dengan ibu!”

Anak dan ibu.

Lalu, ada laki-laki paruh baya berwajah India.

“Dasar sampah!:

Tapi mereka tidak bisa melawan.

Jumlah orang yang tersisa di kelompok Cheoldoo lebih banyak, kekuatan tempur mereka juga lebih tinggi berkat perburuan manusia yang mereka lakukan.

Atau mungkin itu yang akan terjadi jika bukan karena aku.

Wush!

Tangan dan kaki dari anggota Cheoldoo yang berlari ke arahku terbang ke segala arah. Perasaan aneh saat aku memotong semua bagian tubuh itu bisa kurasakan dengan sangat jelas. Para anggota Cheoldoo yang sekarang kehilangan salah satu anggota tubuhnya itu pun menatapku dengan mata ketakutan.

“A-ampuni aku…”

Saat itu, seseorang bergerak ke depanku dan menusukkan pedangnya ke tubuh laki-laki itu.

“Aku sudah bilang, aku yang akan membunuhnya.”

[Semua syarat yang dibutuhkan untuk evolusi atribut ‘Crouching Figure’ sudah terpenuhi.]

[Atribut milik karakter ‘Jung Heewon’ mulai berkembang.]

Cahaya menyilaukan mulai menyelimuti tubuh Jung Heewon. Aku mengangguk mengerti. Saatnya sudah tiba.

[Atribut milik ‘Jung Heewon’ telah berubah menjadi ‘Judge of Destruction’ (Hero)]

Seorang hakim yang akan memusnahkan kejahatan. Salah satu dari tiga ‘hakim’ terbaik bangun dari atribut Crouching Figure.

[Kau telah memberikan kontribusi besar pada atribut ‘Crouching Figure’!]

[Karakter ‘Jung Heewon’ tidak akan ragu untuk menjadi pedangmu di masa depan.]

“Untuk sekarang, istirahatlah.”

Mata Jung Hewoon mengeluarkan pendar biru saat dia mengatakannya.

“Mereka adalah mangsaku.”

[Karakter ‘Jung Heewon’ mengaktifkan skill eksklusif ‘Judgment Time’.]

[Konstelasi dari sistem kebaikan absolut menyetujui penggunaan skill ini.]

[‘Judgment Time’ diaktifkan.]

Tubuh Jung Heewon memancarkan aura membunuh dan pedang yang dia bawa mengeluarkan cabang-cabang mengerikan. Gerakan kendo yang dia gunakan untuk bergerak diantara anggota Cheoldoo terlihat ringan tapi kuat. Darah pun muncrat ke segala arah.

“Aaaagh!”

Yang ada di hadapanku saat ini adalah pembunuhan secara sepihak. Tentu yang bertarung bukan Jung Heewon seorang. Yoo Sangah, Lee Hyunsung, dan bahkan Lee Gilyoung juga melindungi posisi mereka masing-masing. Tapi tidak ada yang bertarung seaktif Jung Heewon.

Wanita itu terlihat seperti seseorang yang terlahir demi membunuh, Jung Heewon terus membunuh dan membunuh. Jika aku memotong lengan seseorang, Jung Heewon akan menusuk dadanya. Jika aku memotong kaki seseorang, Jung Heewon akan menggorok tenggorokan mereka.

Jung Heewon mengatasi semua orang yang kubiarkan hidup. Dia bergerak tanpa ragu, seperti seseorang yang sudah lama menginginkan saat seperti ini.

“…”

Seluruh tempat ini dipenuhi dengan darah.

Satu-satunya orang yang tersisa dari kelompok Cheoldoo adalah Cheon Inho. Tapi, bagian tubuhnya sudah dilukai oleh banyak orang yang sudah dia tipu. Jung Heewon menatapku dan aku menganggukkan kepala. Cheon Inho tertawa saat dia menatapku.

“Hu, huhu… k-kau…”

Dia tidak pernah berhenti berbicara. Jung Heewon berjalan ke belakang tubuhnya dan menebasnya dari atas hingga bawah menjadi dua bagian.

[Semua konstelasi di dalam channel merasa sangat senang.]

Akhirnya semua orang berhenti bergerak. Pertarungan sudah selesai, tapi mereka tidak bisa merasakannya.

Waktu dimana mereka menyantap daging bakar, waktu dimana mereka bisa mengetahui arti hidup ini, bercanda saat berjalan bersama, dan kesempatan untuk merasakan kedamaian  terasa seperti mimpi belaka.

Skenario sialan.

Yoo Sangah menangis. Lee Gilyoung menutup matanya. Lee Hyunsung menggigit bibirnya hingga berdarah. Jung Heewon yang kelelahan langsung duduk di tengah genangan darah.

Ya, inilah kebenaran dari dunia ini.

[Pembayaran karena telah berhasil bertahan hidup akan segera dimulai.]

suara dentingan muncul di atas kami. Mereka yang memiliki koin akan selamat dan mereka yang tidak berhasil mendapatkan koin sekarang telah mati. Tidak ada orang yang bisa menyelamatkan orang lain di sini.

Aku berkata pada orang-orang itu.

“Semuanya, bangun.”

Meski aku mengangkat kepalaku, aku tidak akan bisa melihat langit. Aku menatap langit-langit terowongan untuk beberapa saat serta mencoba untuk menolak takdir memuakkan ini.

Konstelasi yang sejak tadi ramai, sekarang mereka semua terdiam.

“Skenario baru saja dimulai.”

Saat orang-orang sedang memikirkan kata-kataku, aku juga sedang memikirkan soal skenario berikutnya. Pikiranku terasa sangat jernih saat aku membaca dari satu halaman ke halaman berikutnya.

Aku sudah mendapatkan semua yang kubutuhkan dari stasiun Gumho. Panggung yang selanjutnya adalah Chungmuro.


Chapter 23     Daftar Isi     Chapter 25


Komentar

Postingan Populer