I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 95
Disclaimer: Novel ini bukan punya saia.
XXXXXXXXXX
Jika Alicia sudah ditusuk, apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku harus menjalani hidupku setelah ini?
Aku menatap darah yang ada di depanku, tubuhku bergetar dengan hebat. Aku langsung mengangkat kepalaku dengan ekspresi ketakutan.
... Tapi yang bisa kulihat hanya warna biru. Aku tidak bisa melihat wajah pucar Alicia atau lehernya yang sudah terpotong atau luka tusuk di dada yang bisa berakibat fatal... yang bisa kulihat hanyalah warna biru. Lebih tepatnya, yang kulihat adalah rambut berwarna biru. Di bawahnya terdapat kulit berwarna tan dan juga warna mata azure yang dipenuhi nafsu membunuh. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya.
"... Duke."
Aku membisikkan namanya dengan suara pelan dan parau, jadi aku tidak yakin jika pangeran itu bisa mendengarnya. Dia sedang berdiri di depanku dan Alicia. Pisau yang dibawa pria itu sekarang menancap di tangan kirinya.
Jadi darah yang kulihat adalah milik Duke?
Alicia menatap Duke dengan mata terbelalak, mungkin aku juga melakukan yang sama.
Bagaimana caranya dia bisa sampai di tempat ini dengan cepat?
Oh, benar juga... sihir teleportasi. Tapi kalau begitu, kemana saja dia selama ini? Orang macam apa yang tidak menampakkan dirinya saat wanita yang dia suka hampir saja mati beberapa kali? Tipe pangeran seperti itu hanya bisa ditemukan dalam cerita dongeng!
Aku menatap Duke dengan mata tajam.
Meski begitu aku merasa sangat lega. Semua rasa sakit yang kurasakan hingga sekarang seakan mulai... mereda? Tiba-tiba seluruh tubuhku mulai berkilauan dan aura berwarna hitam mulai menyelimutiku.
"... Sihir penyembuh?"
Aku bisa melihat seseorang di ujung mataku.
"Maaf, aku terlambat datang."
Aku menolehkan kepalaku ke arah sosok itu. Mata violet itu mencerminkan rasa khawatir yang sangat kepadaku.
"Ka... kau..." aku bisa mendengar suara preman itu.
Aku merasa kaget dan langsung menatap Alicia dan Duke. Preman yang ada di depan mereka itu sekarang hanya bisa gemetaran saat menatap mereka berdua.
Duke menggunakan tangan kanannya untuk mencabut pedang yang tergantung di pinggangnya dan kemudian dia menusukkan pedang itu ke jantung preman itu tanpa ragu. Saat preman itu jatuh ke lantai, Duke terus menusukkan pedangnya sebanyak beberapa kali dengan wajah yang terlihat sangat dingin.
"Ah, padahal aku ingin sekali membunuhnya."
Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Alicia. Dia bahkan sempat-sempatnya merajuk seperti ini. Sepertinya dia sudah bisa bergerak sekarang.
Duke sepertinya tidak mempersalahkan kata-kata Alicia. Dia hanya memeriksa luka yang diderita Alicia, alisnya mengkerut saat melakukan hal itu. Beberapa saat kemudian aura berwarna biru mulai menyelimuti tubuh Alicia.
... Tidak peduli berapa kali aku melihatnya, tidak peduli siapa yang merapal mantranya, sihir memang... sangat indah.
Setelah Duke menyembuhkan Alicia, dia langsung membuat dinding pembatas yang menyelimuti seluruh gubuk. Aku dan Alicia menyebut dinding itu dengan nama barrier... tapi aku merasa jika nama itu tidak tepat. Aku merasa jika barrier mistik mungkin lebih cocok... mungkin?
Yah, tidak usah kita pedulikan namanya, tapi kenapa Duke melakukannya?
"Kenapa... membuat barrier seperti ini?" gumam Alicia dengan mata lebar. Dia menanyakan apa yang memang ingin kutanyakan.
"Itu agar orang-orang yang ada di luar tidak bisa mengganggu kita." jawab Duke dengan wajah datar.
Mengganggu... tapi bukannya mereka temannya?
Aku mencoba untuk duduk, tapi aku tidak bisa melakukannya. Henry yang menyadari hal itu langsung meletakkan tangannya di punggungku dan membantuku untuk duduk. Aku pun mengatakan apa yang sedang kupikirkan barusan.
"Gilles, ketika kau dan Alicia menghilang saat makan siang... aku, Duke, dan mereka langsung berkumpul dan mencari ke seluruh akademi. Tapi kami tidak bisa menemukan petunjuk keberadaan kalian. Tidak satupun. Kalian berdua seperti hilang ditelan bumi."
