I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 54
Disclaimer: Novel ini bukan punya saya, tapi terjemahan di blog ini iya >.<
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Apa!? Apa yang Albert-oniisama pikirkan!? Aku sama sekali tidak punya niat menjad teman Liz-san. Jika kami menjadi teman baik, aku akan langsung gagal menjadi seorang wanita jahat.
"Sempurna! Aku memang ingin menjadi teman Alicia-chan!" kata Liz-san sambil tersenyum manis ke arahku.
Sudah kuduga. Aku tidak kuat melawan ekspresi seperti itu. Tolong jangan pernah berharap aku bisa menyukaimu hanya karena kau tersenyum manis seperti itu kepadaku.
"Tapi aku tidak punya niat untuk berteman denganmu, Liz-san."
Saat dia mendengar kata-kataku, senyumnya menjadi kaku lalu dia mengedipkan mata emerald bulatnya ke arahku.
"Alicia-chan, apa aku sudah melakukan kesalahan padamu?"
Tidak, tidak sama sekali. Tapi kau ini heroine dan aku wanita jahat. Harusnya kita berdua saling berseteru, selalu siap bertarung kapanpun dan di manapun.
"Kita berdua pasti tidak akan bisa menjadi teman."
Sebuah tanda tanya muncul di benak mereka semua.
Hm? Apa aku mengatakan sesuatu yang tidak terduga?
"Ali, itu hanya karena kalian berdua belum pernah ngobrol. Jadi tidak mungkin kau bisa tahu kau bisa menjadi temannya atau tidak." kata Albert-oniisama menyemangatiku. "Jadi kenapa kalian tidak berjalan-jalan berdua sebentar? Kalian harus mengenal satu sama lain?"
Kedengarannya sangat tidak berguna buatku. Aku tidak yakin jika kami punya sesuatu yang bisa dibicarakan selama beberapa jam.
Tapi, jika pilihanku adalah berbicara dengannya di sini, sekarang juga... atau aku harus pergi kencan dengannya di kota, sudah pasti aku akan memilih pilihan pertama.
"Jika kami tidak perlu pergi jalan-jalan ke kota, aku bersedia berbicara dengan Liz-san sekarang."
Wajah Liz-san bersinar saat mendengar kata-kataku. Albert-oniisama juga menghela nafas lega saat mendengarnya.
Mereka ingin aku berbicara dengannya sampai seperti ini?
"Alicia-chan, kue apa yang kau sukai?"
"Macaron."
"Macaron! Aku juga suka itu! Lalu, bagaimana dengan bunga cantik?"
Aku merasa penggunaan kata 'bunga cantik' mu itu agak aneh. Kenapa kau perlu menambahkan kata 'cantik' setelah kata 'bunga'?
"Aku tidak begitu tertarik dengan bunga."
"Oh... begitu... Aku sangat suka bunga aster liar."
Tentu saja kau suka bunga itu.
"Bahasa bunga dari aster liar juga sangat menakjubkan."
""Cinta sejati.""
Liz-san terlihat terkejut saat aku mengatakan hal yang sama dengannya.
"Bunga itu juga melambangkan ketulusan, kepercayaan, dan keyakinan. Liz-san, arti dari bunga itu sangat cocok denganmu." kataku sambil tersenyum. Aku mencoba untuk terdengar se-sarkas mungkin. Meskipun begitu, aku tahu jika sarkasmeku tidak akan dirasakan olehnya.
"Meskipun kau bilang kau tidak tertarik pada bunga cantik, kau tahu apa arti dari bunga-bunga itu?"
"Aku pernah membacanya di buku."
"Kalau begitu, saat kau sedang membaca, apa tidak pernah melihat sebuah bunga yang sangat kau sukai?"
Seperti yang kukatakan tadi, aku sama sekali tidak tertarik dengan bunga. Tanaman obat? oke lah, tapi bunga? no way lah.
Tapi sekarang Liz-san sedang melihatku dengan mata berbinar. Aku tidak bisa menghancurkan harapannya begitu saja kan?
"Aku suka bunga lily of the valley." kataku sambil tersenyum.
"Dalam bahasa bunga, lily of the valley punya arti kesucian dan kebahagiaan yang akan kembali sekali lagi. Itu adalah bunga dengan arti yang sangat indah."
"Ya. Aku merasa bunga itu sangat indah, tidak perduli arti atau fakta bahwa itu adalah bunga beracun yang bisa membunuhmu dengan cepat."
Seluruh ruangan kembali sunyi sekali lagi. Bahkan ekspresi bahagia Liz-san berubah menjadi tidak nyaman.
Itu adalah jawaban yang pasti dikatakan oleh wanita jahat, iya kan? Aku sepertinya bisa membuat wajah cantik itu berkerut dengan mudah. Ini semua berkat buku itu!
Syukurlah aku membaca buku bunga itu. Aku pikir aku tidak akan pernah menggunakan pengetahuan itu selamanya. Aku juga tidak pernah berpikir jika pengetahuan soal bunga bisa membantuku menjadi seorang wanita jahat. Tapi sepertinya hal itu memang sangat berguna.
Aku selalu bisa membuat mereka terkejut dengan trik yang kumiliki.
"Alicia-chan, apa warna favoritmu?"
Liz-san mencoba memulai pembicaraan sekali lagi.
Meskipun senyum gadis itu terlihat lebih alami dari beberapa detik yang lalu, ekspresinya masih terlihat agak kaku.
Berapa lama lagi dia ingin menginterogasiku seperti ini?
Komentar
Posting Komentar