I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 193
Disclaimer: novel ini bukan punya saya.
Setelah lama nggak update cerita ini, akhirnya saya bisa kembali lagi. semoga menikmati para pembaca sekalian.
ππππππ
Tempat ini kelihatan seperti checkpoint.
Aku melihat sekeliling saat para prajurit menuntunku menuju
ke suatu bangunan. Bangunan itu terlihat lumayan bagus, tapi beberapa bagian
memang harus diperbaiki.
Aku merasa sedikit terkesan saat mengamati bagian dalam
bangunan ini. Rasanya tidak ada orang biasa di tempat ini. Jumlah orang yang
bekerja juga bias dibilang lumayan sedikit untuk bangunan sebesar ini.
Tentu ini hal yang normal karena hampir tidak ada yang
menggunakan checkpoint ini.
“Kau kotor sekali, nak.”
“Bukannya dia dari wilayah miskin?”
“Dia masih kecil, tapi dia terlihat kasihan.”
“Jangan dilihat terus.”
Aku bisa mendengar percakapan mereka dengan sangat jelas.
Menatap orang lain dengan sembunyi-sembunyi dan kemudian
menilai jika orang tersebut patut dikasihani adalah sikap yang sangat kasar.
Mereka tidak punya hak untuk menentukan hal seperti itu.
“Apa kau dideportasi?”
“Apa yang akan dilakukan anak itu di sana nanti?”
“Kalau aku, itu akan menjadi akhir kehidupan miskin dan
tidak terkenalku ini.”
“Kalau kau tidak melakukan kesalahan serius, kau tidak akan
bisa dideportasi.”
“Bukan begitu. Sepertinya putri keluarga Williams juga
tertangkap.”
“Dia pasti akan segera dibebaskan. Dia keturunan keluarga
penting kan? Kau bisa melakukan banyak hal dengan uang.”
“Aku lumayan hebat dalam menyembunyikan kebenaran.” Aku
mendengar seseorang mengatakannya sambil tersenyum.
Aku terkesan dengan kata sarkas dan suara tawa itu. Pada
akhirnya, semua bangsawan memiliki beberapa rahasia kotor yang mereka
sembunyikan baik-baik…
“Hei, nak. Kesalahan apa yang kau lakukan?”
Beberapa orang menyapaku karena penasaran dengan kesalahan
apa yang kulakukan.
“Jangan dihiraukan.” Saat aku sedang memikirkan jawaban
untuk orang-orang itu, seorang prajurit membisikkan hal itu kepadaku.
Seperti yang dia katakan, aku tidak menghiraukan semua
kata-kata mereka dan langsung masuk ke dalam sebuah ruangan.
“Apa ini…”
“Ini adalah ruang tunggu bagi para kriminal yang akan pergi
ke Ravaal.”
Kau bisa mengetahuinya tanpa perlu mendengar penjelasan
orang lain.
Aku merasa agak kaget saat tahu jika aku bukan satu-satunya
orang yang akan dideportasi ke Ravaal.
Apa deportasi adalah hal yang biasa…? Apa penyelidikanku
terlalu dangkal? Sepertinya tidak seperti itu. Harusnya aku melakukan
penyelidikan dengan lebih berhati-hati.
Aku ingin menanyakan sesuatu pada prajurit itu, tapi
sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Dan lagi, aku tidak tahu apakah dia tahu
kebenarannya atau tidak.
Aku dan 4 orang lainnya, total 5 orang, akan dideportasi
hari ini. Banyak tidaknya jumlah ini tergantung pada sudut pandang
masing-masing orang. Tidak hanya deportasi bangsawan, bukannya deportasi
masyarakat biasa juga sangat jarang?
Apakah orang orang ini (1 wanita dan 3 laki-laki) berumur 30
an tahun? Dan masalahnya bajuku terlihat sangat compang-camping.
“Cepat masuk.”
Aku dipaksa masuk oleh orang yang bertugas menjaga ruangan
ini.
Aku memasuki ruangan itu tanpa suara dan berpikir jika mulai
saat ini aku tidak akan diperlakukan seperti seorang nona muda dari keluarga
terpandang.
“Terima kasih atas kerja kerasmu.”
Laki-laki itu membungkukkan badannya pada para prajurit.
Pada akhirnya hanya pra prajurit istana yang menyadari
identitasku yang sesungguhnya. Penjaga itu hanya menatapku dengan tatapan
tajam.
Jangan katakan apapun. Diam dan jangan rusak apa-apa.
Aku mencoba sekuat tenaga untuk menyampaikan pikiranku pada
para prajurit, tapi sayangnya mataku sedang tertutup, jadi aku tidak bisa
mengirim sinyal apa-apa dengan mataku.
Mungkin prajurit itu bisa membaca pikiranku, karena dia
berkata dengan nada yang agak ragu, “Tidak apa-apa.” Dan kemudian meninggalkan
tempat ini. Kata-katanya terdengar seakan dia mengharap aku selalu baik-baik saja
dimanapun aku berada.
Seperti yang dikatakan paman Will, aku bisa mengerti
pentingnya nada suara dan intonasi.
… Akhirnya aku benar-benar sendirian. Aku merasa jika ini
adalah pertama kalinya aku merasa sendirian di dunia ini.
Aku adalah wanita jahat yang menikmati situasi ini… Tanpa
aku sadari, ujung bibirku pun terangkat .
Komentar
Posting Komentar