NGNL Vol.6 Chapter 1 Part 5

 Disclaimer: not mine

XXXX

Sudah lima tahun sejak saat itu, sejak Riku yang berumur 13 tahun dan mengemban misi sebagai kepala desa dari 2000 manusia. Mereka yang meninggal selama lima tahun itu berjumlah 48 orang. Couron berpikir… jumlah itu sangat sedikit. Tapi Riku tidak melihatnya. Dan meski dia melihatnya, tanggung jawab karena sudah membuat mereka mati terus membebani dan menghancurkan hatinya. Semua 48 orang itu kehilangan nyawa mereka selama ekspedisi berlangsung. Di sebuah desa yang jumlah penduduknya 2000 jiwa dan sepertinya akan segera bertambah ini…. Biasanya mereka akan kehabisan makanan hanya dalam dua tahun pertama. Dan jika keberadaan mereka diketahui ras lain, ratusan—bahkan ribuan dari mereka yang akan mati dalam sekejap. Bisa menekan jumlah kematian hingga 48 orang saja telah membuktikan kompetensi kepemimpinan Riku.

…. Karena itu mereka mempercayainya.

…. Dan karena itu mereka rela meletakkan nyawa mereka di pundaknya.

Tapi terkadang mereka lupa. Dan setiap kali mereka mengingatnya, mereka akan merasa bersalah lalu mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf. Kata-kata Marta beberapa saat yang lalu juga sebuah pengakuan akan hal itu.

…. Pengakuan bahwa sabit dewa kematian juga menggantung di leher Riku, sama seperti mereka. Tapi beban di leher pemuda itu lebih berat daripada leher 2000 orang yang ada di gua ini.

 

Saat Riku keluar dari kamarnya, Couron mencoba sebisa mungkin untuk berpura-pura tidak melihat luka yang ada di tangan RIku.

“Riku, kau luar biasa…. Kau sudah melakukan semua yang kau bisa. Kakak akan berjanji…”

“Berhenti menghiburku. Aku mau mandi.”

Sinar mata Riku masih terlihat kelam. Couron yang tidak bisa menahan rasa sedihnya pun hanya bisa memeluk pemuda itu. Ini adalah batasnya. Menjadi obor harapan bagi 2000 orang di dunia seperti ini… tidak mungkin bisa dilakukan. Jika begini terus, adiknya—Riku tidak akan bisa bertahan!

“Hei…. Couron.”

“…. Aku sudah bilang panggil aku kak Couron…. Ada apa?”

“Kapan semua ini akan berakhir? Di generasi kita kah?”

Seseorang pernah berkata padanya: cuaca buruk akan memberi jalan pada langit cerah. Sedangkan malam akan memberikan jalan pada siang. Tapi apakah manusia bisa melihat langit biru yang tidak dikotori oleh abu hitam? Siapa yang pernah melihat apa yang ada di balik langit yang dipenuhi abu? Apa mereka bisa melihat matahari? Ya, suatu hari perang ini akan berakhir—perang ini tidak mungkin terjadi selamanya. Tapi…. Menurut semua ingatan yang dimiliki manusia, mereka tidak bisa mengartikan perang ini... sebagai sesuatu yang bukan abadi.

+++

“Jadi mereka bertanya pada diri mereka sendiri: Kapan—hey, uh, a-wa-wa-wa-wa…? A-apa yang terjadi!?”

Tet yang sedang menceritakan kisah yang terjadi di zaman dahulu itu sekarang berteriak karena panik.

“K-kau sialan, desu…. Kau menceritakan kisah mengerikan ini, hik, untuk membuatku menangis, jadi aku tidak bisa menang desu, hik.”

“Ma-maaf! Sepertinya cerita ini terlalu berat untukmu!”

Tapi saat Tet meminta maaf pada Izuna, air mata yang jatuh dari gadis Werebeast ini membuatnya berpikir: rasa empati untuk menangisi sebuah cerita tidak dikenal—adalah sesuatu yang baru. Faktanya, saat dia menceritakan cerita yang sama kepada ras lainnya, reaksi yang dia dapatkan kebanyakan adalah diusir dengan komentar ‘Tentu saja.’. Bahkan sekarang, lebih dari 6000 tahun kemudian, semua ras masih membenci satu sama lain. Seorang gadis kecil yang bisa merasa sedih dan mengatakan jika ini cerita mengerikan…. Itu adalah perasaan gadis ini yang sebenarnya.

“Maaf. Tapi ini cerita yang benar-benar terjadi…. Kisah ini terjadi saat Perang Besar masih berkecamuk.”

“…. Ivan sialan itu… mati, desu…”

“Ya. Dia mati. Immanity tanpa 10 Perjanjian… bisa mati hanya karena satu kibasan tangan Demonia… ah, tidak.”

Tet melanjutkan kata-katanya dengan nada yang lebih rendah.

“Bahkan satu gigitan dari Werebeast saja bisa membunuh mereka…. Mereka adalah makhluk terlemah di planet ini.”

