NGNL Vol. 6 Chapter 2 Part 3
Disclaimer: Not mine
XXXX
Game itu berjalan secara sepihak. Riku yang tidak pernah
mendapatkan cara untuk menang pun harus kalah setelah 29 giliran. Tepat seperti rencananya.
“Sialan, kau menang…. Sepertinya aku memang harus membawamu
ke desa.”
Tidak mungkin Riku bisa mengalahkan mesin yang memiliki
kemampuan komputasi tingkat tinggi dan bisa membuat sebuah permainan yang sempurna.
Karena itulah dia mengajukan syarat yang lebih menguntungkan untuk pihak yang
kalah.
“…..”
Riku—dengan sebuah senyum yang terlihat menyesal—pun berdiri
dari duduknya dan mengamati Ex-Machina itu.
Ajaibnya, semua berjalan sesuai keinginannya. Riku masih
tidak tahu apa yang diinginkan Ex-Machina itu, tapi menggunakan strategi level
tinggi untuk melawan manusia sangatlah sia-sia. Jika Ex-Machina ini hanya orang
gila yang tertarik pada umat manusia—dengan kata lain Ex-Machina lainnya tidak
memiliki ketertarikan yang sama—maka mereka (manusia) belum mendapatkan
perhatian dari ras manapun. Dan lagi, game ini sama sekali tidak memiliki
kekuatan untuk mengikat salah satu pihak, jadi Riku belum boleh…
“Pertanyaan: apa
alasanmu memperlihatkan ekspresi menyesal
seperti itu?”
“…. Apa?”
Dalam sekejap, Riku langsung menahan nafasnya. Apa Ex-Macina
itu tahu jika Riku sedang berakting? Begitu pikir Riku…. ‘Tidak. Dia tidak mungkin tahu.’. Riku sudah menutup seluruh
perasaannya untuk memainkan karakter ini. Riku saja hampir tidak bisa
mengetahui apakah yang dia katakan bohong atau tidak. Tapi jiga gadis
Ex-Machina di depannya ini bisa melihat hal yang tidak bisa dia lihat, maka…
Saat gadis itu melihat ke dalam mata RIku yang seakan tidak
bisa memantulkan cahaya apapun, dia berkata dengan santai.
“Kepastian:
keberadaan ‘hati’ dikonfirmasi. Subjek dinyatakan layak untuk analisis lebih
lanjut.”
Riku tahu apa arti kalimat itu. tapi di matanya wajah
Ex-Machina itu terlihat seperti sedang tersenyum tipis…. Apa itu hanya
imajinasinya saja?
“…. Ah, ngomong-ngomong kita belum memperkenalkan diri, iya
kan?”
Riku hampir melupakan hal itu, dan semua itu disebabkan oleh
kemunculan Ex-Machina yang ada di depannya.
“Uh, namaku RIku. Dan kau…?”
“Jawaban: Üc207Pr4f57t9.”
….
“…. Huh? Uh, apa? Apa itu…. namamu?”
“Pembenaran:
nomor identifikasi unit…. Sinonim dengan ‘nama’?”
“…. Oke. Jika kau ingin berkomunikasi dan dipahami oleh orang
desa, kau harus menggunakan nama yang terdengar manusiawi, kalau tidak…”
Gadis itu bergumam selama beberapa detik dan kemudian bertanya.
“Pertanyaan:
‘nama’ adalah unit identifikasi yang bebas?”
“Yah… kurasa seperti itu.”
Gadis itu mulai berpikir keras hingga menimbulkan bunyi garukan
pelan. Beberapa saat kemudian, dia mengarahkan telunjuknya pada rambutnya dan
berkata:
“Jawab:
nama unit ini adalah Schwarzer.”
“Tidak. Terlalu susah dilafalkan, tidak mudah dimengerti, dan itu
tidak kedengaran seperti nama. Aku tidak setuju…. Kalau begitu kita akan
memanggilmu Shuvi.”
Riku langsung menolak usulan Ex-Machina itu. Tapi... mungkin ini
hanya bayangannya, tapi…
“….
Keanehan: kebebasan dibatasi…. Penolakan: user bisa memanggil unit ini dengan
bebas sejak awal.”
Di mata Riku, Ex-Machina itu lebih terlihat sedang menggerutu.
Mungkin semua itu hanya imajinasinya saja, pikir RIku.
“Baiklah, aku akan mulai berkemas. Setelah itu aku akan membawamu
ke desa. Tapi…”
Riku menunjuk Ex-Machina itu dan berkata dengan hati-hati.
“Kau tidak bisa menganalisis hati jika mereka tahu kalau kau
adalah Ex-Machina. Mereka akan merasa ketakutan dan tidak akan mau berbicara
denganmu.”
“….
Dipahami.”
Setelah Riku melihat anggukan kepala dari Ex-Machina yang dia
namai Shuvi itu, dia melanjutkan kata-katanya.