"Meski begitu, bukankah seharusnya kalian bisa menemukan kami lebih cepat lagi?"
Saat mendengar pertanyaanku, Henry hanya tersenyum kecut.
"Itu karena, di malam kalian menghilang Duke berhasil menemukan orang yang membayar para preman itu."
""APA!?"" teriakku dan Alicia di saat yang sama.
Bisa menemukan pelaku di balik layar hanya dalam 1 malam... itu sama sekali tidak bisa dipercaya! Kalau dipikir-pikir ini memang baru hari ke-2 sejak kami diculik. Bukannya penyelamatan ini sudah lumayan cepat?
"Apa mereka masih hidup? Kalau begitu aku ingin membunuh mereka semua." kata Alicia dengan wajah serius.
... Apa keinginan membunuhnya memang sebesar itu?
Setelah itu Alicia menatap Henry, matanya berbinar penuh ekspektasi. Di lain pihak, wajah henry terlihat kaku saat dia menatap adiknya itu.
"Saat aku sampai mereka semua sudah mati."
Tubuhku merinding saat mendengarnya. Alicia juga menatap Henry dengan mata terbelalak.
"Tentu saja dia sudah mengatakan semua yang dia tahu."
... Ah, aku mengerti. Jadi Duke bukan tipe pangeran dalam cerita dongeng anak kecil.
"Jadi boss mereka adalah seorang bangsawan, jadi kalian butuh waktu untuk menghancurkan mereka semua. Karena itu kalian terlambat datang ke sini, iya kan?"
Duke dan Henry menatapku dengan wajah terkejut.
"Tapi, saat kalian tahu jika kami dalam bahaya, kalian mengirim orang lain untuk menyelamatkan kami. Tapi kalian tidak tahu jika mereka semua sama sekali tidak berguna. Terima kasih banyak, Alicia hampir terbunuh tadi." kataku dengan nada sarkas. Aku menekankan pendapatku soal orang-orang yang ada di luar sana.
"Hm, jawabanmu tidak sepenuhnya benar, Gilles. Aku ragu jika mereka berdua yang mengirim orang-orang itu ke sini. Yang mengirim orang-orang itu mungkin yang mulia raja, aku benar kan?" tanya Alicia yang sepertinya sudah memahami kondisi yang sedang terjadi sekarang. Entah kenapa dia terlihat bahagia.
Wajah Henry menjadi semakin keruh dan dia menganggukkan kepalanya.
"Apa? Kenapa dia melakukannya?"
"Karena pada akhirnya aku hanyalah pion yang bisa mereka buang kapan saja. Dan lagi, ini adalah kesempatan emas untuk menguji kemampuan saintess."
Aku hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja kudengar. Apa yang mulia raja benar-benar akan melakukan hal seperti itu?
"Yang memiliki takdir untuk menyelamatkan dunia ini bukan aku, Gilles... itu adalah takdir saintess. Tidak peduli seberapa cerdas atau seberapa banyak ide yang kuberikan, fakta itu tidak akan pernah berubah. Apa gunanya rencana brilian tanpa tempat untuk menjalankannya?" kata Alicia santai dengan wajah yang puas. Dalam hati aku berpikir... mungkin Alicia mengira jika wanita jahat memang harus bersikap seperti itu.
"Memang benar kami sudah menghancurkan keluarga itu, tapi Ali benar. Yang mulia raja lah yang mengirim saintess ke tempat ini." gumam Henry dengan nada geram. Di sebelahnya, Duke terlihat seperti sedang ingin membunuh seseorang. Aku bisa merasakan nafsu membunuh yang sangat besar dari pemuda itu.
'Dia raja, jadi karena itu kalian tidak bisa menentangnya? Kau bahkan tidak bisa membantah perintah gila seperti itu?' Aku ingin berteriak kepada mereka bertiga, tapi aku memutuskan untuk diam. Berteriak ke arah orang-orang waras yang bersedia membantumu bukan sesuatu yang bijaksana.
Memangnya seberapa bodoh raja di negeri ini?
"Jujur saja, semua ini tidak ada hubungannya denganku." kata Alicia. Dilihat dari ekspresinya, dia benar-benar tidak peduli dengan fakta jika dirinya diperlakukan sebagai pion yang bisa dibuang kapan saja oleh para penguasa negeri ini. Daripada merasa marah karena sudah dikhianati, Alicia malah merasa bersemangat.
Alicia menarik nafas panjang dan kemudian dia menatap Duke.
"Tapi ada satu hal yang aku ingin tahu... siapa dalang di balik semua ini?"
Komentar
Posting Komentar