I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 212

 Disclaimer: novel ini bukan punya saya.

🌵🌵🌵🌵

“Tunggu di sini.”

Tiba-tiba, di suatu pagi, seorang prajurit pergi ke ruanganku dan menuntunku ke tempat ini.

Aku tidak tahu di mana ini, tapi aku tahu jika istana di sini sangatlah luas.

Istana ini bahkan lebih besar dari istana yang ada di Duelkiss… darimana mereka bisa mendapatkan aset sebesar ini?

Aku menunggu di depan sebuah pintu yang terlihat sangat megah dan kokoh.

“Kenapa aku tidak bisa mengambil alih anak itu!”*
*) like always. Saya rubah dikit biar rada nyambung. Menurut saya nih, mungkin si pangerah ini ingin mengambil alih kendali untuk memerintah Alicia dari ayahnya (si raja). Jadi ceritanya, karena yang ‘mungut’ Alicia ini raja jadi hanya raja yang bisa memberikan perintah ke dia, and si pangeran ingin mencegah hal itu terjadi. So, begitulah…

Pintu ini, jangan bilang…

Suara dari dalam sana bergema di telingaku. Sesaat kemudian aku bisa mendengar suara dari si prajurit.

“Itu semua karena yang mulia raja sudah membuat keputusan.”

“Ayah itu! Dia terlalu bebas! Kenapa dia mau-maunya mengambil anak sekecil itu?”

“Tapi pangeran Viktor! Anda juga lihat pertandingan kemarin, kan? Saya yakin anak itu akan sangat berguna.”

Oh, jangan puji aku seperti itu, pak prajurit.

Kalau aku boleh mengiklankan diriku sendiri, aku pasti bilang jika aku memiliki kekuatan dan teknik yang cukup bagus. Terlebih lagi aku adalah seorang wanita jahat yang memenuhi syarat untuk dideportasi… Yah, sebenarnya ini berkat kerja keras Duke-sama, sih.

“Justru karena itu. Ini pasti akan menimbulkan masalah besar.”

… Oh, kupikir dia itu pangeran bodoh dan arogan, tapi sepertinya tebakanku salah.

“Apa yang anda maksud?”

“Coba pikirkan lagi. Apa kau pikir orang dengan kemampuan seperti itu akan berakhir di arena karena alasan sepele?”

Karena aku bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas, aku mulai berpikir. Apa mungkin pintu ini tidak sekuat dan setebal kelihatannya? Oh, atau mungkin telingaku lebih baik daripada orang biasa?*
*) ada 1 kalimat yang saya gabung di sini. Jadi kalo ada perbedaan dengan versi traslasi mesin googlenya maaf, oke!

Aku tidak tahu karena aku tidak pernah membandingkan telingaku dengan telinga orang lain.

Kemarin saja aku bisa mendengar percakapan beberapa orang yang berjarak lumayan jauh dariku… kalau begitu, telingaku yang memang lebih sensitif, iya kan?

“Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan yang mulia?”

“Ini memang menyebalkan, tapi aku tidak bisa melawan keputusan ayah.”

“… Apa anda akan menemuinya?”

“Ya.”

Setelah aku mendengar respon positif dari pangeran, pintu yang ada di depanku pun terbuka. Prajurit yang ada di dekatku mencubit tanganku sebagai sinyal jika aku sudah boleh masuk ke dalam.

Tegakkan punggungmu… kau tidak boleh terlihat lemah. Kau bukan perempuan di sini. Pikirku sambil mengingatkan diriku sendiri.

Aku pun berjalan memasuki ruangan itu perlahan lahan.

Yang ada di depanku adalah seorang pangeran dengan potongan rambut pendek. Kalau ku lihat dengan seksama, wajahnya terlihat luar biasa tampan.

Heran deh, kenapa semua pemuda tampan di dunia ini punya bulu mata sepanjang dan selentik itu!? Apa dia jerapah di kehidupan yang sebelumnya!? Kalau begini posisiku sebagai wanita cantik bisa terancam!

Game ini benar-benar… hei! Kau tidak perlu membuat semua orang terlihat secantik ini! Memang benar wajah seperti ini bisa membuat semua wanita sesak nafas, tapi aku tidak pernah memintanya, oke!

“Yo, nak.”

Laki-laki yang sedang duduk di kursi dengan kaki di atas meja itu memanggilku dan berusaha memberikan tekanan padaku.

Kata-katanya juga menggambarkan rasa marah yang tertera jelas di wajahnya.

Tiba-tiba keadaannya jadi penuh tekanan seperti ini. Baiklah, kuterima tantanganmu.


Chapter 211     Daftar Isi     Chapter 213


Komentar

Postingan Populer