I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 66
Disclaimer: I own nothing
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Alicia, kami sudah mendapat izin agar Gilles bisa diterima sebagai siswa di akademi sihir." kata ayahanda beberapa hari kemudian.
Ya! Bagus sekali! Aku harus segera menyampaikan kabar ini pada Gilles.
Oh, iya juga... apakah aku boleh mengatakan kepadanya jika aku akan berperan sebagai seorang wanita jahat? Gilles kan akan menjadi asistenku.
"Ayahanda, apa tidak apa-apa jika Gilles tahu soal tugasku sebagai pengawas Liz-san?"
"Ya. Karena kau akan bekerja sama dengannya. Dia harus melakukan banyak hal untukmu selama misi ini berlangsung, jadi dia harus tahu apa yang sedang terjadi. Karena itu kau boleh memberi tahunya, dan juga berikan ini kepadanya." kata ayahanda sambil memberiku sebotol cairan berwarna pink.
"Apa ini?"
"Siapapun yang meminumnya bisa melewati dinding kabut yang membatasi desa itu dan dunia luar."
Ah, jadi begitu. Sepertinya ayahanda juga tahu dengan keberadaan dinding yang membatasi desa itu.
"Terima kasih." kataku sambil membungkukkan badan. Setelah itu aku berjalan meninggalkan ruangan.
"Ali, apa kau tidak menyesali keputusanmu ini?"
"Tidak. Tidak sama sekali." kataku sambil tersenyum.
"Aku mengerti." gumamnya. Alisnya mengkerut dan dia tersenyum sedih. Tanpa mengatakan apapun, dia menyuruhku pergi dan aku pun keluar dari ruangan itu.
Kenapa ayahanda berekspresi seperti itu?
... Apa itu karena dia khawatir pada anak perempuan manisnya?
Tapi semua akan baik-baik saja, ayahanda. Aku sangat puas dengan misi kali ini.
XXX
Sesaat setelah matahari terbenam, aku langsung bergegas menuju desa Roana tempat kakek Will dan Gilles berada.
Sekarang aku sama sekali tidak merasa ketakutan saat melewati jalanan hutan saat malam hari. Sungguh menakjubkan seberapa cepatnya seseorang berubah karena telah terbiasa dengan sesuatu.
Setelah melewati dinding kabut, aku langsung berjalan ke arah rumah kakek Will. Tapi belum jauh aku berjalan, aku merasakan sesuatu mencengkram kakiku dengan keras.
Aku terdiam selama beberapa detik. Tapi kemudian aku menenangkan diriku dan melihat apa yang ada di bawahku.
Sesosok tangan kotor yang hanya terlihat seperti tulang dan kulit sedang mencengkram kakiku dengan kuat... tangan itu terlihat sangat kurus hingga aku tidak percaya jika dia bisa mencengkramku dengan sekuat ini.
"To... tolong.. aku..." suara serak dan lirih itu sampai di telingaku.
Aku tidak bisa melihat sosok itu dengan jelas karena gelapnya malam dan kondisi tubuhnya yang sangat kotor. Tapi dari suaranya aku yakin jika dia adalah wanita. Bau yang keluar dari tubuhnya sudah cukup untuk membuatku mengeluarkan air mata. Baunya sangat amat bikin mual.
Tanpa sengaja, tanganku pun menutupi area hidung. Meskipun aku sudah terbiasa dengan bau seperti ini, berada di dekat sumbernya membuatku tidak kuat lagi.
Apa yang harus kulakukan dengan tangan yang mencengkram kakiku ini?
Otakku serasa mau meledak.
Seorang wanita jahat tidak akan melakukan sesuatu hanya karena emosi semata, dia harus memiliki alasan kuat untuk melakukannya. Jadi apa yang akan dilakukan seorang wanita jahat di situasi seperti ini...?
Dia pastinya tidak akan menyakiti seseorang yang lebih lemah darinya, iya kan? Maksudku, bukannya mereka biasanya baik pada orang lemah dan melawan orang-orang yang kuat? Itu adalah alasan yang kugunakan untuk melawan Liz-san. Tapi wanita yang ada di bawahku ini terlihat sangat lemah... seorang wanita jahat pasti akan membantunya.
Aku meletakkan tanganku di atas tangannya.
"Semuanya akan baik-baik saja." kataku menyakinkannya, setelah itu aku mengangkat tubuhnya.
Dengan segala macam latihan yang kulakukan hingga saat ini, menggendong wanita ini ala tuan putri sama sekali bukan masalah besar.
Meskipun begitu... wanita ini terlalu ringan. Walau dia terlihat lebih tua dariku, dia terasa lebih ringan dariku. Sungguh menakjubkan jika dia bisa hidup hingga detik ini.
Aku berhati-hati agar tidak terlalu banyak menggoyang tubuhnya saat aku berlari ke arah plaza.
Komentar
Posting Komentar