I'll Become a Villainess That Will Go Down in History Chapter 99

 Disclaimer: Novel ini punya saya... tapi bo'ong. Lihat Daftar isi untuk info lengkap, oke.

πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

"Lingkungan yang bagus, hubungan yang sehat, kecerdasan, kekuatan... Liz-san, kau sudah menjalani kehidupan yang sangat diberkahi. Itu alasan kenapa kau sekarang bisa mengatakan hal seperti itu."

"Liz juga dibully saat dia pertama datang ke akademi, tapi dia tidak pernah membalas perbuatan mereka semua! Hidupnya juga tidak selalu bahagia, tapi dia memilih untuk tetap menjadi orang baik!" kata Eric-sama dengan nada geram. Sepertinya kata-kataku berhasil mengusik Eric-sama yang level keadilannya paling tinggi diantara kami semua.

"Tapi satu-satunya alasan kenapa Liz-san bisa melakukan semua yang dia lakukan adalah karena dia memiliki kehidupan yang diberkahi. Tidakkah kau berpikir seperti itu?"

"Lingkungan di mana Liz tumbuh sama sekali tidak ada hubungannya. Hati Liz memang sudah indah dari awal dan itulah yang mengubah kami semua." ucap Eric-sama. Dari caranya berbicara, aku sama sekali tidak akan kaget jika dia berencana membuat agama baru dengan Liz-san sebagai dewinya.

Aku selalu berpikir jika Eric-sama hanya pemuda berdarah panas yang akan segera tenggelam dalam passion yang dia miliki... tapi aku tidak menyangka jika dia akan jadi sangat terobsesi seperti ini.

"Meski para nona muda dan tuan muda di akademi banyak melakukan hal buruk, mereka semua masih anggota keluarga bangsawan negara ini. Mereka semua pasti sudah menerima pendidikan ketat soal etika sejak  mereka masih kecil."

"Apa hubungannya itu dengan masalah ini?"

"Meski mereka tidak menyukai sesuatu, aku ragu jika mereka akan melakukan bullying secara terbuka, mereka pasti tidak mau jika reputasi mereka hancur berantakan. Jadi bullying apa yang diterima Liz-san? Seringai dari balik kipas dan kata-kata tajam? Ya, kehidupan Liz-san benar-benar sangat keras."

"Aku bukan satu-satunya orang yang bisa hidup tanpa rasa sombong! Orang-orang di kota juga memiliki sifat yang sangat baik!" kata Liz-san sambil menatapku tajam. Dia sepertinya masih terpaku pada pendapatku mengenai hanya dia yang bisa hidup dengan cara seperti itu.

"Tidak semua orang dikota sebaik yang kau kira. Kau akan segera berhadapan dengan banyak orang... bahkan dari negara lain. Dan sekarang kau malah menggunakan kota kecil yang sempurna ini menjadi contohnya? Sekarang aku sedang membicarakan sebuah tempat yang mengerikan jika dibandingkan dengan kota ini. Di sana, tidak peduli seberapa banyak kau meminta tolong, tidak akan ada yang memalingkan wajahnya kepadamu... mereka bahkan tidak akan mau menatapmu."

"Di mana tempat itu?" tanya Liz-san dengan wajah curiga. Ekspresinya seakan berkata jika dia tidak percaya jika tempat yang kukatakan benar-benar ada.

Apakah aku belum bisa membuatnya yakin jika dunia ini tidak hanya diisi oleh orang baik saja?

"Di tempat yang sedang kuceritakan ini, rasa benci akan dibalas dengan rasa benci yang jauh lebih besar. Lalu rasa benci itu terus tertanam dan akhirnya sama sekali tidak menyisakan apapun kecuali rasa rakus dan dengki. Anak-anak yang lahir di sana sama sekali tidak bersalah, tapi mereka harus hidup di dalam neraka. Tempat itu adalah desa Roana yang selalu dikelilingi oleh dinding kabut. Jika anak-anak yang ada di sana melihat kita semua... menurutmu, bagaimana perasaan mereka?" tanyaku tajam. Aku merasa sangat jijik dengan pemikiran naif Liz-san.

Aku tidak suka saat Liz-san terus menekanku seperti ini. Aku sebenarnya tidak mau menggunakan desa Roana sebagai contoh di depan Gilles. Tapi untungnya Gilles memberi tanda jika dia sama sekali tidak keberatan. Kalau dia baik-baik saja.