“….! Aku tidak akan pernah…!”

Melakukannya—itu yang ingin dikatakan Izuna, tapi Tet terkesan karena gadis itu tidak jadi mengatakannya. Tidak…. Dia tidak mengatakannya karena dia sendiri tidak yakin jika dia tidak akan pernah melakukannya. Gadis ini sangat jujur dan pintar. Apa itu berbeda dari apa yang telah dia lakukan pada Elkia di dalam game? Dia tahu itu. Dan dia merasakan jika semua itu sangat absurd. Jika semua itu salah.

“…. Itu salah, desu…. Benar-benar omong kosong, desu…”

“Ya—seperti yang kau katakan. Dunia ini sudah gila.”

Benar. Tepat. Wajar. Entah seaneh apa alasannya. Jika perasaan seorang anak kecil bisa menerimanya sebagai suatu kewajaran…. Maka itu adalah hal yang sangat menjijikkan.

“Tapi, hei! Tidak ada yang suka dengan cerita yang terlalu sedih, iya kan? Kenapa kita tidak langkahi saja bab ini.”

Tet yang berusaha menceritakan suasana itu pun mengusap air mata Izuna.

“Apa kau pernah dengar tentang Ex-Machina?”

“…. Exceed peringkat 10… Ex-Machina, desu…. Jangan anggap aku bodoh, desu…”

“Hm. Kau memang benar-benar pintar! Kau sepertinya juga sudah belajar banyak. Anak baik, anak baik.”

Tet menepuk-nepuk kepala Izuna yang sedang mendengus. Dewa itu tetap menepuk kepala Izuna sambil meneruskan ceritanya.

“Kau benar. Ex-Machina… adalah ras mesin hidup. Sebuah ras yang terdiri dari mesin. Dia diciptakan oleh Old Deus yang ‘tidak aktif’ sejak lama…. Seorang Old Deus yang sangat tua hingga keberadaannya dilupakan oleh para Ex-Machina…”

“…. Kakek pernah menceritakan mereka, desu. Kakek bilang mereka tidak pernah terperangkap ke dalam pola serangan yang sama dua kali, desu. Jadi selama perang, ras yang bisa melakukan… ‘bunuh diri’?... hanya Flügel dan Ex-Machina, desu. Jadi…”

Benar, itu apa yang dikatakan kakek, pikir Izuna.

“…. ‘Jangan mencari masalah dengan para bajingan sialan itu’, desu.”

“Kau dapat nilai sempurnaaaaaa!! Izinkan aku mengelus kepalamu lagi!”

Tet mengelus kepala Izuna sekali lagi. Lembut lembut lembut lembut lembut.

“Jadi, ya, Ex-Machina. Suatu hari, Riku bertemu salah satu dari mereka…”

BRAK! Izuna melompat seperti kucing dan langsung menjauhkan diri dari Tet.

“…. Ya, jadi pemuda itu, Riku, bertemu langsung dengan Ex-Machina yang mengerikan itu. Dia diserang tiba-tiba. Dengan kecepatan yang bahkan tidak bisa dilihat dengan indera milik Immanity, kau tahu.”

“Aku-aku-aku pikir kau tidak akan mengatakan cerita mengerikan, desu!”

“Eeeeh? Aku sudah bilang kalau tidak ada orang yang suka cerita sedih, jadi aku melompatinya?”

“Aku tidak dengar! aku tidak dengar, desu!”

“Kau bisa menutup telingamu kalau mau. Tapi itu tidak akan berhasiiiiilll. Ex-Machina itu menembak Riku dengan Lauwapokryphen. Itu adalah senjata yang didesain agar bisa meniru mantra Elf—mantra yang bisa menciptakan puluhan pedang vakum yang bisa menebas apa saja….!”

“Hyuuuuuuughh!!!”

“Abu hitam yang menempel di jubah Riku pun berterbangan dan semua peralatan yang dia bawa hancur berkeping-keping. Dia juga sampai terbang beberapa meter ke udara…”

“Aaaaaah, aaaaaahh, aku tidak dengar, desu!! Aku tidak dengar, desuuu!!!!”

“Dan kemudian…. Dia mendekati Riku yang terbaring di tanah…”

“Myaaaaaaaaaaaaaaahhhh!!!!!”

“…. Dan dia mencium Riku dan kemudian berkata, “Oniisan, aku tidak tahan lagi. Jadikan aku wanita seutuhnya.”

…..?

“Bu-bukannya kau bilang dia tercabik-cabik menjadi banyak bagian kecil, desu?”

“Huh? Yang kukatakan jubah Riku dan peralatannya yang tercabik-cabik, iya kan? Kalau Riku, dia baik-baik saja~.”

Untuk pertama kalinya, Izuna merasa ingin memukul seseorang hingga babak belur.


Chapter 1-4     Daftar Isi     Chapter 2-1

Komentar

Postingan Populer