ORV CHAPTER 3. EPISODE 1 - OPSI BERBAYAR DIMULAI (3)
Disclaimer: novel ini bukan punya saya
πππππ
Orang-orang memberikan reaksi
berbeda setelah Dokkaebi itu menghilang. Beberapa orang mencoba untuk keluar
dari gerbong ini dan beberapa orang lainnya mencoba untuk memanggil polisi.
Yoo Sangah masuk ke dalam
kelompok kedua. “Polisi, polisi sama sekali tidak menjawab. Apa… apa yang harus
kulakukan, aku…”
“Tenang dulu, Yoo Sangah-ssi.”
kataku sambil menatap mata Yoo Sangah yang tidak fokus itu. “Yoo Sangah-ssi.
Apa kau pernah bermain game yang dibuat tim development? Game di mana dunia
sudah hancur dan hanya ada beberapa orang yang selamat.”
“Huh? Apa yang kau kata…”
“Coba pikirkan soal itu.
Sekarang kita sedang berada di dalam game itu.”
Yoo Sangah menjilat bibirnya
dan berkata, “Game…”
“Ini permainan simpel. Jangan
ragu-ragu dan lakukan semua kata-kataku. Mengerti?”
“Ba-baiklah. Apa yang harus
kulakukan?”
“Diam.”
Aku mencoba untuk mengontrol
nafasku. Bahkan aku sendiri juga butuh waktu untuk menerima semua perubahan
ini.
[Tiga Cara Untuk Bertahan Hidup
di Dunia yang Telah Hancur]
Deskripsi yang dulunya hanya
ada di dalam novel sekarang terjadi di depan mataku sendiri.
[Dokkaebi itu menjulurkan
antenanya.]
[Tubuh-tubuh berserakan seperti
sampah.]
[Badan petugas yang berlumuran
darah itu tidak berhenti bergetar.]
[Seorang nenek mengerang di
tempat duduknya.]
Aku melihat semua scene itu
dengan seksama. Rasanya seperti Neo dalam film Matrix yang selalu curiga pada
realitas. Mengamati, bertanya, dan kemudian mendapatkan keyakinan… Aku harus
mengakuinya. Aku tidak tahu apa alasannya, tapi tidak ada yang bisa diragukan
dari keadaan saat ini.
‘Cara Bertahan Hidup’ sudah
menjadi kenyataan.
Ayo berpikir… Bagaimana aku
bisa bertahan di dunia baru ini?
“Ayo, semuanya! Tenangkan diri
kalian. Bernafaslah dengan tenang.” Seseorang tiba-tiba mulai berbicara 5 menit
setelah dokkaebi menghilang.
Dia adalah laki-laki berbadan
tegap dengan potongan rambut cepak. Badannya lebih tinggi dari laki-laki
kebanyakan.
“Apa kalian sudah tenang?
Tolong berhenti dulu dan dengarkan perkataanku.”
Suara tangis dan teriakan pun
berhenti. Saat semua mata tertuju pada laki-laki itu, dia mulai berbicara
kembali. “Seperti yang kalian ketahui, dalam sebuah bencana nasional, keributan
kecil bisa menyebabkan banyak orang menjadi korban. Karena itu aku akan
mengambil alih situasi ini.”
“Tunggu, memangnya kau siapa?”
“Situasi bencana nasional? Apa
yang kau katakan?”
Beberapa orang kembali
berteriak saat mereka mendengar kata ambil alih dari laki-laki itu. Beberapa
saat kemudian, laki-laki itu menarik sebuah kartu tanda pengenal dari dalam
dompetnya. “Saat ini aku adalah letnan yang tergabung dalam unit 6502.”
Wajah beberapa orang mulai
terlihat cerah. “Tentara. Dia seorang tentara.”
Tapi, masih terlalu cepat untuk
merasa lega.
“Aku baru saja menerima pesan
dari unitku.”
Orang-orang mulai mulai
mengerumuni smartphone yang dibawa oleh laki-laki itu. Disisi lain, aku bisa
membaca isi pesan itu meski aku tidak berada di dekatnya.
-Situasi bencana nasional level 1 terjadi. Semua pasukan harap
berkumpul.
Aku bisa mendengar suara
tegukan ludah dari semua orang yang mengelilingi laki-laki itu. Aku sama sekali
tidak terkejut karena aku sudah memprediksi hal ini. Tapi ada hal lain yang
membuatku terkejut.
Letnan Lee Hyunsung… ‘Lee
Hyunsung’ yang itu ternyata dia.
Aku tahu siapa dia. Ini memang
pertama kalinya aku melihat wajahnya, tapi namanya terukir jelas dalam
ingatanku. Dia adalah salah satu karakter pendukung penting dalam cerita ‘Cara
Bertahan Hidup’.
[Steel Sword Lee Hyunsung.]
Seorang karakter dari novel
akhirnya muncul. Sekarang aku benar-benar harus menerima situasi ini.
“Pak tentara! Apa yang sedang
terjadi!?”