"Ali, kau lah yang selalu hidup enak selama ini, kenapa kau bisa berkata seperti itu? Kenapa kau tidak bisa memahami jika membalas kebencian dengan kebencian lain sama sekali tidak berguna? Orang-orang di desa Roana hanya perlu diajari bagaimana caranya memaafkan orang lain dan menekan kebencian mereka... dengan begitu kondisi mereka pasti akan menjadi jauh lebih baik. Kenapa kau tidak bisa memahami konsep semudah itu?" ucap Alan-oniisama panjang lebar. Dia menatapku dengan raut kecewa... dan mungkin lebih buruk dari itu. Satu-satunya alasan kenapa dia bisa berbicara seperti itu adalah karena dia tidak mengerti bagaimana kejam dan tidak manusiawinya desa Roana .

Ugh! Aku tidak tahu lagi! Dasar administrator game sialan! Kenapa mereka tidak membuat para anggota harem Liz-san memiliki otak yang sedikit lebih bagus dari ini!? Setidaknya buat agar mereka bisa berpikir logis meski mereka sedang jatuh cinta!!

Huh! Kurasa yang ada di dalam kepala para administrator itu adalah bagaimana caranya heroine bisa dikelilingi oleh banyak lelaki tampan.

"Untuk sekarang, bagaimana kalau kau membersihkan diri dulu, Ali? Ada banyak sekali kotoran yang menutupi tubuhmu. Kau seorang gadis dan kami akan merasa sangat bersalah karena membuatmu berbicara dalam keadaan kotor seperti ini." Curtis-sama tiba-tiba memotong debat kusir kami dan mencoba mengubah suasana berat yang menyelimuti kami semua.

... Aku sama sekali tidak bisa paham dengan isi kepala Curtis-sama...

Kata-katanya selalu terasa mengujiku, tapi di mataku dia tetap terlihat seperti orang baik pada umumnya. Mungkinkah Curtis-sama lebih licik dari dugaanku... dan dia sedang memasang wajah lelaki baik hati sebagai topengnya!?

Curtis-sama menjentikkan jarinya sambil tersenyum jenaka. Dalam sekejap muncul kerlipan yang menyelimutiku dan Gilles. Cahaya itu membersihkan semua darah dan kotoran yang menempel di badan kami.

"Bagaimana dengan pengecekan menyeluruh...?"

"Jangan khawatir. Aku sudah menghilangkan semua darah asing dari tubuh kalian berdua." ucap Curtis-sama sebelum Gilles bisa menyelesaikan pertanyaannya.

Ah... ternyata sihir seperti ini juga ada ya. Aku ingin mempelajarinya suatu hari nanti... tapi sayangnya, sepertinya sihir itu hanya bisa digunakan oleh penyihir tipe tanaman. Jika saja aku bisa mempelajarinya, aku pasti sudah menggunakannya sejak tadi.

"Apa kalian tidak bisa memperbaiki gigi Alicia?" tanya Gilles dengan wajah khawatir.

Awww. Aku sangat bahagia saat Gilles mengkhawatirkan diriku. Tapi dia pasti sudah mengalami hal yang lebih buruk dariku. Dialah yang harus mendapat perawatan lebih.

"Sesuatu yang sudah hilang tidak akan bisa..... uwaaaah!!!"

Saat aku berbicara, tiba-tiba seseorang menggendongku. Duke-sama--dengan wajah datar seakan tidak perduli dengan kami semua--langsung menggendongku sekali lagi.

Bau tubuhnya langsung menyelimuti tubuhku.

... Ternyata dia punya bau seharum ini... tidak adil! Aku sekarang sedang berkeringat dan kelihatan sangat berantakan! Aku yakin jika bau badanku sekarang juga sangat mengerikan!

"Hei! Tunggu! Turunkan aku! Kumohon!" teriakku. Tapi Duke-sama sama sekali tidak menghiraukanku.

Liz-san dan para tuan muda itu menatap kami dengan wajah terkejut.

... Tunggu, benar juga... bukannya Liz-san suka pada Duke-sama? Pantas saja dia kelihatan sangat kaget.

"Kita kembali sekarang. Kau harus segera istirahat." kata Duke-sama dengan wajah serius.

Aku menatap Gilles yang sedang digendong Henry-oniisama. Sepertinya anak itu jadi lebih menurut dari sebelumnya.

Tapi, aku ini kan wanita jahat! Aku tidak bisa membiarkan orang lain melihatku dalam keadaan seperti ini!

"Baiklah. Tapi aku tidak suka digendong, jadi turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri."

"Sabar saja. Cuma sampai kereta, oke."

Permintaanku tetap ditolak.

Aku menatap Gilles sekali lagi untuk minta tolong, tapi sepertinya dia dan Henry-oniisama sedang asyik ngobrol berdua, mereka bahkan nyengir ke arahku! Dasar pengkhianat! Aku harap mereka berhenti menyeringai seperti itu. Harusnya mereka sadar tempat. Aku merasa setelah ini akan ada banyak orang yang merasa salah paham soal hubungan mereka berdua...





Komentar

Postingan Populer