“Jadi, karena sekarang kau sudah punya nama, kita harus
memperbaiki cara bicaramu yang sangat mirip mesin itu.”
“…. Laden:
virtual personality 1610…”
Shuvi mendongakkan kepalanya, wajahnya terlihat kosong selama
beberapa detik dan kemudian dia berkata:
“…. He he
he, kalau begitu aku akan memanggilmu ‘kakak’~! Apa kau suka dengan karakter
ini~~?”
“Apa kau sedang mempermainkanku? Ditolak.”
Yang barusan dilakukan Shuvi adalah menambahkan aksen pada nada
monotonnya. Otomatis Riku langsung menolaknya.
“….
Bantahan: unit menggunakan sumber berbeda untuk melakukan pengukuran karakter…”
“Kau pikir aku akan melambaikan tanganku ke arah semua orang dan
berkata kalau aku sebenarnya punya adik perempuan?”
“….
Permintaan: menyediakan scenario paling optimal.”
Riku berpikir jika mungkin Shuvi memang benar-benar merajuk
sekarang, tapi Riku tidak menghiraukannya dan mulai berpikir dengan serius.
Jujur saja, dia pergi selama 5 hari tanpa memberi tahu Couron. Dan sekarang dia
pulang sambil membawa seorang gadis.
Scenario yang paling mungkin…
“…. Baiklah. Kau adalah anak yang selamat dari sebuah desa yang
baru saja hancur karena serangan nyasar dari ras lain yang sedang berperang.”
“…..”
“Kau adalah anak pemalu yang tidak banyak bicara. Kata-katamu
lebih terdengar seperti gumaman pelan. Akan gawat jika mereka sampai menanyakan
masa lalumu, jadi jangan berbicara jika kau tidak perlu melakukannya. Jangan
gunakan nada seperti mesin penjawab seperti itu saat berbicara. Bagaimana
pendapatmu?”
Shuvi menyerap semua kata-kata Riku dan meresapinya.
“…… Mm.”
Mungkin perenungan gadis itu memakan waktu 10 detik atau bahkan
mungkin lebih. Tapi setelah berpikir keras, gadis Ex-Machina itu—Shuvi—pun
menganggukkan kepalanya.
Dengan pengarahan dari RIku, ekspresi mesin yang sebelumnya
terlihat palsu itu mulai menghilang secara perahan. Perlahan gadis itu membuka
mulutnya dan…
“…. O-ke…. Bagaimana… dengan ini…?”
Ekspresi natural tiruannya itu sangat tidak masuk akal…. Dia
bahkan bisa menunjukkan ekspresi yang tepat sesuai permintaannya. Riku tidak
bisa berkata apa-apa selama beberapa detik.
“Oi…. Apa ini akting?”
Di mata Riku, Ex-Machina yang ada di depannya seakan barusaja
melakukan transformasi. Jika bukan karena bagian tubuh mesinnya yang masih
terpampang jelas, Riku pasti akan mengira jika gadis di depannya itu adalah
manusia sama sepertinya. Ekspresinya sangat natural hingga terasa mengerikan,
dan hal itu membuat Riku teringat pada sesuatu. Shuvi yang mendengar
pertanyaannya pun menggelengkan kepalanya dengan pelan dan berkata.
“…. Akting? Tidak… aku meniru… membuat… sebuah personalitas… untuk
mendukung… nilai spesifik yang… kau jelaskan…”
Riku tidak mengerti apa maksud perkataan Shuvi, tapi dia tahu jika
Shuvi pasti merasa jika dirinya tidak akan dikira mesin jika bersikap seperti
itu. Kalau begitu, sisanya…
“Baiklah. Bagaimana kalau kau mengenakan baju sekarang. Oh,
akhirnya.”
Ya. Tidak peduli bagaimana pintarnya dia menjaga rahasia lewat
kata-kata dan ekspresi, seorang gadis tidak mungkin berjalan dengan tubuh
telanjang.
“Tutupi bagian mesinmu. Tutupi kepalamu dengan tudung. Dengar,
jangan menunjukkan tubuhmu pada orang lain.
Shuvi langsung merespon perkataan Riku, “…. Mm. aku… tidak akan…
memperlihatkannya. Hanya untuk… Riku…”
…
“Kurasa kau gagal menangkap pesanku, tapi… baiklah. Anggap saja
aku memang berkata seperti itu.”
Saat Riku melihat gambar besarnya, dia bisa menebak kericuhan yang
akan terjadi di desa. Karena dia masih merasa tidak nyaman dengan makhluk yang
sedang mengekorinya itu, Riku memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanannya
ke reruntuhan dan memilih untuk pulang ke desa. Tentu dengan membawa sebuah
hadiah yang sama sekali tidak dia inginkan.
Chapter 2-2 Daftar Isi Chapter 2-4
Komentar
Posting Komentar