“Aku sedang berusaha
menghubungi pasukanku, tapi…”
“Blue House! Apa yang dilakukan
Blue House? Tolong segera hubungi presiden!”
“Maaf. Aku hanya prajurit
biasa, jadi aku tidak punya nomor panggilan cepat ke Blue House.”
“Lalu kenapa kau yang mengambil
alih situasi di sini!?”
“Untuk keamanan semua
penduduk…”
Saat Lee Hyunsung menjawab
semua pertanyaan aneh itu dengan tenang, aku menyadari jika deskripsi dalam
novel sama sekali tidak salah.
Tapi, apa Lee Hyunsung itu
orang yang seperti ini? Saat aku sedang memikirkan hal serius ini, aku
mendapatkan firasat yang aneh.
Sebagai satu-satunya orang yang
membaca ‘Cara Bertahan Hidup’, aku bisa memastikan jika kemunculan Lee Hyunsung
tidak seperti ini. kemunculan pertamanya dalam novel juga seharusnya ada di
akhir skenario pertama.
… Lalu apa yang sebenarnya
sedang terjadi? Pikiranku mulai kacau. Aku pasti bisa tahu lebih jauh jika aku
bisa membaca ‘Cara Bertahan Hidup’ sekali lagi.
“Perdana menteri sedang
berpidato! Ini soal bencana nasional level 1!”
Semua orang langsung berteriak
dan melihat smartphone mereka masing-masing. Yoo Sangah juga menunjukkan layar
smartphonenya padaku. “... Dokja-ssi, lihat ini.”
Tidak perlu pencarian lebih
lanjut untuk menemukan berita itu. Semua itu karena semua koran digital dan
media berita lainnya sedang menampilkan ‘Pidato Perdana Menteri’. Tentu saja
aku tahu isi dari pidato itu.
-Untuk semua penduduk yang saya cintai. Teroris yang tidak dikenal
sedang melakukan aktivitasnya di beberapa daerah Korea Selatan, termasuk
Seoul.”
Isi dari pidato itu sangat
sederhana. Saat ini pemerintahan sedang mencoba melakukan segala cara untuk
menghadapi para teroris dan mereka tidak akan melakukan negosiasi apapun.
Karena itu, semua orang harus berusaha bertahan hidup sebisanya…
Aku sama sekali tidak berpikir
terlalu banyak saat membacanya dalam novel, tapi sekarang aku merasa kaget saat
mendengarnya langsung. Terorisme… Ya, kata itu pasti membuat semua orang
menjadi lebih tenang.
“Tapi di mana presiden? Kenapa
hanya perdana menteri yang memberi pidato?”
“Presiden juga sudah diserang.”
“Apa? Benarkah?”
“Aku tidak yakin. Ada komentar
di Naver…”
“Sial, itu pasti berita
bohong!”
Aku tahu jika itu bukan
komentar palsu.
“Uwaaaa!! Apa!?”
Orang-orang langsung menjatuhkan
smartphone mereka saat suara tembakan yang tiba-tiba muncul dari dalam benda
kecil itu.
Blaaar! Lalu ada suara keras
dan darah mulai memenuhi layar. Semua orang menahan nafas mereka karena sadar
apa yang sedang terjadi di tempat pidato perdana menteri.
“Pe-perdana menteri…”
Perdana menteri sudah
meninggal. Kepalanya meledak dalam tayangan live. Setelah itu mereka bisa
mendengar suara berondongan peluru selama beberapa puluh detik dan kemudian
sunyi melanda. Yang muncul dalam layar mereka setelah itu adalah sesosok
dokkaebi.
{Aku sudah mengatakannya pada kalian. Ini bukan permainan ‘terorisme’.}
Semua orang tidak tahu harus
melakukan apa. Wajah mereka terlihat kosong dan mulut mereka terbuka lebar
seperti ikan mas.
{Apa kalian masih tidak mengerti? Ah, ini tidak bagus. Apa kalian masih
merasa jika semua ini hanya game?}
Suasana terasa sangat mencekam
karena nada dokkaebi itu terdengar sangat santai. Secara tidak sadar, aku
mengepalkan tanganku sekuat tenaga.
{Hahaha, menurut data yang kudapatkan, orang-orang yang ada di negara
ini ahli bermain game. Jadi kenapa tidak kutambah saja tingkat kesulitannya?}
Beeep. Sebuah timer besar
tiba-tiba muncul di udara. Di saat yang sama, waktu yang tertera di timer itu
mulai berkurang dengan cepat.
{Sisa waktunya sudah berkurang hingga 10 menit.}
{Dengan kata lain, sisa waktu yang kalian miliki adalah 10 menit}
{Jika pembunuhan pertama tidak terjadi dalam 5 menit kedepan, semua
nyawa di gerbong ini akan melayang.}
“A-apa ini? Kau bercanda kan?”
“Kau tidak dengar pesan tadi?
Hei, kau dengar tidak?”
“Pak tentara! Apa yang harus
kami lakukan sekarang? Kenapa polisi tidak muncul juga?”
“Semuanya, harap tenang dan
dengarkan a..”
