I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 209
Disclaimer: not mine
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Rahang singa itu lebih besar dari apa yang bisa kau
bayangkan. Jika kau menjulurkan tanganmu ke sana, tidak akan ada yang bisa
menyelamatkannya lagi.
Surainya yang lebat, taringnya yang besar dan kuat, dia
benar-benar layak disebut sebagai raja hutan.
… Tidak, itu adalah gambaran singa yang kubaca saat masih
kecil. Tapi sekarang akulah yang akan memburunya.
“Surainya malah kelihatan seperti kumpulan benang.”
Tatapan singa itu seakan mengejekku. Dia terus menyerangku
tanpa ampun sama sekali.
Apa aku sudah kelelahan ya…
Saat aku berhasil mengambil kesempatan, aku langsung melesat
ke arah kaki depannya dan menusuknya dengan pedang. Singa itu langsung jatuh di
tempat dengan suara debuman yang cukup keras.
Semua penonton terdiam selama beberapa detik dan kemudian
mereka berteriak penuh semangat.
“Anak itu berhasil melakukannya!”
“Aku tidak percaya. Apa ini mimpi?”
“Aku tidak percaya bocah sekecil itu bisa melakukannya!”
Tapi pertarunganku belum selesai. Aku harus membunuh singa
itu saat ini juga.
Aku berjalan mendekati singa itu sekali lagi dan menyadari
jika nafas singa itu sudah tersengal-sengal.
Kenapa kau menatapku dengan mata putus asa saat kau bisa lari
dan bersembunyi dariku? Apa kau benar-benar hewan buas?
Aku agak kelelahan, tapi sepertinya singa ini juga sangat
kelelahan.
“Aku kehabisan obat.”
Aku bisa mendengar gumaman seseorang yang berada di balik
pagar.
… obat?
Obat macam apa yang kau berikan pada hewan ini? Apa obat itu
membuat dia mengamuk dan menyerangku terus menerus?
Aku menyentuh surai singa itu dengan lembut dan mata kami
bertemu.
Suara di sekelilingku seakan menghilang dan aku merasa
seperti waktu berhenti untuk sesaat.
Aku merasa jika singa ini menatapku bukan dengan mata seekor
hewan buas, tapi dengan mata makhluk hidup yang sedang meminta tolong. Saat aku
menyentuh surainya, ingatannya pun mengalir ke dalam otakku.
Orang tua singa ini dibunuh oleh manusia saat dia baru saja
lahir dan dia langsung dibawa ke tempat ini untuk dijadikan tontonan. Kemudian
dia diberi sebuah obat secara paksa dan dibesarkan dengan penuh siksaan.
… Apa-apaan ini? Kenapa perasaannya terasa sangat sedih dan
menyakitkan?
Seekor singa yang seharusnya berlarian dengan bebas di dalam
hutan malah terperangkap di sebuah kandang kecil dan menerima siksaan yang
banyak dari manusia… Manusia adalah makhluk hidup yang bisa melakukan banyak
hal tidak termaafkan hanya untuk hiburan semata.
“Apa yang kau tunggu! Cepat bunuh dia!”
“Bunuh dia!”
Dunia ini memang sangat sempit. Aku juga kasihan kepadamu
karena sudah dijadikan mainan oleh orang-orang ini… Kurasa aku juga sama
sepertimu. Meski tubuhku sudah compang-camping dan terus bertarung, tidak ada
yang memujiku.
Tidak ada yang bisa kulakukan.
“Cepat bunuh!”
“Kau tidak bisa lihat ya!?”
Berisik…. Eh?
Tiba-tiba seluruh arena menjadi senyap dan tatapanku pun
mengarah pada raja.
… Ini adalah sebuah pertunjukan kekuasaan. Semua orang yang
ada di tempat ini langsung diam saat mereka melihat raja mereka mengangkat
tangannya, sebuah sinyal agar semua orang kembali diam. Dengan kata lain,
sebesar itulah kekuasaan yang dia miliki di sini.
“Jadi dia raja Ravaal?” gumamku sambil menatap raja yang
saat ini sedang menatapku dari singgasana kehormatannya itu.
Chapter 208 Daftar Isi Chapter 210
Komentar
Posting Komentar