Kata-kata dari dokkaebi itu
menyebabkan situasi dalam gerbong menjadi lebih kacau, bahkan Lee Hyunsung
sendiri tidak bisa menenangkan mereka. Aku bisa merasakan cengkraman Yoo Sangah
yang mulai menguat di lenganku.
Akan tetapi aku tidak bisa
menghilangkan keganjilan yang dia rasakan dalam situasi ini. Lee Hyunsung,
seorang karakter pendukung sudah muncul di awal skenario. Jadi kenapa ‘dia’
tidak muncul juga? Kalau tidak salah, harusnya ‘dia’ sudah muncul sekarang.
“Se- seseorang membunuh orang
lain di sana!”
Kami bisa melihat pemandangan
dari gerbong 3907 lewat jendela. Wajah pembunuh itu terlihat sangat pucat
hingga kulitnya terlihat seputih mayat.
“Kita harus mencegah mereka
masuk! Jangan biarkan siapapun masuk ke sini!”
Orang-orang mulai menahan pintu
besi gerbong sekuat tenaga, tapi itu sama sekali tidak perlu. Lagipula pembunuh
itu tidak ada di sana sejak awal.
[Semua tipe akses ke dalam gerbong ini akan dihalangi hingga skenario
berhasil diselesaikan.]
Setelah mendapat pemberitahuan
seperti itu, semua orang yang berusaha menahan pintu besi itu langsung
terpental dan jatuh ke lantai.
“A-apa itu?”
Dokkaebi itu mengeluarkan suara
sekali lagi. {Hahaha. Sepertinya
beberapa tempat di sana terlihat lebih menyenangkan, tapi skenario di tempat
ini sama sekali belum dimulai. Oke, ini adalah servis spesial. Aku akan
menunjukkan padamu apa yang akan terjadi jika kalian tidak membunuh dalam 5
menit kedepan.}
Sebuah layar muncul di atas
kami semua. Layar itu menunjukkan sebuah kelas. Seorang gadis dengan seragam
biru sedang terlihat menggigil ketakutan.
Seorang anak laki-laki
menggigit ujung kukunya dan bergumam, “... Apa itu seragam SMA Daepong?”
Beep beep beep beep--- Suara
yang mirip seperti alarm itu tiba-tiba berbunyi.
Dan para murid itu mulai
berteriak.
[Waktu yang diberikan telah habis.]
[Proses pembayaran akan segera dilakukan.]
Setelah pengumuman berakhir,
kepala para murid perempuan yang ada di barisan depan mulai meledak.
Satu persatu, lagi dan lagi…
semakin banyak kepala yang meledak. Para murid lain yang masih hidup mulai
berteriak dan berlarian ke arah pintu dan jendela.
“Aaah, uh, bagaimana…”
Alat kebersihan hancur
berkeping-keping dan kuku mulai lepas dari jari-jari mereka, tapi pintu dan
jendela kelas tidak mau terbuka. Tidak ada yang bisa keluar dari sana.
pop, pop. Kepala para murid
terus meledak secara bergantian. Lalu ada seorang gadis mencekik temannya yang
kemudian mati sambil mengeluarkan erangan mengerikan. Beberapa saat setelah
itu, satu-satunya gadis yang tersisa mulai melihat ke sekelilingnya.
[Chanel #Bay23515. SMA wanita Daepong, survivor kelas 2B, Lee Jihye.]
Layar yang menunjukkan sosok
gadis itu menghilang dan dokkaebi itu bertanya sekali lagi. {Bagaimana? Menarik bukan?}
Dokkaebi itu bertanya dengan
sebuah senyum sadis di wajahnya, tapi semua orang sudah tidak menghiraukannya.
Mereka sedang sibuk menjauhkan diri mereka dari orang-orang yang ada di samping
mereka masing-masing.
“Sialan! Apa ini!?”
Bahkan Yoo Sangah pun langsung
melepaskan cengkramannya, tapi dia tidak bergerak menjauh dariku. Setelah kedua
tanganku bebas, aku langsung mengambil smartphonku.
Kenapa ‘orang itu’ tidak muncul
juga? Apa ada sesuatu yang kulupakan dari deskripsi novel itu? Atau ada sesuatu
yang tidak kuketahui?
Satu-satunya jalan untuk
mendapatkan informasi itu adalah dengan membaca ‘Cara Bertahan Hidup’ sekali
lagi. Tapi, dimana aku bisa mendapatkan novel itu sekarang? Novel itu tidak
cukup terkenal dan tidak ada orang yang membagikannya secara ilegal… Tunggu.
[1 lampiran.]
Aku terdiam selama beberapa
detik saat aku melihat pemberitahuan di smartphoneku. Mungkinkah…? Aku agak
bingung saat membuka lampiran itu.
Nama dari lampiran yang
dikirimkan penulis adalah:
[Tiga Cara Bertahan Hidup di Dunia yang Telah Hancur.TXT]
Chapter 2 Daftar Isi Chapter 4
Komentar
Posting Komentar